Fase Pemberangkatan Jemaah Lancar, Menag Fokus Layanan Haji dan Apresiasi Saudi

Total sudah ada 209.934 jemaah haji dan petugas kloter (kelompok terbang) yang sudah tiba di Arab Saudi.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 10 Jun 2024, 10:37 WIB
Diterbitkan 10 Jun 2024, 10:36 WIB
Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas
Menag Yaqut Cholil Qoumas. Dia mengatakan, pihaknya bersama seluruh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus berupaya memberikan layanan terbaik kepada jemaah haji. (dokumentasi Kemenag)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas mengatakan keberangkatan jemaah haji Indonesia ke Arab Saudi tidak ada kendala. Total sudah ada 209.934 jemaah haji dan petugas kloter (kelompok terbang) yang sudah tiba di Arab Saudi.

Mereka tergabung dalan 534 kloter. Sebanyak 229 mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah.

Sementara 305 kloter mendarat di King Abdul Aziz International Airport (KAAIA) Jeddah. Masih ada 19 kloter yang akan mendarat di Jeddah hingga 11 Juni 2024.

"Alhamdulillah keberangkatan jemaah sudah menjelang akhir. Sejauh ini semua lancar, kecuali beberapa penerbangan yang memang kita tahu ada masalah, khususnya dari Garuda Indonesia," kata Yaqut Cholil Qoumas dikutip dari siaran pers, Senin (10/6/2024).

"Sekarang kita fokus mempersiapkan layanan terbaik yang bisa pemerintah berikan kepada para jemaah haji," sambungnya.

Yaqut menyampaikan pihaknya bersama seluruh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) terus berupaya memberikan layanan terbaik kepada jemaah haji. Dia pun bersyukur komunikasi dan respons baik dari Pemerintah Arab Saudi.

"Komunikasi kita dengan Duta Besar Arab Saudi sangat baik. Bahkan tadi sebelum saya berangkat kemari, kita masih berdiskusi di bandara dengan Pak Dubes, bagaimana kita membuat semacam hotline jika just in case terjadi sesuatu yang perlu direspons cepat," tutur dia.

"Alhamdulillah memang kita merasakan bagaimana Pemerintah Kerajaan Saudi Arabia sangat responsif terhadap apa yang kita minta. Mudah-mudahan ini bisa kita semua barengi dengan layanan yang terbaik kepada jemaah haji," imbuh Yaqut.

Pemerintah Arab Saudi telah menetapkan 1 Zulhijjah 1445 H bertepatan 7 Juni 2024. Puncak haji, Wukuf di Arafah akan berlangsung pada 15 Juni 2024. Jemaah akan mulai diberangkatkan dari hotel di Makkah menuju Arafah pada 14 Juni 2024.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Jemaah Diimbau Pahami Manasik, Harus Berihram dan Niat Haji di Hotel Sebelum ke Arafah

Jemaah Haji Wukuf di Arafah
Berdasarkan aplikasi cek suhu dan cuaca Weather, suhu di Padang Arafah sejak pukul 10.00 hingga 16.35 (waktu setempat) berkisar antara 42 hingga 45 derajat Celcius. (AP Photo/Amr Nabil)

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi memberangkatkan jemaah calon haji ke Arafah untuk memulai rangkaian puncak haji pada 14 Juni 2024 atau 8 Zulhijjah 1445 H, dimulai pukul 07.00 Waktu Arab Saudi (WAS).

Sebelum berangkat ke Arafah, jemaah harus telah memastikan dirinya sudah berihram dan niat haji di hotel masing-masing.

Anggota Media Center Kementerian Agama (Kemenag) Widi Dwinanda menyampaikan, merujuk tuntunan manasik haji bagi jemaah lanjut usia (lansia), pelaksanaan ihram haji dilakukan setelah jemaah bersuci.

Tak hanya itu, jemaah juga disunahkan membersihkan badan dengan mandi dan berwudhu, memotong kuku, serta memakai wangi-wangian.

"Lalu berpakaian ihram, dilanjutkan dengan melaksanakan salat sunat ihram dan berniat haji," ujar Widi dalam keterangan resmi yang diterima Minggu (9/6/2024).

Menurut Widi, khusus bagi jemaah lansia yang lemah atau sakit, maka dianjurkan melakukan niat ihram haji disertai Isytirat (ihram bersyarat). Hal ini mengantisipasi kemungkinan terjadinya halangan yang dapat menyulitkan terlaksananya ibadah haji.

"Lalu, selepas mengucapkan niat ihram haji, jemaah dianjurkan berzikir, dengan membaca talbiyah selama perjalanan dari Makkah ke Arafah. Perjalanan juga disertai denga berselawat," ucap Widi.

Widi menyampaikan, terkait pakaian ihram lansia, khususnya bagi jemaah laki-laki perlu melatih diri dengan bimbingan pembimbing ibadah kloter. Agar, dapat memakai pakaian ihram dengan nyaman dan sah menurut fikih.

"Seperti menggunakan ikat pinggang atau sabuk di atas pusar, lalu digulung kain ihram hingga sabuk tidak terlihat dan menggunakan kain ihram yang nyaman serta tidak mengekang gerakan kaki dan tangan," papar Widi.


Imbauan bagi Jemaah Lansia

Masjidil Haram dipadati jutaan jemaah
Pandangan udara saat Umat Muslim melaksanakan salat menghadap Kakbah di Masjidil Haram, Makkah, Arab Saudi, Kamis (16/8). Jutaan umat Islam dari berbagai negara semakin memadati Masjidil Haram menjelang puncak pelaksanaan ibadah haji. (AP Photo/Dar Yasin)

Widi bilang, mengingat jemaah haji lansia mudah melupakan hal-hal yang diharamkan saat memakai baju ihram, semisal mengganti baju ihram dengan baju biasa, maka dalam konteks ini tidak wajib membayar fidyah.

"Ini pendapat mazhab Syafi’i dan Hambali," ujar Widi.

Lebih lanjut, Widi menyarankan jemaah juga mendalami secara mandiri terkait manasik haji melalui buku dan referensi lain yang dapat diunduh di aplikasi superapps Pusaka Kementerian Agama.

Selain itu, jemaah juga dapat bertanya dan konsultasi secara langsung kepada pembimbing ibadah yang mendampingi di hotel atau sektor.

Widi berujar, jelang puncak haji pada 5 Zulhijah atau 11 Juni 2024, bus shalawat sementara akan berhenti beroperasi. Oleh sebab itu, mulai 5-8 Zulhijah seluruh aktivitas ibadah jemaah akan dilakukan di hotel.

"Jemaah dapat beristirahat penuh dan mempersiapkan diri menjalani rangkaian puncak haji," kata dia.

Sementara itu, jemaah yang mengikuti program Murur, yaitu mabit (bermalam) yang dilakukan dengan cara melintas di Muzdalifah setelah menjalani wukuf di Arafah, diminta tidak khawatir soal batu kerikil untuk lontar jumrah. Batu bakal disediakan PPIH sejak jemaah ada di Arafah.

"Pihak Mashariq menyiapkan kantong berisi kerikil sejumlah 70 buah. Jumlah tersebut cukup untuk keperluan lontar Jumrah Aqobah hingga selesai Nafar Tsani," tandas Widi.

 


Jelang Puncak Haji, Ini Kriteria Jemaah Lansia yang Dapat Disafariwukufkan

KKHI Makkah melakukan skrining dan identifikasi jemaah haji sakit yang bisa mengikuti layanan safari wukuf di Arafah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)
KKHI Makkah melakukan skrining dan identifikasi jemaah haji sakit yang bisa mengikuti layanan safari wukuf di Arafah. (FOTO: MCH PPIH ARAB SAUDI 2023)

Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Arab Saudi menyiapkan pelaksanaan safari wukuf bagi jemaah lanjut usia (lansia) non-mandiri dan disabilitas. Hal ini dilakukan jelang menghadapi puncak ibadah haji di Arafah.

Persiapan pelaksanaan safari wukuf melibatkan petugas dari unsur layanan lansia dan disabilitas, tim Penanganan Krisis dan Pertolongan Pertama Pada Jemaah Haji (PKP3JH), serta Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI).

Anggota Media Center Haji (MCH) Kementerian Agama (Kemenag) Widi Dwinanda mengatakan, pada tahun ini PPIH mengalokasikan 27 jemaah dari setiap sektor untuk program safari wukuf lansia non-mandiri.

Menurut dia, kuota tersebut telah mempertimbangkan jumlah petugas yang akan mendampingi jemaah yang disafariwukufkan.

"Petugas akan mengurus jemaah tersebut, termasuk memandikan, menyuapi, dan kebutuhan individu lainnya. Pelaksanaan safari wukuf lansia non-mandiri dilaksanakan tanggal 6 sampai dengan 17 Zulhijah 1445 H," kata Widi dikutip dari siaran persnya, Sabtu (8/6/2024).

Dia menjelaskan, PPIH telah menentukan persyaratan jemaah haji lansia dan disabilitas yang akan mengikuti safari wukuf lansia non-mandiri. Adapun kriterianya adalah:

Pertama, jemaah haji lansia dan disabilitas yang tidak mandiri (tirah baring) dalam melakukan aktivitas sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan dasar (makan, minum, mandi, mobilisasi).

"Kedua, jemaah haji lansia dan disabilitas yang tidak bisa berjalan/pengguna kursi roda karena sakit yang memerlukan perawatan lebih lanjut (home care)," katanya.

"Ketiga, jemaah haji lansia dan disabilitas yang memiliki komorbid penyakit kronis seperti jantung, hipertensi, stroke (sedang-berat)," sambung Widi.

Keempat, jemaah haji lansia dan disabilitas yang pulang perawatan dari Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) dengan kelemahan.

"Dan kelima, jemaah haji lansia dan disabilitas sesuai dengan kriteria risiko tinggi yang ditentukan petugas kloter," ujar Widi.

Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Perbedaan Rukun dan Wajib Haji dengan Rukun Umrah. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya