Naiknya harga kedelai tentu langsung berimbas ke harga tahu dan tempe. Itulah yang membuat pedagang tahu di Kota Sumedang, Jawa Barat, langsung berlomba-lomba menaikan harga tahu goreng. Menaikan harga terpaksa dilakukan karena jika ukuran tahu diperkecil, pembeli ternyata justru berkurang drastis.
Liputan 6 SCTV, Selasa (27/8/2013) memberitakan, harga per potong tahu sebelumnya berharga Rp 500, kini naik menjadi Rp 700 hingga Rp 1000. Meski harga naik, produksi tahu justru berkurang, jika sebelumnya mampu memproduksi 1 kuintal per hari, sekarang hanya 50 kilogram.
Ironisnya, meskipun harga kedelai lokal lebih murah dari kedelai impor, pengrajin tahu-tempe enggan melirik keledai lokal. Pengusaha tahu-tempe tetap melirik kedelai impor karena kualitasnya dianggap lebih bagus.
Selama ini, kedelai lokal hanya menjadi bahan campuran untuk membuat tahu dan tempe. Perbandingannya penggunaan kedelai impor dan lokal pun hanya 70-30. Itulah yang membuat petani kedelai lokal tetap pesimis panennya laris, meskipun harga kedelai lokal naik Rp 300 per kilogram. (Eks/Yus)
Liputan 6 SCTV, Selasa (27/8/2013) memberitakan, harga per potong tahu sebelumnya berharga Rp 500, kini naik menjadi Rp 700 hingga Rp 1000. Meski harga naik, produksi tahu justru berkurang, jika sebelumnya mampu memproduksi 1 kuintal per hari, sekarang hanya 50 kilogram.
Ironisnya, meskipun harga kedelai lokal lebih murah dari kedelai impor, pengrajin tahu-tempe enggan melirik keledai lokal. Pengusaha tahu-tempe tetap melirik kedelai impor karena kualitasnya dianggap lebih bagus.
Selama ini, kedelai lokal hanya menjadi bahan campuran untuk membuat tahu dan tempe. Perbandingannya penggunaan kedelai impor dan lokal pun hanya 70-30. Itulah yang membuat petani kedelai lokal tetap pesimis panennya laris, meskipun harga kedelai lokal naik Rp 300 per kilogram. (Eks/Yus)