Liputan6.com, Jakarta - Kebijakan tarif impor Amerika Serikat (AS) terhadap sejumlah negara telah menciptakan ancaman fragmentasi ekonomi global yang telah berdampak pada perubahan rantai pasok global hingga pembentukan blok ekonomi baru.
Pengamat Intelijen Stepi Anriani mengatakan, ada tiga potensi yang bisa terjadi akibat pembentukan blok-blok ekonomi global.
"Pertama, negara-negara melawan dominasi AS dengan membentuk blok ekonomi baru. Kedua, dunia tunduk pada hegemoni AS. Ketiga, sikap negara-negara yang mencoba bernegosiasi dan netral lebih lunak dalam memposisikan diri," kata Stepi dalam keterangan tertulisnya, Selasa 15 April 2025.
Advertisement
Dosen analis intelijen di Sekolah Tinggi Intelijen Negara (STIN) ini mengurai, Indonesia secara geopolitik berada di kawasan Indo Pasifik yang menjadi wilayah strategis. Sebagai kawasan sentral, Indo Pasifik merupakan episentrum pertumbuhan ekonomi, inovasi teknologi, dan diskursus isu-isu kawasan.
Maka dari itu, Indonesia perlu mengambil peran strategis dalam mencegah konflik terbuka di kawasan. Stepi menyebut, ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan dan bisa diperankan Indonesia lebih kuat.
"Prioritas pertama, perkuat struktur ekonomi domestik, menjaga daya beli masyarakat, serta menjaga stabilitas harga sehingga ketahanan ekonomi nasional terbangun," jelas Stepi.
Indonesia juga perlu berupaya menarik investasi untuk pembangunan dan penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam hal ini, kolaborasi dengan pengusaha lokal dan luar negeri sangat penting.
"Pemerintah juga perlu melakukan diversifikasi perdagangan dan kemitraan strategis dengan berbagai multilateral. Kemudian, memperkuat ASEAN Economic Forum dan solidaritas negara ASEAN+," jelasnya.
Diplomasi
Saat ini, langkah pemerintah melakukan diplomasi dalam menanggapi perang tarif Presiden AS, Donald Trump sudah tepat.
"Saat ini pemerintah tinggal meningkatkan kepercayaan publik dalam negeri, kawasan, dan global dengan muncul sebagai 'middle power' dan memberikan solusi," sambung Stepi.
Yang tak kalah penting dalam menghadapi situasi global saat ini adalah menguatkan intelijen ekonomi untuk melakukan deteksi dini. Indonesia, kata dia, perlu memperkuat peran intelijen ekonomi dalam memantau dinamika global, mendeteksi dini ancaman dampak perang tarif, dan melindungi sektor strategis.
"Sinergi antara intelijen, pembuat kebijakan, dan pelaku usaha akan meningkatkan kesiapsiagaan nasional terhadap tekanan ekonomi eksternal," urainya.
Oleh karena itu, Indonesia tidak cukup hanya bertahan dalam menghadapi fragmentasi ekonomi global dan eskalasi ketegangan geopolitik.
"Kita harus tampil sebagai middle power yang aktif membangun solusi, serta memperkuat intelijen ekonomi sebagai instrumen strategis untuk menjaga kepentingan nasional di tengah ketidakpastian global," pungkasnya.
Advertisement
