Liputan6.com, Jakarta Meski hujan sudah turun beberapa hari terakhir, berdasar hasil pemantauan dan analisis Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) di Stasiun Geofisika Kelas 1 Tangerang, ternyata intensitasnya belum masuk ke kategori tinggi.
Pejabat Madya Pengamat Meteorologi dan Geofisika (PMG) BMKG, Maria Evi Trianasari, menuturkan curah hujan secara umum yang terjadi di Kota Tangerang masih dalam kriteria rendah hingga menengah. Pada intensitas rendah, curah hujan masih berada di kisaran 0-50 mm, sedang di intensitas menengah pada kisaran 150-200 mm.
Baca Juga
Hal ini menunjukkan, Kota Tangerang belum memasuki musim penghujan secara penuh atau bisa dikategorikan dalam masa transisi.
Advertisement
"Prakiraan awal musim penghujan di Kota Tangerang saat ini masih dalam kategori hujan ringan, artinya masih akan didominasi cuaca yang kering dengan satu atau dua kali hujan saja dalam sebulan," ungkap Maria.
Berdasarkan pemantauan, musim penghujan dipastikan akan datang pada November Dasarian II untuk Kota Tangerang bagian selatan dan Desember Dasarian III untuk Kota Tangerang bagian utara.
Dia juga mengatakan, berdasarkan prediksi yang dilakukan dalam satu pekan ke depan, cuaca di Kota Tangerang secara umum akan didominasi cerah berawan. Namun, juga berpotensi hujan ringan-sedang di berbagai wilayah tertentu.
Waspada
Meski begitu, BMKG juga terus mengimbau masyarakat Kota Tangerang untuk dapat melakukan langkah-langkah antisipasi dalam menyambut kedatangan musim penghujan ini, terutama di beberapa wilayah yang dinilai rawan banjir.
"Untuk langkah antisipasi yang bisa dilakukan secara bersama-sama, seperti memastikan infrastruktur untuk mengamankan daya serap air, terutama untuk daerah-daerah yang mempunyai topografi rendah dan berada di bentaran sungai," kata Maria.
Selain itu, BMKG juga mengimbau kepada masyarakat Kota Tangerang untuk lebih aktif dalam mencari informasi yang kredibel mengenai perkembangan perubahan cuaca dan iklim, salah satunya melalui situs resmi BMKG Kota Tangerang, yakni di Instagram/@staegof_tng dan http://stageof.tangerang.bmkg. og.id atau di laman resmi BMKG Pusat di bmkg.id.
Â
Waspada Gerakan Tanah
Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) menyebut Desember 2022 hingga Januari 2023 dikategorikan sebagai musim basah di wilayah Barat Indonesia. Kondisi cuaca ini harus diwaspadai karena kerap kali hujan turun dengan intensitas tinggi.
Hujan dengan intensitas tinggi ini memicu terjadinya gerakan tanah seperti tanah longsor, ambles, banjir bandang, dan amblas.
Oleh karena itu, Koordinator Mitigasi Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Sumaryono, masyarakat harus mewaspadai potensi gerakan tanah dalam kurun dua bulan terakhir ini.
"80 persen kejadian gerakan tanah di Indonesia itu akibat curah hujan yang tinggi. Sedangkan pemicu lainnya dikarenakan oleh gempa, tapi itu kita belum tahu kapan waktunya," ujar Sumaryono saat dihubungi Liputan6.com, Bandung, Kamis, 8 Desember 2022.
Â
Advertisement
Wilayah yang Berpotensi Terjadi Gerakan Tanah
Menurut Sumaryono, gerakan tanah juga sering terjadi di wilayah lereng, perbukitan dan aliran sungai. Selain itu, likuifaksi atau pencairan tanah juga berpengaruh mendukung terjadinya gerakan tanah.
Sementara, dia mengatakan potensi wilayah gerakan tanah yang terjadi di perkotaan yang minim lereng dan bukit serta aliran sungai, kecil. Misal di Jakarta. Kalau pun terjadi, hanya di kawasan perbatasan dengan wilayah lainnya yang memiliki struktur tanah curam dengan kemiringan.
Seperti yang diketahui, beberapa waktu lalu BPBD DKI Jakarta merilis data wilayah rawan pergerakan tanah.
"Untuk Jakarta sih dalam peta rawan kawasan rawan bencana (KRB) gerakan tanah PVMBG tidak terlalu berisiko. Aman-aman saja, paling berpotensi di kawasan Jakarta Selatan atau kawasan di bantaran sungai. Itu juga kalau curah hujannya tinggi," kata Sumaryono.