Liputan6.com, Jakarta - Indonesia menjadi tuan rumah dalam pertemuan ASEAN Senior Official on Forest (ASSOF) ke-27 di Bogor, Jawa Barat. Dalam pertemuan tersebut, akan membahas standarisasi monitoring dan memperkuat pengelolaan hutan produksi lestari di kawasan Asia Tenggara.
Agenda tersebut dihadiri semua negara anggota ASEAN, yakni Malaysia, Indonesia, Myanmar, Singapura, Thailand, Filipina, Vietnam, Brunai Darusallam, Laos, Kamboja dan Timor Leste.
Baca Juga
Direktur Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) Kementerian LHK, Dida Mighfar Ridha mengatakan pengelolaan hutan produksi lestari memiliki peran penting dalam menjaga kelangsungan hutan di Asia Tenggara.
Advertisement
"Sumber daya hutan dikelola secara lestari memegang peranan penting dalam menunjang kehidupan dan menyumbang devisa bagi pertumbuhan ekonomi melalui pemanfaatan hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu," ujar Dida usai membuka ASEAN Working Group on Forest Products Development (AWG-FPD) ke-27 di Bogor, Senin (15/7/2024).
Karena itu, dialog regional ini diharapkan memiliki kesamaan pandangan di negara-negara ASEAN untuk memonitoring hutan. Selain itu, memperkuat kerja sama dalam pengembangan dan pemasaran hasil hutan.
Kontribusi pada Perubahan Iklim
Kemudian mendorong sistem sertifikasi dan jaminan legalitas kayu menjadi program strategis. Kebijakan ini untuk memastikan bahwa produk dan bahan baku kayu diperoleh atau berasal dari sumber yang asal-usul dan pengelolaannya memenuhi aspek legalitas.
"Harmonisasi standar khususnya di ASEAN menjadi isu strategis untuk dibahas pada pertemuan ini, karena sebagai instrumen untuk meningkatkan pengelolaan hutan lestari dan mengoptimalkan pemanfaatan hasil hutan," ujarnya.
Di sisi lain, pihaknya juga ingin negara ASEAN berkontribusi terhadap perubahan iklim sesuai perjanjian Paris, di mana kehutanan memegang kunci yang sangat penting dalam mencapai target tersebut.
Sebagai informasi, AWG-FPD merupakan rangkaian kegiatan ASOF, yang akan digelar selama satu pekan.
Advertisement