Basarnas Kerahkan Pesawat Boeing Pengintai Cari Kapal Pengangkut Material BTS yang Hilang di Perairan Papua

Direktur Operasi Basarnas, Edy Prakoso mengatakan bahwa pesawat pengintai milik TNI AU tersebut mulai melakukan penyisiran di sekitar lokasi hilangnya kapal Kapal Pengangkut Material BTS milik BAKTI Kominfo di perairan Papua.

oleh Hanz Jimenez Salim diperbarui 24 Jul 2024, 17:55 WIB
Diterbitkan 24 Jul 2024, 17:53 WIB
Tim SAR melakukan pencarian kapal LCT Cita XX yang hilang kontak. Dok: Basarnas
Tim SAR melakukan pencarian kapal LCT Cita XX yang hilang kontak. Dok: Basarnas

Liputan6.com, Jakarta - Badan SAR Nasional (Basarnas) mengerahkan satu unit pesawat Boeing surveillance atau pengintai, untuk mencari Kapal LCT Cita XX yang membawa material Base Tranciever Station (BTS) milik Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Kapal tersebut dilaporkan hilang kontak saat berlayar perairan Timika-Yahukimo, Papua sejak Rabu 17 Juli 2024 lalu.

Direktur Operasi Basarnas, Edy Prakoso mengatakan bahwa pesawat surveillance atau pengintai milik TNI Angkatan Udara tersebut diagendakan mulai melakukan penyisiran di sekitar perairan Timika- Asmat pada hari keempat.

Namun, karena cuaca di sekitar lokasi pencarian masih hujan dan berkabut, tim SAR gabungan masih bersiaga di Bandara Mozes Kilangi, Timika.

"Operasi SAR gabungan akan segera dilakukan bila kondisi cuaca sudah kembali membaik," kata Edy dilansir dari Antara, Rabu (24/7/2024).

Dia menjelaskan, pengerahan pesawat Boeing 737-200 pengintai tersebut berdasarkan pertimbangan Basarnas dan TNI Angkatan Udara.

Tim SAR berharap, operasi pencarian bisa berjalan lancar setelah mengerahkan pesawat tersebut. Sebab,kata Eko, pesawat Boeing surveillance mempunyai kelengkapan instrumen peralatan canggih dan kamera beresolusi tinggi.

"Dengan begitu setiap lokasi yang patut diyakini menjadi keberadaan kapal landing ship tank Cita XX akan terlihat lebih jernih dan bisa segera ditemukan," ucap Eko.

Di sisi lain, Edy memastikan operasi dengan penyisiran perairan laut dalam di sekitar Timika-Asmat juga dilakukan dengan mengerahkan Kapal KRI Teluk Lada 521.

Sebelumnya, Basarnas menerima laporan terkait kapal LCT Cita XX hilang kontak dalam perjalanan dari Timika ke Lokpon, Kabupaten Yahukimo pada Rabu 17 Juli 2024.

Kapal dengan 12 kru pelayaran itu membawa bahan pembangunan BTS BAKTI Kominfo dengan tujuan ke Kabupaten Yahukimo, Papua Pegunungan dan dijadwalkan tiba pada Kamis 18 Juli 2024.

Menkominfo Desak BAKTI Utamakan Penyelamatan Awak Kapal Pengangkut Alat BTS yang Hilang di Papua

Menkominfo Budi Arie Setiadi
Menkominfo Budi Arie Setiadi saat buka bersama di Kantor Kominfo, Rabu (3/4/2024). (Liputan6.com/ Agustinus Mario Damar)

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Budi Arie Setiadi meminta Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) bersama tim SAR gabungan untuk mencari Kapal LCT Cita XX semaksimal mungkin.

Kapal LCT Cita XX yang membawa material Base Tranciever Station (BTS) milik BAKTI dari Timika menuju Yahukimo, Papua, dilaporkan hilang kontak sejak Rabu, 17 Juli 2024.

Menkominfo mengungkapkan pencarian dilakukan dengan melibatkan semua pihak terkait, agar awak dan kapal LCT Cita XX tersebut dapat segera ditemukan.

"Yang utama adalah menyelamatkan nyawa 12 awak kapal tersebut. Karena nyawa manusia lebih penting dari apapun. Saya perintahkan BAKTI Kominfo melakukan upaya pencarian semaksimal mungkin," kata Menkominfo, dikutip dari wesite resmi Kominfo, Selasa (23/7/2024).

Adapun identitas ke 12 awak Kapal LCT Cita XX yang hilang kontak adalah Junaidi (Kapten), Dedi (Mualim), M. Arif Efendi (KKM), Naikal (Oiler), Rusli (Juru Mudi), Agygera (Koki), Suherman (Pengawas Material Tower), Nimret G. Tua, Lukman Hakim, Samsudin, Asmoro, dan Alhakim.

Selain mengangkut 12 orang, Kapal LCT Cita XX juga membawa material BTS, tower, power, dan VSAT untuk penyediaan sinyal 4G BAKTI Kominfo di wilayah Kabupaten Yahukimo, Provinsi Papua Pegunungan.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya