3 Fakta Terkait Fenomena Hujan Es di Yogyakarta

Sebelum ada fenomena hujan es, awalnya cuaca panas, kemudian tiba-tiba mendung dan hujan deras.

oleh Elza Puti Pramata Diperbarui 12 Mar 2025, 15:03 WIB
Diterbitkan 12 Mar 2025, 15:03 WIB
Hujan Es
Warga Sleman, Yogyakarta, tepatnya di sepanjanag Jalan Kaliuran hingga Jalan Monjali dikejutkan dengan hujan ekstrem yang sertai butiran es terjadi pada Selasa sore (11/3/2025). (Liputan6.com/ Hendro Ary Wibowo)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Hujan es melanda sejumlah daerah di Yogyakarta, Senin 11 Maret 2025. Warga yang terkejut dengan fenomena alam ekstrem ini lalu banyak yang mengabadikan ke media sosial hingga menjadi viral.

Peristiwa hujan es itu berlangsung selama kurang lebih 10-15 menit dengan intensitas hujan yang cukup deras sebelum butiran es mulai turun.

Beberapa lokasi yang dilaporkan mengalami hujan es antara lain Jalan Kaliurang, Jalan Monjali, Jalan Magelang, kampus UGM di Bulaksumur, serta Kantor KPU Kota Yogyakarta dan Ringroad Barat Sleman.

Ukuran butiran es yang turun bervariasi, ada yang sebesar kelereng, menambah keunikan dari fenomena ini. 

Bayu Eko, warga Sleman yang merasakan hujan es di sekitar Godean, menuturkan, "Awalnya cuaca panas, terus tiba-tiba mendung dan hujan deras. Sekitar jam 15.05 WIB, dari dalam rumah saya dengar suara genteng kayak dilempar kerikil. Saya lihat keluar ternyata ada hujan es. Hujan es seukuran kerikil-kerikil itu," katanya.

Meskipun intensitas hujan es cukup tinggi di beberapa titik, hingga saat ini belum ada laporan kerusakan signifikan yang ditimbulkan. Kejadian ini menjadi perbincangan hangat di kalangan warga Jogja dan sekitarnya.

"Sekitar pukul 15.10 lagi di kawasan Jalan Magelang Yogyakarta serem berisik banget. Tadi saya pikir ada yang bocor kok bunyinya keras. Ternyata bener hujan es," kata Skolastika Yori, seorang warga saat dikonfirmasi.

Kepala Stasiun Meteorologi BMKG Yogyakarta, Warjono, memberikan penjelasan ilmiah mengenai fenomena hujan es ini. Ia menyatakan bahwa hujan es dipicu oleh awan Cumulonimbus yang menjulang tinggi hingga 15 kilometer dengan suhu puncak minus 7,2 derajat Celcius.

"Butiran es jatuh karena 'downdraft' atau aliran udara turun yang kuat, sehingga tidak sempat mencair sebelum mencapai tanah. Angin barat yang bertiup ke timur juga berperan," jelas Warjono, seperti dilansir Antara.

Selain hujan es, fenomena ini juga disertai angin kencang dan petir, yang semakin menambah dramatisnya peristiwa alam tersebut. Penjelasan BMKG ini memberikan pemahaman ilmiah mengenai fenomena langka yang terjadi di Yogyakarta.

Berikut fakta-fakta terkait hujan es di Yogyakarta, dihimpun oleh Tim News Liputan6.com:

Promosi 1

Penyebab Hujan Es

Hujan es adalah fenomena meteorologi yang terjadi ketika partikel air di atmosfer membeku menjadi butiran es. Di Yogyakarta, fenomena ini biasanya terjadi saat kondisi cuaca tertentu, seperti adanya awan cumulonimbus yang dapat menghasilkan hujan es. Ketika udara di sekitarnya cukup dingin, butiran air yang terbawa awan dapat membeku dan jatuh ke tanah dalam bentuk es.

Ketika hujan es terjadi, suhu di permukaan bumi biasanya lebih hangat dibandingkan dengan suhu di ketinggian. Hal ini menciptakan perbedaan suhu yang signifikan, yang bisa menyebabkan butiran es tidak sepenuhnya mencair sebelum mencapai tanah. Oleh karena itu, fenomena hujan es ini bisa terjadi meskipun di bawahnya tidak ada salju.

Di Yogyakarta, hujan es ini juga dilaporkan terjadi di beberapa wilayah Jawa Tengah, seperti di Kabupaten Kudus. Hal ini menunjukkan bahwa fenomena cuaca ekstrem ini tidak hanya terbatas pada satu daerah saja, melainkan bisa meluas ke wilayah lainnya.

Ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya hujan es:

Atmosfer yang tidak stabil: Kondisi atmosfer yang labil memicu pertumbuhan awan Cumulonimbus. Hujan deras yang tiba-tiba dan angin kencang seringkali menyertai hujan es.

Suhu permukaan yang rendah: Suhu permukaan bumi yang rendah membantu agar butiran es tidak mencair sepenuhnya sebelum mencapai tanah.

Tingkat pembekuan yang rendah: Jika lapisan pembekuan berada pada ketinggian yang lebih rendah dari biasanya, maka kemungkinan terjadinya hujan es akan meningkat.

Periode peralihan musim: Hujan es sering terjadi pada periode peralihan musim, seperti dari musim penghujan ke musim kemarau atau sebaliknya, karena kondisi atmosfer yang cenderung labil pada periode tersebut.

Jika beberapa hari berturut-turut tidak hujan di musim transisi, potensi hujan lebat disertai angin kencang, termasuk hujan es, meningkat. Hujan es memang bisa menjadi fenomena yang menakutkan, tetapi dengan memahami penyebabnya, kita bisa lebih siap menghadapinya.

 

Viral di Media Sosial

Reaksi warga terhadap hujan es ini sangat beragam. Banyak yang merasa terkejut dan kagum dengan fenomena alam yang jarang terjadi di Yogyakarta. Beberapa warga langsung mengeluarkan ponsel mereka untuk merekam dan mengabadikan momen tersebut. Momen ini pun langsung menjadi viral di media sosial, dengan banyak pengguna yang membagikan video dan foto hujan es.

Di platform media sosial, seperti Instagram dan Twitter, tagar terkait hujan es di Yogyakarta menjadi trending. Warga berbagi pengalaman mereka saat melihat hujan es, serta mengungkapkan rasa syukur karena bisa menyaksikan fenomena alam yang unik ini. Beberapa pengguna bahkan berkomentar tentang bagaimana mereka tidak pernah menyaksikan hujan es sebelumnya.

Media sosial menjadi sarana bagi masyarakat untuk saling berbagi informasi dan pengalaman. Banyak yang juga mengingatkan untuk tetap berhati-hati, terutama bagi mereka yang sedang berkendara saat hujan es terjadi. Meskipun tidak ada kerusakan yang dilaporkan, tetap penting untuk waspada terhadap kondisi cuaca yang tidak menentu.

 

Fenomena Belokan Angin, Timbulkan Cuaca Ekstrem

Sebelumnya Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengumumkan peringatan dini fenomena belokan angin di wilayah Jawa yang akan berdampak pada potensi cuaca ekstrem beberapa hari ke depan.

Bahkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY pun masih memberlakukan status darurat hingga 8 April 2025 mendatang.

Kepala BPBD DIY, Noviar Rahmat, menjelaskan saat ini Pemda DIY sudah memberlakukan status siaga darurat yang diperpanjang sejak 3 Maret 2025 lalu.

"Ini sudah perpanjangan keempat sampai tanggal 8 April," ujarnya, Senin 10 Maret 2025.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya