4 Pernyataan Jokowi Saat Hadiri Rakernas Apeksi, Ungkap Konsep Kota Masa Depan

Salah satunya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai, banyak masyarakat yang keliru dalam memahami konsep 'kota masa depan'saat menghadiri Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke-XVII di Balikpapan, Kaltim.

oleh Devira PrastiwiFarrel Bima Haryomukti diperbarui 04 Jun 2024, 16:45 WIB
Diterbitkan 04 Jun 2024, 16:45 WIB
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat membuka Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke-XVII di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/6/2024).
Presiden Joko Widodo atau Jokowi saat membuka Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke-XVII di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/6/2024).

Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menghadiri Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke-XVII di Balikpapan, Kalimantan Timur (Kaltim) pada hari ini, Selasa (4/6/2024).

Dalam acara yang dihadiri wali kota dan wakil wali kota seluruh Indonesia tersebut, ada sejumlah pernyataan yang disampaikan Presiden Jokowi.

Salah satunya, Jokowi meminta pemerintah kota membuat perencanaan kota yang detail di setiap kota di Indonesia. Jokowi tak ingin kondisi kota-kota di Indonesia mencekam seperti di Eropa maupun Amerika karena banyaknya pengangguran dan warga yang tak memiliki tempat tinggal tetap atau homeless.

"Sering saya sampaikan, rencana kota secara detail itu harus dimiliki setiap kota di Indonesia. Sehingga jangan sampai kita memiliki kota yang sekarang ini banyak terjadi di Eropa maupun di Amerika, kota-kota yang mencekam," ujar Jokowi sebagaimana disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (4/6/2024).

"Karena pengangguran banyak, karena homeless banyak. Kita tidak ingin itu terjadi di negara kita Indonesia," sambung dia.

Selain itu, Jokowi mengatakan, banyak masyarakat yang keliru dalam memahami konsep 'kota masa depan'. Menurut dia, selama ini masyarakat mengartikan kota masa depan sebagai kota modern dengan banyak gedung tinggi pencakar langit.

"Berkaitan dengan kota masa depan itu seperti apa. Banyak yang keliru kota masa depan itu kota modern yang banyak pencakar langitnya banyak yang high rise buildingnya," kata Jokowi.

Berikut sederet pernyataan Presiden Jokowi saat menghadiri Rakernas Apeksi ke-XVII di Balikpapan, Kalimantan Timur dihimpun Liputan6.com:

 

1. Ingatkan Jangan Sampai Kota di Indonesia Mencekam Seperti Eropa-Amerika, Banyak yang Homeless

Presiden Joko Widodo Buka Rapat Pimpinan TNI-Polri 2024
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan saat menghadiri Rapat Pimpinan (Rapim) TNI dan Polri Tahun 2024 di Mabes TNI, Jakarta, Rabu (28/2/2024). (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi meminta pemerintah kota membuat perencanaan kota yang detail di setiap kota di Indonesia.

Jokowi tak ingin kondisi kota-kota di Indonesia mencekam seperti di Eropa maupun Amerika karena banyaknya pengangguran dan warga yang tak memiliki tempat tinggal tetap atau homeless.

Hal ini disampaikan Jokowi saat membuka Rakernas Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) ke-XVII di Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa (4/6/2024). Dalam acara ini, hadir wali kota dan wakil wali kota seluruh Indonesia.

"Sering saya sampaikan, rencana kota secara detail itu harus dimiliki setiap kota di Indonesia. Sehingga jangan sampai kita memiliki kota yang sekarang ini banyak terjadi di Eropa maupun di Amerika, kota-kota yang mencekam," ujar Jokowi sebagaimana disiarkan di YouTube Sekretariat Presiden, Selasa (4/6/2024).

"Karena pengangguran banyak, karena homeless banyak. Kita tidak ingin itu terjadi di negara kita Indonesia," sambung dia.

Dia mengatakan kota-kota Indonesia harus didesain dengan suasana nyaman untuk ditinggali. Sehingga, wisatawan pun senang berkunjung ke daerah tersebut dan warga setempat mencintai kotanya.

"Kita ingin menjadikan semua kota itu liveable nyaman dihuni dan juga loveable. Orang yang berkunjung ke sana senang untuk kembali berkunjung dan orang yang tinggal disitu juga sangat mencintai kotanya karena memberi pelayanan publik yang baik kepada masyarakat," tuturnya.

 

2. Beberkan Biaya Bangun MRT Lebih Mahal dari Kereta Cepat

Jokowi mencoba kereta mrt menuju stasiun lebak bulus
Presiden Joko Widodo bersama Menhub Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Ketua DPRD Jakarta Prasetyo Edi Marsudi turun dari kereta MRT di Stasiun Bundaran HI, Jakarta, Selasa (6/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Jokowi mengingatkan bahwa 70 persen penduduk Indonesia akan berada di perkotaan pada tahun 2045. Hal ini membuat beban perkotaan akan semakin berat sehingga perencanaan kota harus segera disiapkan.

Salah satunya, kata dia, perencanaan transportasi massal di perkotaan. Pasalnya, saat ini kemacetan sudah dialami kota-kota besar di Indonesia seperti, Balikpapan, Surabaya, Bandung, hingga Medan.

"Oleh sebab itu, rencana kota mengenai transportasi masal dan umum harus disiapkan," ujar Jokowi.

Dia mengungkapkan mahalnya biaya pembangunan transportasi massal di Indonesia. Jokowi mencontohkan biaya pembangunan Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta pada tahun 2013 mencapai Rp1,1 triliun per kilometer.

Namun, kata dia, biaya pembangunan MRT Jakarta saat ini semakin mahal yakni, Rp2,3 triliun per kilometer. Jokowi pun menanyakan apakah wali kota berani membangun MRT dengan APBD sendiri.

"Kalau kita bayangannya subway, LRT, MRT itu biayanya gede banget mahal. Saya sampai hafal. Waktu MRT dibangun pertama kali di Jakarta, dibangun itu per kilometer MRT yang bawah tanah itu Rp1,1 triliun per kilometer. Sekarang sudah Rp2,3 triilium per kilometer," kata Jokowi.

"Tolong tunjuk jari kota mana yang siap membangun MRT dengan APBD nya? 1 kilometer Rp2,3 triliun," sambungnya.

Sementara itu, dia mengatakan biaya pembangunan LRT Jabodebek yang gerbongnya dibuat oleh PT INKA mencapai Rp600 miliar per kilometer. Selain itu, biaya Kereta Cepat Jakarta-Bandung mencapai Rp780 miliar per kilometer.

"Siapa yang sanggup? Ada kota yang APBD-nya sanggup? Tunjuk jari saya beri sepeda. Enggak ada yang mampu. Apalagi kereta cepat, itu juga justru lebih murah dari subway, kereta cepat itu Rp780 miliar per kilometernya," ujarnya.

 

3. Tawarkan Moda Transportasi Lain yang Lebih Murah

Presiden Joko Widodo atau Jokowi
Presiden Joko Widodo atau Jokowi meninjau proyek pembangunan moda raya terpadu (MRT) Fase 2A dari Bundaran Hotel Indonesia (HI)-Kota di Monas, Jakarta Pusat, Jumat (15/12/2023). (Foto: Lizsa Egeham/Liputan6.com).

Jokowi pun menawarkan moda transportasi massal lain yang biaya pembangunannya jauh lebih murah yaitu, atunomous rapid transit (ART). Moda transportasi ini merupakan kereta tanpa rel konvensional.

"Tidak pakai rel tapi pakai magnet. Bisa 3 gerbong, 2 gerbong, atau 1 gerbong. Nah ini jauh lebih murah," tutur Jokowi.

Dia menyampaikan pemerintah daerah dapat meminta bantuan pendanaan APBN untuk membangun moda transportasi massal tersebut. Jokowi menekankan pentingnya transportasi massal agar kota-kota di Indonesia tak mengalami kemacetan dalam beberapa tahun kedepan.

"Kalau ada APBD punya kemampuan tolong berhubungan dengan Pak Menteri Perhubungan. Bisa bagi-bagi 50-50, APBD 50 persen, APBN 50 persen misalnya," ucap Jokowi.

 

4. Ungkap Konsep Kota Masa Depan: Ramah Pejalan Kaki, Disabilitas, hingga Lingkungan

Jokowi saat meresmikan pembangunan Astra Biz Center di IKN
Jokowi saat meresmikan pembangunan Astra Biz Center di IKN (dok: Arief)

Lalu, Jokowi mengatakan banyak masyarakat yang keliru dalam memahami konsep 'kota masa depan'. Menurut dia, selama ini masyarakat mengartikan kota masa depan sebagai kota modern dengan banyak gedung tinggi pencakar langit.

"Berkaitan dengan kota masa depan itu seperti apa. Banyak yang keliru kota masa depan itu kota modern yang banyak pencakar langitnya banyak yang high rise buildingnya," kata Jokowi.

Dia menyebut saat ini konsep kota masa depan sudah berkembang menjadi kota yang ramah pejalan kaki, penyandang disabilitas, hingga lingkungan. Dengan begitu, kata Jokowi, kota tersebut harus green, smart, dan friendly bagi semua penduduknya.

"Sekarang ini sudah mulai ada sebuah paradigma baru kota yang baik adalah kota yang ramah pejalan kaki, kota yang baik adalah yang ramah penyandang disabilitas, kota yang ramah bagi pesepeda, kota yang ramah terhasap perempuan, kota yang ramah pada lingkungan," jelasnya.

"Artinya, kota ini harus green, smart, dan friendly," sambung Jokowi.

Jokowi tak ingin membangun kota membuat semakin banyak beton yang didirikan serta trotoar dengan paving block. Dia menuturkan trotoar seharusnya dibangun dengan paving rumput agar lebih hijau.

"Ada pedestrian (tetapi) enggak ada pohonnya sehingga kita ini negara tropis panas. Jadi tidak ada yang mau berjalan kaki karena tidak ada peneduhnya. Sehingga penghijauan itu jadi perhatian semua kota," tutur Jokowi.

Dia pun senang Balikpapan dan Surabaya menjadi kota dengan penghijauan yang baik. Jokowi menyampaikan Ibu Kota Nusantara (IKN) nantinya juga akan menjadi ibu kota terhijau di dunia.

"Jadi kembali lagi, harus hijau teduh ramah terhadap pejalan kaki, ramah terhadap pesepeda, memiliki hutan kota memiliki alun-alun dan taman yang luas itu konsep ke depan harus gitu," pungkas Jokowi.

Infografis Jokowi Pertimbangkan Hapus PPDB Sistem Zonasi. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Jokowi Pertimbangkan Hapus PPDB Sistem Zonasi. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya