Menurut UAH Hisab Umat Sekarang akan Lebih Detail daripada Orang Terdahulu, Kenapa?

Konsep hisab yang semakin ketat ini menjadi pengingat bahwa setiap fasilitas yang dimiliki akan dipertanggungjawabkan. Semakin banyak nikmat yang diterima, semakin besar pula pertanyaannya nanti.

oleh Liputan6.com Diperbarui 21 Feb 2025, 01:30 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 01:30 WIB
Ustadz Adi Hidayat atau UAH
Ustadz Adi Hidayat atau UAH. (Foto: YouTube Adi Hidayat Official)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Setiap manusia akan menghadapi perhitungan amal di akhirat. Proses hisab ini akan menentukan nasib seseorang di akhirat kelak, apakah menuju surga atau sebaliknya. Namun, ada satu hal yang perlu disadari, yaitu hisab yang diterapkan kepada umat sekarang akan lebih ketat dibandingkan dengan orang-orang terdahulu.

Dalam sebuah ceramah, Ustadz Adi Hidayat (UAH) menjelaskan bagaimana hisab bagi umat zaman sekarang akan lebih detail dan penuh pertanggungjawaban. Kemudahan yang diberikan Allah di dunia menjadi salah satu faktor yang membuat pertanyaan di akhirat nanti semakin ketat.

"Jadi hisab yang diberlakukan kepada kita itu akan lebih tegas dibandingkan dengan orang dulu. Pertanyaannya akan lebih ketat," ujar UAH yang dicuplik dan dirangkum dari tayangan video di kanal YouTube @Hasanahislamofficial.

UAH mengungkapkan bagaimana nikmat yang diberikan Allah akan menjadi bahan pertanggungjawaban di hari akhir. UAH mencontohkan diantaranya, salah satu pertanyaan yang akan diajukan adalah tentang sholat subuh berjamaah. Banyak orang mengabaikan kewajiban ini meskipun sudah diberikan berbagai kemudahan dalam hidupnya.

"Kenapa kamu tidak sholat subuh berjamaah? Bukankah sudah aku titipkan sepeda dan engkau minta motor?" lanjut UAH menyampaikan gambaran hisab yang akan terjadi.

Pertanyaan itu menunjukkan bahwa fasilitas yang diberikan oleh Allah seharusnya digunakan untuk kebaikan, bukan malah menjadi alasan untuk semakin lalai dalam beribadah.

"Sepeda pun belum mengantar untuk bisa ibadah ke masjid, lalu ke mana nikmat yang telah aku berikan itu?" kata UAH menirukan gambaran pertanyaan yang akan dihadapi manusia.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Seharusnya Kemudahan untuk Mendekatkan Diri Kepada Allah SWT

Ilustrasi masjid, Islam
Ilustrasi masjid, Islam. (Foto oleh David McEachan: https://www.pexels.com/id-id/foto/siluet-masjid-di-bawah-langit-berawan-pada-siang-hari-87500/)... Selengkapnya

Kemudahan transportasi yang kini tersedia seharusnya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. Namun, banyak orang justru semakin jauh dari kewajiban ibadah.

Tidak sedikit yang ketika sudah memiliki sepeda ingin naik ke level yang lebih tinggi, yaitu memiliki motor. Setelah mendapatkan motor, keinginan pun bertambah menjadi ingin memiliki mobil.

Keinginan yang terus bertambah ini sering kali membuat seseorang lupa bahwa nikmat yang sudah diterima pun belum dimanfaatkan dengan baik untuk beribadah.

"Aku sudah berikan motor dan engkau minta mobil. Bukankah aku sudah berikan mobil dan engkau masih berharap punya private jet?" lanjut UAH mencontohkan pola pikir manusia yang tidak pernah merasa cukup.

Padahal, jika setiap nikmat yang diberikan digunakan dengan baik, maka justru akan menjadi amalan yang berat timbangannya di hari akhir. Namun sebaliknya, jika disia-siakan, maka akan menjadi bahan pertanyaan yang sulit dijawab di hadapan Allah.

Konsep hisab yang semakin ketat ini menjadi pengingat bahwa setiap fasilitas yang dimiliki akan dipertanggungjawabkan. Semakin banyak nikmat yang diterima, semakin besar pula pertanyaannya nanti.

Oleh karena itu, umat Islam diajak untuk lebih bersyukur dengan cara memanfaatkan nikmat yang ada untuk meningkatkan ibadah, bukan hanya menambah keinginan duniawi semata.

Penyebab Hisab Lebih Ketat

FOTO: Memperbanyak Ibadah Selama Ramadhan di Masjid Kubah Emas
Umat muslim bertadarus Al Quran di Masjid. (merdeka.com/ Arie Basuki)... Selengkapnya

Hisab yang lebih ketat ini juga menandakan bahwa umat sekarang hidup di zaman penuh kemudahan, sehingga tidak ada alasan untuk lalai dalam beribadah.

Seseorang yang diberi sepeda seharusnya lebih mudah untuk pergi ke masjid dibandingkan dengan orang-orang terdahulu yang harus berjalan kaki jauh.

Begitu pula dengan orang yang memiliki motor atau mobil. Semakin mudah sarana transportasi yang dimiliki, seharusnya semakin ringan langkah menuju kebaikan.

Namun kenyataannya, banyak orang yang justru semakin enggan beribadah meskipun sudah memiliki berbagai fasilitas. Keengganan inilah yang akan dipertanyakan nanti di hari akhir.

Maka, penting bagi setiap muslim untuk memahami bahwa nikmat yang diberikan bukan sekadar untuk kepuasan duniawi, melainkan juga untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Setiap nikmat harus digunakan dengan bijak agar tidak menjadi beban berat dalam hisab nanti. Sebab, setiap fasilitas yang dimiliki akan menjadi saksi di hadapan Allah.

Kajian ini menjadi pengingat agar setiap orang tidak hanya sibuk mengejar dunia, tetapi juga memperhatikan bagaimana nikmat yang diterima digunakan untuk mendekatkan diri kepada Allah.

Hisab yang lebih ketat bagi umat sekarang menunjukkan bahwa semakin banyak kemudahan yang diberikan, semakin besar pula tanggung jawab yang harus dipikul. Oleh karena itu, setiap muslim perlu bersiap diri dengan memperbanyak amal dan ibadah sejak sekarang.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya