Kenang Sejarah, PDIP Peringati Tragedi Berdarah Kudatuli

Masih ingat Peristiwa 27 Juli 1996, tragedi yang biasa disebut sebagai Peristiwa Kudatuli atau Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli?

oleh Riski Adam diperbarui 27 Jul 2013, 06:34 WIB
Diterbitkan 27 Jul 2013, 06:34 WIB
pdip130421b.jpg

Masih ingat Peristiwa 27 Juli 1996, atau yang biasa disebut sebagai Peristiwa Kudatuli (Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli)?

Ya, peristiwa yang terjadi di Kantor DPP PDI (Partai Demokrasi Indonesia) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat itu merupakan peristiwa berdarah yang menjadi tonggak sejarah terhadap proses pembentukan Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang dipimpin oleh Megawati Soekarnoputri.

Karena itu, setiap tahunnya termasuk hari ini tanggal 27 Juli, PDIP melalui Forum Komunikasi Korban (FKK) 27 Juli selalu mengenang peristiwa sejarah tersebut. Lantaran hingga saat ini pemerintah Indonesia belum bisa mengungkap siapa dalang akibat kerusuhan berdarah dan menyelesaikan peristiwa tersebut.

"Setiap tahun keluarga besar PDI Perjuangan melalui korban peristiwa 27 juli atau FKK 27 juli itu selalu mengenang peristiwa berdarah 27 juli itu," kata Wakil Sekjend PDIP, Ahmad Basarah saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta, Sabtu (27/7/2013).

"Jadi kita memperingatinya dengan memberikan tugas kepada FKK 27 Juli untuk melaksanakan kegiatan itu. Karena memang tiap tahun komunitas ini yang memperingati peristiwa 27 juli," tambah Basarah.

Basarah yang juga merupakan anggota Komisi III DPR RI ini juga menjelaskan bahwa pelaksanaan peringatan peristiwa 27 Juli itu hanya dirayakan oleh para aktivis dan simpatisan partai yang tergabung dalam Forum Komunikasi Korban (FKK) 27 Juli. Namun kantor DPP PDI di Jl Diponegoro 58 Jakarta Pusat yang kerap dijadikan tempat peringatan peristiwa berdarah itu sedang direnovasi. Jadinya peringatan itu akan dilakukan di tempat lain.

"Mereka biasa memperingatinya di kantor partai atau di mana peristiwa itu terjadi, yakni di Jalan Diponegoro (Kantor PDIP yang lama). Tapi karena di Diponegoro dalam proses renovasi maka akan dirayakan di tempat lain," tuturnya.

Basarah mengungkapkan, memang banyak peristiwa politik kelam yang terjadi dalam sejarah dinamika politik Indonesia yang tidak pernah terungkap dari mulai peristiwa 65, kemudian peristiwa Semanggi dan banyak lagi , termasuk Peristiwa Kudatuli.

Karena itu, Basarah berharap agar pemerintah bisa segera menyelesaikan peristiwa tersebut dan menghukum seadil-adilnya bagi mereka yang menjadi dalang atas pembantaian kader PDIP.

"Sampai saat ini pengungkapannya baik siapa dalangnya itu belum terungkap tuntas. Nah ini memang menjadi persoalan bagi penegakan hukum di indonesia terutama dalam konteks HAM. Banyak sekali peristiwa-peristiwa pelanggaran HAM di Indonesia yang memang belum terselesaikan dengan baik," tutup Basarah. (Riz)

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Tag Terkait

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya