`Rakyat Tak Lagi Bedakan Etnis, Semua Ingin Jokowi Jadi Presiden`

Menurut Budayawan Radhar Panca Dahana, paham kesukuan berangsur ditinggalkan masyarakat luas akibat arus globalisasi.

oleh Rochmanuddin diperbarui 04 Jul 2013, 15:44 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2013, 15:44 WIB
jokowi-tepuk-tangan-130703b.jpg
Budayawan Radhar Panca Dahana mengatakan, masyarakat Indonesia saat ini berangsur memasuki tahap kedewasaan akan keberagaman. Paham kesukuan berangsur ditinggalkan masyarakat luas akibat arus globalisasi.

Radhar pun mencontohkan sosok Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo yang akrab disapa Jokowi. Meski pengusaha kayu ini berasal dari Jawa, akhirnya dia diterima masyarakat DKI Jakarta sebagai gubernur.

"Artinya kita sekarang ini sudah menerima semua etnis, mau dari mana Jokowi asalnya, tidak melihat itu. Selama dia bisa membenahi Jakarta semua akan menerima," ujar Radhar dalam seminar nasional bertema Nasionalisme Kultural di Kalibata, Jakarta, Kamis (4/7/2013).

"Nah sekarang semua orang ingin Jokowi menjadi Presiden. Mahasiswa di luar negeri pun menyiapkan dana untuk Jokowi," sambung Radhar.

Menurut Radhar, Indonesia memiliki budaya utuh dan beragam yang dapat digunakan menangkal arus budaya globalisasi. "Cara rambutnya disisir kaya K-Pop, itu budaya global, itu nggak penting. Karena kekuatan budaya primordial yang membentuk negeri ini."

Menjadi bangsa Indonesia merupakan suatu identitas yang mozaik. Maka itu harus dipertahankan untuk melawan arus budaya asing meski harus melalui berbagai tantangan dan arus budaya globalisasi saat ini.

"Terima dulu identitas kita. Tapi justru itu kekuatan kita. Kita kenyal, seperti wayang ada pakai mobil tembak-tembakan, nggak apa-apa itu," ujarnya mencontohkan.

Memang, bicara soal nasionlisme kultural solusi yang baik adalah kembali kepada primordialisme. Kendati, kata Radhar, terlalu sulit untuk kembali pada budaya primordial di tengah arus globalisasi sekarang ini.

"Yang terbaik sekarang ini kembali pada kultur primordial kita, Sunda ya Sunda, Jawa ya Jawa. Karena di sana punya acuan kriteria bagaimana bertahan, bermoral. Siapa orang Ternate yang tak percaya dengan ke-Ternate-annya?" jelas Radhar. (Ali/Mut)

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya