Liputan6.com, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan Jakarta tidak diguyur hujan pada hari ini. Cuaca pada Senin (11/9/2023) disebut akan cerah berawan seharian.
Kondisi ini akan terjadi di seluruh wilayah DKI Jakarta. Dimulai pukul 07.00 WIB hingga besok pukul 07.00 WIB.
Advertisement
Berikut prakiraan cuaca DKI Jakarta tanggal 11 September 2023, 07.00 WIB - 12 September 2023, 07.00 WIB yang dilansir dari BMKG:
Pagi hari (07.00 - 13.00 WIB):
- Jakarta Pusat: cerah berawan
- Jakarta Utara: cerah berawan
- Jakarta Selatan: berawan
- Jakarta Barat: berawan
- Jakarta Timur: berawan
- Kepulauan Seribu: berawan
Siang hari (13.00 - 19.00 WIB):
- Jakarta Pusat: cerah berawan
- Jakarta Utara: cerah berawan
- Jakarta Selatan: cerah berawan
- Jakarta Barat: cerah berawan
- Jakarta Timur: cerah berawan
- Kepulauan Seribu: cerah berawan
Malam hari (19.00 - 01.00 WIB):
- Jakarta Pusat: cerah berawan
- Jakarta Utara: cerah berawan
- Jakarta Selatan: cerah berawan
- Jakarta Barat: cerah berawan
- Jakarta Timur: cerah berawan
- Kepulauan Seribu: cerah berawan
Dini hari (01.00 - 07.00 WIB):
- Jakarta Pusat: cerah berawan
- Jakarta Utara: cerah berawan
- Jakarta Selatan: cerah berawan
- Jakarta Barat: cerah berawan
- Jakarta Timur: cerah berawan
- Kepulauan Seribu: cerah berawan
- Suhu udara: 24 - 32°C- Kelembapan udara: 60 - 90%- Angin: Timur Laut - Tenggara, 05 - 25 km/jam
Peringatan Dini: NIL.
Ancaman El Nino dan Kemarau
Ancaman bahayanya El Nino, istilah yang menyebabkan berkurangnya curah hujan di Indonesia, terus menjadi perhatian. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati menyadari, El Nino sudah menyebabkan kekeringan di sejumlah wilayah.
Oleh karena itu, perlu dimotoring dan diantisipasi setiap daerah.
"Kita sudah memprediksi musim kemarau yang saat ini sedang berlangsung bersamaan dengan fenomena El Nino tahun ini. Dampak dari fenomena tersebut mulai terlihat di beberapa wilayah dengan munculnya kondisi kekeringan. Peran aktif Bapak/Ibu di daerah masing-masing diperlukan untuk antisipasi berlanjutnya kekeringan, mempertajam monitoring, dan prediksi terhadap peluang terjadinya hujan di saat musim kemarau," kata Dwi Korita dalam keterangannya, Rabu 9 Agustus 2023.
Dia menjelaskan, saat ini, terdapat tantangan besar dalam menghasilkan informasi iklim yang beragam dan akurat. Oleh karena itu, dibutuhkan inovasi yang berkelanjutan, termasuk dalam prosedur, metode, dan mekanisme penyusunan informasi iklim, selain menjalin kolaborasi yang kuat di antara berbagai pihak yang berkepentingan.
Dalam keterangan persnya pada 1 Agustus 2023, Dwikorita menyebut pertanian merupakan sektor yang mengalami dampak paling serius akibat perubahan iklim.
Perubahan pola curah hujan dan kenaikan suhu udara, kata Dwikorita, menyebabkan produksi pertanian menurun secara signifikan. Kejadian iklim ekstrem berupa banjir dan kekeringan menyebabkan tanaman yang mengalami gagal panen atau puso semakin luas.
Dwikorita mengungkapkan fenomena El Nino dan IOD Positif yang terjadi membuat musim kemarau tahun ini dapat menjadi lebih kering dan curah hujan pada kategori rendah hingga sangat rendah. Jika biasanya curah hujan berkisar 20 mm per hari, kata dia, maka pada musim kemarau ini angka tersebut menjadi sebulan sekali atau bahkan tidak ada hujan sama sekali.
"Puncak kemarau kering ini diprediksi akan terjadi di bulan Agustus hingga awal bulan September dengan kondisi akan jauh lebih kering dibandingkan tahun 2020, 2021 dan 2022," terangnya.
Bahkan, saat BMKG menghadiri rapat terbatas di Istana Negara pada pertengahan Juli 2023, Dwikorita mengungkapkan bahwa ancaman El Nino diperkirakan akan mencapai puncaknya pada bulan Agustus-September.
Advertisement