Liputan6.com, Jakarta - Pemberitaan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menggemparkan, usai beredar informasi pasangan suami istri diwajibkan memiliki satu anak perempuan. Imbasnya, opini pro-kontra membanjiri media.
Menanggapi hal itu, Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), dokter Hasto, menjelaskan informasi tersebut belum utuh dan harus dilihat lebih detil berdasarkan data.
Baca Juga
“Kami mempunyai target satu perempuan 'rata-rata' melahirkan satu anak perempuan,” kata Hasto saat menyikapi angka kelahiran (Total Fertility Rate = TFR) di Indonesia yang sudah mencapai angka ideal 2,1 dalam keterangannya kepada media, seperti dikutip Jumat (12/7/2024).
Advertisement
Hasto menggarisbawahi, penafsiran makna ‘rata-rata’ merupakan perwakilan kuantitas dari sekelompok data. Maka, besar kecilnya nilai rata-rata dipengaruhi oleh jumlah semua data dan banyaknya data.
“Dari penjelasan ini, makna rata-rata tidaklah sama dengan pengertian wajib,” jelas dia.
Maka dari itu, Hasto meluruskan soal satu keluarga wajib mempunyai anak perempuan adalah tidak tepat. Sebab mungkin saja ada keluarga yang mempunyai dua anak laki-laki semua atau justru mempunyai dua anak perempuan semua.
“Kalau depan rumah saya punya anak perempuan dua, belakang saya gak punya anak perempuan, pas sudah,” dia menandasi.
Dorong Program KB
Sebagai informasi, BKKBN terus mendorong keberhasilan dari program Keluarga Berencana. Saat ini, kampanye dilakukan adalah Menghindari 4Terlalu yaitu menghindari Terlalu muda, Terlalu tua, Terlalu dekat dan Terlalu banyak dalam perencanaan kehamilan.
Diketahui, cara digunakan adalah dengan alat kontrasepsi yang merupakan tujuan dari program KB. Harapannya, kesejahteraan ibu dan anak dapat meningkat serta menekan angka kematian ibu dan bayi pada saat melahirkan.
Advertisement