BMKG: Waspada Cuaca Ekstrem Selama Pancaroba Maret-Mei 2025, Lampung Bersiap Masuki Musim Kemarau

Potensi cuaca ekstrem selama masa transisi diprediksi meningkat mulai Maret hingga Mei 2025.

oleh Ardi Munthe Diperbarui 09 Apr 2025, 14:00 WIB
Diterbitkan 09 Apr 2025, 14:00 WIB
Kekeringan Sawah
Penetapan status siaga bencana kekeringan di Provinsi Banten diakibat musim kemarau berkepanjangan sebagai dampak dari fenomena El Nino. (Liputan6.com/Angga Yuniar)... Selengkapnya

Liputan6.com, Lampung - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai potensi cuaca ekstrem selama masa pancaroba, yakni peralihan musim hujan ke musim kemarau yang diperkirakan berlangsung pada Maret hingga Mei 2025.

BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Radin Inten II menyebutkan, berdasarkan peta prakiraan awal musim kemarau 2025, wilayah Provinsi Lampung akan mulai memasuki musim kemarau pada dasarian III April hingga dasarian II Juni. Itu artinya, potensi cuaca ekstrem selama masa transisi diprediksi meningkat mulai Maret hingga Mei 2025.

"Musim kemarau sebentar lagi, waspada cuaca ekstrem saat pancaroba! Fase peralihan musim hujan ke kemarau sering kali diiringi cuaca ekstrem yang perlu diwaspadai," ujar Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Lampung, Rudi Harianto, Senin (7/4/2025).

Rudi menjelaskan bahwa pada masa pancaroba, perubahan pola angin dan suhu udara kerap memicu aktivitas konveksi yang intens. Kondisi itu berpotensi menyebabkan hujan lebat secara tiba-tiba, disertai angin kencang, petir, hujan es, bahkan puting beliung.

Fenomena tersebut bisa berdampak serius terhadap aktivitas masyarakat, seperti pohon tumbang, kerusakan atap rumah, hingga gangguan transportasi udara dan laut.

“Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap perubahan cuaca mendadak, dan menghindari berteduh di bawah pohon saat terjadi hujan petir,” terang dia.

Meskipun musim hujan di Lampung akan segera berakhir, BMKG mengingatkan bahwa hujan dengan intensitas tinggi dan durasi singkat masih mungkin terjadi selama fase peralihan tersebut. 

Peralihan itu, meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang dan tanah longsor, terutama di wilayah dengan kemiringan curam dan drainase buruk seperti Kota Bandar Lampung.

"Bagi masyarakat yang tinggal di daerah rawan banjir dan longsor, penting untuk rutin memeriksa saluran air agar tidak tersumbat dan meminimalkan potensi genangan," jelas dia.

Selain itu, Rudi mengingatkan bahwa perubahan suhu yang drastis antara siang dan malam hari selama pancaroba dapat memicu gangguan kesehatan seperti flu, batuk, infeksi saluran pernapasan, hingga dehidrasi.

Dia menyarankan masyarakat menjaga daya tahan tubuh dengan memperbanyak konsumsi air putih dan makanan bergizi.

Tak hanya berdampak pada manusia, kondisi pancaroba juga dapat memicu peningkatan serangan hama tanaman seperti wereng dan ulat, serta munculnya penyakit pada hewan ternak seperti flu burung atau penyakit kulit pada sapi.

“Petani dan peternak juga diimbau untuk lebih sigap menghadapi kemungkinan gangguan tersebut agar tidak merugikan secara ekonomi,” dia memungkasi.

 

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya