Di usia yang terbilang muda, Habib Munzir Al Musawa menghembuskan napas terakhirnya. Kepergian tiba-tiba pemimpin Majelis Rasulullah itu pun meninggalkan duka pada para jemaahnya. Seperti setiap tabligh akbar yang digelar Majelis Rasulullah, ramai jemaah pun membanjiri pembaringan mendiang Habib Munzir.
Massa pun tumpah-ruah menyesaki kawasan sekitar rumah duka, Kompleks Liga Mas, Pancoran, Jakarta Selatan. Mereka rela berdesak-desakan demi bisa melihat terakhir kali wajah sang ulama. Isak tangis serta lantunan doa bercampur-baur, tanda Habib Munzir begitu dipuja. Mengapa bisa?
"Saya terpukau karena kelembutan hati beliau. Bagaimana rasa kelembutan Rasullah, baru kali ini sosok guru pengajarannya benar-benar seperti itu. Saya merasa kehilangan, karena pengajarannya beliau. (Saya) Perlu sosok beliau," kata Irawan Budi Darmawan, salah satu jemaah yang datang melayat kepada Liputan6.com di lokasi, Jakarta, Minggu (15/9/2013).
"Kata-kata yang saya ingat dalam pengajaran dia, soal kepribadian Rasulullah, gimana lembutnya hati Rasulullah. Dan beliau mengajarkan untuk tidak berhenti berdzikir," imbuhnya.
Habib Munzir, lanjut dia, juga mengajarkan untuk tidak membenci umat lain yang non Islam. Dia mencontoh sifat Muhammad SAW yang pernah datang ke rumah non muslim kemudian tinggal berhari-hari di sana. "Selain itu untuk tidak terpecah-belah umat muslim."
Pria 21 itu mengaku telah 3 tahun mengikuti pengajian Habib Munzir. Setiap pekan pada hari Selasa, warga Jaka Sampurna, Bekasi, Jawa Barat, itu pasti menyempatkan waktunya untuk mengikuti pengajian. "Setiap pulang kerja saya langsung ke sini."
"Dia pergi begitu cepat, padahal mau ada kegiatan tabligh akbar di Monas bulan November nanti," sesal Irawan. Saat mengetahui berita duka cita ini petang tadi, dia mengaku tak dapat menahan air matanya. Irawan pun tak menunda waktu, dia segera berangkat melayat ke rumah duka.
Almarhum Habib Munzir Al Musawa adalah bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman Al Musawa dan Rahmah binti Hasyim Al Musawa. Dia lahir di Cipanas, Cianjur, Jabar, pada 23 Februari 1973 silam. Dia dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta sekitar pukul 14. 20 WIB setelah terjatuh dari kamar mandi. 1 Jam kemudian, Habib Munzir pun menghembuskan napas terakhirnya.
Ia mendirikan Majelis Dzikir Rasulullah pada 1998, yang belakangan menjadi kelompok pengajian populer di Jakarta. Dalam setiap pengajian, jumlah jamaah yang hadir mencapai ribuan orang.
"Jika aku wafat mendahului kalian, ku titipkan perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW pada kalian. Kita akan abadi bersama dalam kebahagiaan kelak. Insya Allah tanpa ada perpisahan." dikutip dari akun Twitter Majelis Rasulullah, @Mjl_Rasulullah. (Ndy)
Massa pun tumpah-ruah menyesaki kawasan sekitar rumah duka, Kompleks Liga Mas, Pancoran, Jakarta Selatan. Mereka rela berdesak-desakan demi bisa melihat terakhir kali wajah sang ulama. Isak tangis serta lantunan doa bercampur-baur, tanda Habib Munzir begitu dipuja. Mengapa bisa?
"Saya terpukau karena kelembutan hati beliau. Bagaimana rasa kelembutan Rasullah, baru kali ini sosok guru pengajarannya benar-benar seperti itu. Saya merasa kehilangan, karena pengajarannya beliau. (Saya) Perlu sosok beliau," kata Irawan Budi Darmawan, salah satu jemaah yang datang melayat kepada Liputan6.com di lokasi, Jakarta, Minggu (15/9/2013).
"Kata-kata yang saya ingat dalam pengajaran dia, soal kepribadian Rasulullah, gimana lembutnya hati Rasulullah. Dan beliau mengajarkan untuk tidak berhenti berdzikir," imbuhnya.
Habib Munzir, lanjut dia, juga mengajarkan untuk tidak membenci umat lain yang non Islam. Dia mencontoh sifat Muhammad SAW yang pernah datang ke rumah non muslim kemudian tinggal berhari-hari di sana. "Selain itu untuk tidak terpecah-belah umat muslim."
Pria 21 itu mengaku telah 3 tahun mengikuti pengajian Habib Munzir. Setiap pekan pada hari Selasa, warga Jaka Sampurna, Bekasi, Jawa Barat, itu pasti menyempatkan waktunya untuk mengikuti pengajian. "Setiap pulang kerja saya langsung ke sini."
"Dia pergi begitu cepat, padahal mau ada kegiatan tabligh akbar di Monas bulan November nanti," sesal Irawan. Saat mengetahui berita duka cita ini petang tadi, dia mengaku tak dapat menahan air matanya. Irawan pun tak menunda waktu, dia segera berangkat melayat ke rumah duka.
Almarhum Habib Munzir Al Musawa adalah bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan Fuad bin Abdurrahman Al Musawa dan Rahmah binti Hasyim Al Musawa. Dia lahir di Cipanas, Cianjur, Jabar, pada 23 Februari 1973 silam. Dia dibawa ke Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Kencana, Jakarta sekitar pukul 14. 20 WIB setelah terjatuh dari kamar mandi. 1 Jam kemudian, Habib Munzir pun menghembuskan napas terakhirnya.
Ia mendirikan Majelis Dzikir Rasulullah pada 1998, yang belakangan menjadi kelompok pengajian populer di Jakarta. Dalam setiap pengajian, jumlah jamaah yang hadir mencapai ribuan orang.
"Jika aku wafat mendahului kalian, ku titipkan perjuangan dakwah Nabi Muhammad SAW pada kalian. Kita akan abadi bersama dalam kebahagiaan kelak. Insya Allah tanpa ada perpisahan." dikutip dari akun Twitter Majelis Rasulullah, @Mjl_Rasulullah. (Ndy)