Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar, Airlangga Hartarto mengklaim dirinya telah mendapatkan dukungan untuk kembali memimpin partainya periode 2024-2029 pada agenda Musyawarah Nasional (Munas) Golkar.
Adapun Munas Golkar dijadwalkan akan diselenggarakan pada Desember 2024 mendatang. Airlangga menyebut, dukungan agar dirinya kembali menjadi Ketum Golkar berasal dari hampir seluruh pengurus partai tingkat DPD hingga ormas yang terafiliasi dengan partai.
Baca Juga
"Alhamdulillah hampir seluruhnya DPD tingkat dua dan satu, dan ormas-ormas sudah menyatakan dukungan, dan tentu ini menjadi amanah yang harus saya jaga," ujar Airlangga di hotel kawasan Jakarta Pusat, Minggu (7/4/2024).
Advertisement
Menurut dia, dukungan dari ormas jadi salah satu kunci agar dirinya dapat kembali terpilih untuk memimpin Partai Golkar. Terlebih ormas Al Hidayah dan Himpunan Wanita Karya (HWK) Golkar yang telah menyatakan dukungannya kepada Airlangga agar maju kembali sebagai ketum.
"Kita punya hasta karya dan organisasi ini beranak pinak juga dan jaringannya di masyarakat sangat luas, apalagi pengajian ibu-ibu Al Hidayah sangat aktif juga, demikian pula HWK juga sangat kuat di masyarakat," kata Airlangga.
Namun demikian, saat ini Golkar tengah fokus dalam agenda jangka pendeknya setelah selesai dengan Pemilu 2024, yakni dengan pileg dimana dengan tingkat kemenangan hingga 60 persen sebagaimana termaktub dalam agenda Munas periode sebelumnya.
"Jadi setelah menyelesaikan seluruh amanat Munas nanti kami insyallah aman pertanggung jawabkan di Munas bulan Desember nanti," ucap Airlangga.
Reporter: Rahmat Baihaqi
Merdeka.com
Pengamat: Airlangga di Golkar Sulit Digantikan, Kecuali Oleh Jokowi
Sebelumnya, Analis Komunikasi Politik Hendri Satrio (Hensat) menilai tidak ada figur yang pas dan bisa menggantikan sosok Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Sebab, menurut Hensat, Airlangga telah menorehkan prestasi cemerlang selama Pemilihan Umum atau Pemilu 2024.
"Lucu sekali bila ada partai se-dewasa Golkar ada isu menggantikan Airlangga yang jelas prestasinya cemerlang selama ini. Kursi di DPR nambah, perolehan suara nasional nambah, Pemilihan Presiden menang. Jadi tidak ada ada yang bisa menggantikan dia termasuk Bamsoet atau Bahlil," kata Hensat dalam keterangan tertulis, diterima Kamis (28/3/2024).
Dia menilai, apabila posisi Airlangga harus digantikan, hanya Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang memiliki peluang kuat untuk posisi tersebut. Hal itu, kata Hensat, bisa dilakukan dengan mengubah Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).
"Satu-satunya nama yang harus diwaspadai hanyalah Jokowi. Apa yang bisa menahan seorang Jokowi untuk menjadi Ketua Umum Golkar? apakah AD/ART partai? Menurut saya perubahan AD/ART tidak perlu melalui MK, cukup di internal partai saja," ucap Hensat.
Dia kemudian menjelaskan, hanya tersisa dua pilihan bagi para kandidat lain yang hendak menggantikan Airlangga, mengaku setia kepada Airlangga, atau mendorong Presiden Jokowi untuk duduk di kursi Ketua Umum Partai Golkar.
"Saat ini hanya tersisa dua pilihan bagi para calon Ketum Golkar yang berusaha untuk menantang Airlangga. Menyatakan loyal kepada Airlangga atau mendorong Jokowi untuk menggantikan Airlangga," papar Hensat.
Advertisement
Golkar Akan Mundur Jika Dipimpin Jokowi
Lebih lanjut, Hensat mendorong Presiden Jokowi menjadi Ketua Umum Partai Golkar bukan tanpa resiko. Dia memprediksi, Partai Golkar akan menjadi partai keluarga bila mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut berhasil menjadi Ketua Umum.
"Kalau kemudian mereka mendorong Jokowi, maka harus dihitung juga implikasinya. Karena bila Jokowi jadi ketum Golkar mereka tidak akan jadi Ketua Umum karena Golkar akan diubah jadi partai keluarga oleh Pak Jokowi seperti PDI Perjuangan, seperti Demokrat dan Gerindra," ucap dia.
"Jadi mau enggak tuh partai Golkar yang selama ini modern dan terbuka kemudian mundur menjadi partai keluarga?," sambung Hensat.
Lebih lanjut, Hensat menyarankan kader-kader Partai Golkar mempertahankan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar. Dengan begitu, kata dia, Partai Golkar bakal tetap menjadi partai yang moderen.
"Bila Golkar tidak mau mundur, jalan keluarnya hanya satu, jadikan Airlangga ketum lagi. Karena menurut saya mungkin saja Jokowi mengubah Golkar menjadi partai keluarga, karena dia masih memiliki energi untuk melakukan itu," jelas Hensat.