Tim Siber TNI Dalami Dugaan Peretasan Data BAIS

Kapuspen TNI, Mayjen Nugraha Gumilar menyatakan, Tim Siber TNI saat ini masih memeriksa dan mendalami dugaan peretasan data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 25 Jun 2024, 13:34 WIB
Diterbitkan 25 Jun 2024, 13:33 WIB
FOTO: TNI AD Gelar Apel Pasukan di Monas
Prajurit TNI AD mengikuti Apel Gelar Pasukan Jajaran TNI AD di Lapangan Monas, Jakarta, Selasa (25/1/2022). Pasukan TNI AD dan Alutsista dipamerkan saat mengikuti gelar apel pasukan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kepala Pusat Penerangan (Kapuspen) TNI, Mayjen Nugraha Gumilar menyatakan, Tim Siber TNI saat ini masih memeriksa dan mendalami dugaan peretasan data milik Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI.

Oleh karena itu, Nugraha sampai saat ini pun belum dapat membenarkan ataupun membantah dugaan peretasan itu.

"Terkait (informasi) akun X Falcon Feed yang menyiarkan bahwa data BAIS TNI diretas, sampai saat ini masih dalam pengecekan mendalam oleh Tim Siber TNI," kata Kapuspen TNI, Mayjen Nugraha Gumilar dilansir dari Antara, Selasa (25/6/2024).

Kabar soal dugaan peretasan data milik BAIS TNI ini muncul di media sosial X. Sebuah akun @‬FalconFeeds.io mengunggah konten berisi adanya peretasan oleh peretas MoonzHaxor dari BreachForum terhadap sistem BAIS, sehingga mereka mengklaim telah menguasai sejumlah data milik BAIS TNI.

Peretas dalam forum jual beli data gelap di dark web juga menyediakan contoh (sample) data yang mereka kuasai, dan menjanjikan data lengkap (full set data) kepada mereka yang ingin membayar. Dalam tangkapan layar laman BreachForum, MoonzHaxor diketahui bergabung dalam komunitas peretas itu sejak September 2023.

Pada Minggu 22 Juni 2024 lalu, MoonzHaxor juga mengumumkan telah meretas sistem Indonesia Automatic Finger Indentification System (INAFIS) Polri. Data-data yang diklaim diretas dari sistem INAFIS mencakup gambar sidik jari, alamat email, dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi. Data-data itu dijual oleh MoonzHaxor seharga 1.000 dolar AS (setara Rp16,3 juta).

Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Letjen TNI Hinsa Siburian merespons informasi tersebut. Menurut dia, data-data yang diklaim diretas oleh MoonzHaxor itu data-data lama.

"Ini sudah kami konfirmasi dengan kepolisian, bahwa itu adalah data-data lama mereka yang diperjualbelikan di dark web itu," kata Hinsa saat jumpa pers di Jakarta, Senin 25 Juni 2024.

Hinsa menegaskan, sistem Polri saat ini tidak mengalami gangguan dan tetap berjalan dengan baik.

"Kami yakinkan bahwa sistem mereka berjalan dengan baik,” ucap dia.

Dalam kesempatan yang sama, Hinsa juga memastikan, dugaan peretasan data INAFIS tidak terkait dengan insiden serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Server PDN Diserang, Menkominfo Sebut Pelaku Minta Tebusan 8 Juta Dollar

Menkominfro Budi Arie Setiadi
Menkominfro Budi Arie Setiadi (Liputan6.com/Robinsyah Aliwafa Zain)

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi mengatakan, adanya serangan ransomware pada server Pusat Data Nasional (PDN). Bahkan, kata dia, pelaku meminta tebusan senilai 8 juta Dollar.

"Iya, menurut tim (minta tebusan) 8 juta dollar," kata Budi Arie kepada wartawan di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Senin (24/6/2024).

Dia belum menjelaskan secara rinci soal dari mana dan motif serangan yang membuat server PDN menjadi lumpuh. Budi menyebut serangan terhadap sistem PDN disebabkan virus Lockbit 3.0.2.

"Ini serangan virus lockbit 3.0.2," ucapnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya