Cuaca Besok Minggu 30 Juni 2024: Jabodetabek Siang hingga Malam Cerah Berawan

Pagi hari di akhir pekan, besok, Minggu 30 Juni 2024, seluruh langit Jakarta diprakirakan cerah. Begitulah prediksi cuaca besok.

oleh Devira Prastiwi diperbarui 29 Jun 2024, 08:15 WIB
Diterbitkan 29 Jun 2024, 08:15 WIB
Gunung Gede Pangrango Terlihat dari Kawasan Kemayoran
Pagi hari di akhir pekan, besok, Minggu 30 Juni 2024, seluruh langit Jakarta diprakirakan cerah. Begitulah prediksi cuaca besok. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Liputan6.com, Jakarta - Pagi hari di akhir pekan, besok, Minggu, 30 Juni 2024, seluruh langit Jakarta diprakirakan cerah. Begitulah prediksi cuaca besok.

Lalu pada siang hingga malam hari, cuaca Jakarta diprakirakan keseluruhannya bakal cerah berawan, seperti laporan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

Kemudian wilayah penyangganya yaitu Bekasi, Depok, dan Kota Bogor, Jawa Barat sepanjang hari dari pagi, siang, hingga malam diprediksi BMKG bakal cerah berawan, tanpa ada hujan sama sekali.

Senada, Kota Tangerang, Banten juga diprakirakan bakal cerah berawan pada pagi, siang, hingga malam hari.

Berikut informasi prakiraan cuaca Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) selengkapnya yang dikutip Liputan6.com dari laman resmi BMKG www.bmkg.go.id:

 Kota  Pagi  Siang   Malam 
 Jakarta Barat  Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Pusat   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Selatan   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Timur   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Jakarta Utara   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kepulauan Seribu   Cerah  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Bekasi   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Depok   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Kota Bogor   Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan
 Tangerang  Cerah Berawan  Cerah Berawan  Cerah Berawan

Jakarta Akan Lakukan Modifikasi Cuaca Atasi Polusi Udara

Jakarta Juara Dunia Polusi Udara saat Diguyur Hujan Lebat
Di urutan kota dengan kualitas udara buruk berikutnya adalah Delhi (India) dengan nilai 154, Wuhan (China) 144, Lahore (Pakistan) 135, Shanghai (China) 133, dan Riyadh (Saudi) 131. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta akan melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) untuk mengatasi polusi udara di Jakarta yang memburuk dalam beberapa pekan terakhir.

Kepala Pelaksana BPBD Jakarta Isnawa Adji mengatakan pihaknya juga bakal berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

"Kami akan berkoordinasi dengan BNPB dan BMKG mengenai arahan Pj Gubernur untuk melakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) di Jakarta, seiring dengan kondisi udara Jakarta yang sedang memburuk beberapa waktu terakhir," kata Isnawa dalam keterangan tertulis, dikutip Senin, 24 Juni 2024.

Sebelumnya, kata Isnawa TMC juga pernah dilakukan di wilayah Jakarta dan sekitarnya untuk mengatasi kondisi cuaca ekstrem dan polusi udara.

Isnawa menyampaikan, pada akhir 2022 lalu BPBD Jakarta berkoordinasi dengan tim gabungan TMC yang terdiri dari BMKG, BRIN, BNPB, dan TNI AU untuk melakukan penyemaian garam di kawasan Jakarta sebagai upaya untuk menanggulangi potensi cuaca ekstrem.

"Pada pertengahan tahun 2023 juga pernah dilakukan TMC untuk mengatasi pencemaran udara di Jakarta pada saat musim kemarau dengan kolaborasi dari tim gabungan," ucap Isnawa.

Menurutnya, upaya yang dilakukan tersebut bertujuan untuk memastikan polusi udara Jakarta dapat terkendali dan tidak memberikan dampak lanjutan yang serius bagi masyarakat Jakarta.

Oleh sebab itu, pada 2024 ini BPBD Jakarta juga akan kembali melakukan koordinasi dengan sejumlah pihak terkait untuk melakukan TMC.

"BMKG telah membentuk kedeputian yang khusus bekerja melakukan operasi modifikasi cuaca, yang nantinya dapat membantu Jakarta untuk membahas lebih teknis mengenai pelaksanaan operasional TMC ke depan," ujarnya.

Kualitas Udara Jakarta Memburuk, DLH Kembangkan Sistem Intervensi Emisi Pantau Sumber Polusi

Kualitas Udara Jakarta
Pemprov DKI Jakarta mengintensifkan penyiraman air di jalan-jalan protokol dan memperbanyak pemasangan generator kabut air (water mist) dalam upaya menekan polusi udara di Ibu Kota yang dirasakan masih tinggi. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Beberapa waktu belakangan, kualitas udara di Jakarta kembali memburuk. Tercatat pada situs pemantau kualitas udara IQAir, kualitas udara Jakarta sempat menjadi yang terburuk ketiga di dunia pada Rabu, 19 Juni 2024.

Menyikapi hal itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengatakan terus melakukan upaya menanggulangi penurunan kualitas udara di DKI Jakarta.

Salah satunya, melalui implementasi Keputusan Gubernur (Kepgub) DKI Jakarta Nomor 576 Tahun 2023 Tentang Strategi Pengendalian Pencemaran Udara (SPPU). 

Aturan tersebut bakal menjadi panduan strategis bagi Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta dalam meningkatkan kualitas udara di Jakarta hingga 2030. Melalui SPPU, DLH DKI Jakarta akan mengkaji semua penyebab dan solusi pencemaran udara secara terukur.

"Walau pun di tengah-tengah kondisi udara yang sedang menurun, Pemprov DKI sudah memiliki langkah yang jelas dalam menanggulangi pencemaran udara. Kita sedang dalam proses menyelesaikan itu," kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta Asep Kuswanto dalam keterangan tertulis, dikutip Jumat, 21 Juni 2024.

Menurut Asep, pihaknya saat ini tengah mengembangkan sistem inventarisasi emisi yang lebih sistematis untuk memantau sumber-sumber polusi udara di Jakarta.

Sistem ini, memungkinkan pengumpulan data yang lebih baik soal emisi dari berbagai sumber, termasuk kendaraan bermotor dan industri.

Upaya Beralih ke Transportasi Publik

Pemprov DKI harap semakin banyak warga berjalan kaki
Dengan berjalannya program ini, Pemprov DKI berharap dapat melihat penurunan signifikan dalam tingkat polusi Udara. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Selain itu, Asep bilang pihaknya juga memperketat pengawasan terhadap sumber emisi bergerak dan tidak bergerak. DLH DKI Jakarta menjalin kerja sama lintas daerah dengan daerah-daerah aglomerasi Jakarta seperti Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Cianjur.

"Untuk itu, kami mendorong pemerintah daerah di sekitar Jakarta untuk lebih ketat dalam mengawasi industri di wilayahnya yang berpotensi mencemari udara di sana dan terbawa angin ke Jakarta," ucap Asep.

Lebih lanjut, Asep menjelaskan terkait penurunan kualitas udara yang terjadi akhir-akhir ini di Jakarta.

Asep berujar, merujuk hasil analisis model HYSPLIT dari National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) yang dilakukan oleh Tim Ahli Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam dua hari terakhir, angin dominan berasal dari arah timur dan timur laut.

Adapun HYSPLIT atau Hybrid Single-Particle Lagrangian Integrated Trajectory adalah model yang digunakan untuk mensimulasikan pergerakan dan penyebaran polutan di atmosfer, sehingga membantu dalam memahami sumber dan dampak polusi udara.

Asep menambahkan, perubahan perilaku warga dengan beralih menggunakan transportasi publik, bersepeda, dan berjalan kaki untuk mobilisasi jarak dekat juga menjadi upaya yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kualitas udara.

"Itu juga kami kampanyekan. Selain itu, upaya jangka pendek juga kita tempuh dengan mengimbau pengelola gedung-gedung tinggi agar memasang water mist dan memperketat uji emisi kepada pemilik kendaraan bermotor di Jakarta," ujar Asep.

Infografis BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem
Infografis BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya