Astronom Temukan Planet Layak Huni dengan Orbit Ekstrem

Fakta ini menjadikannya menarik bagi para astronom karena bintang yang lebih tua cenderung lebih stabil. Hal ini memungkinkan planet-planet di sekitarnya untuk mencapai kestabilan orbit dalam jangka waktu yang panjang.

oleh Switzy Sabandar Diperbarui 21 Feb 2025, 02:00 WIB
Diterbitkan 21 Feb 2025, 02:00 WIB
[Bintang] Ilmuwan Temukan Planet Misterius, 'Bumi Kedua'?
Ilustrasi 'planet kesembilan' yang masih tinggalkan bongkahan misteri. | via: NASA/JPL-Caltech... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta - Para astronom telah menemukan sebuah exoplanet yang berpotensi layak huni yang terletak sekitar 20 tahun cahaya dari Bima Sakti. Planet ini diberi nama resmi HD 20794 d dan memiliki massa hampir enam kali lipat dari bumi.

Penemuan ini menjadi langkah maju dalam pencarian dunia lain yang dapat mendukung kehidupan seperti yang kita kenal. Menariknya, HD 20794 d berada dalam zona layak huni di sekitar bintang induknya, HD 20794.

Zona ini adalah area di mana suhu memungkinkan keberadaan air dalam bentuk cair di permukaan planet, sebuah faktor kunci dalam kemungkinan adanya kehidupan. Jika suatu planet berada terlalu dekat dengan bintangnya, maka suhu ekstrem akan menyebabkan air di permukaannya menguap.

Sebaliknya, jika letaknya terlalu jauh, air akan membeku, menghambat potensi kehidupan. Melansir laman Space pada Rabu (19/02/2025), bintang HD 20794 adalah bintang kerdil kuning yang menyerupai Matahari, meskipun memiliki ukuran yang lebih kecil dan usia yang lebih tua.

Fakta ini menjadikannya menarik bagi para astronom karena bintang yang lebih tua cenderung lebih stabil. Hal ini memungkinkan planet-planet di sekitarnya untuk mencapai kestabilan orbit dalam jangka waktu yang panjang.

Pada 2011, para astronom pertama kali menemukan tiga exoplanet yang mengorbit bintang HD 20794. Namun, informasi mengenai planet-planet ini masih sangat terbatas.

Terobosan baru terjadi pada tahun 2022 ketika seorang astronom bernama Cretignier dan timnya berhasil mendeteksi getaran halus serta berkala dalam spektrum bintang tersebut. Getaran ini diduga disebabkan oleh tarikan gravitasi exoplanet saat mengorbit bintang induknya.

Karena sinyalnya sangat lemah, tim astronom harus melakukan analisis data yang sangat cermat. Mereka menggunakan instrumen canggih ESPRESSO dari European Southern Observatory untuk mengumpulkan lebih banyak data pengamatan.

Setelah berbagai analisis dilakukan, keberadaan HD 20794 d akhirnya dikonfirmasi. Planet ini memiliki massa minimal 5,82 kali massa bumi dengan radius yang diperkirakan berkisar antara 1,7 hingga 2,1 kali radius bumi.

Orbitnya berlangsung selama sekitar 648 hari, yang membawa planet ini tepat ke dalam zona layak huni bintang tersebut. Namun, ada satu aspek menarik yang membedakan HD 20794 d dari beberapa exoplanet lainnya: orbitnya berbentuk elips, bukan lingkaran sempurna.

 

Orbit Elips

Konsekuensi dari orbit elips ini adalah bahwa hanya sebagian dari orbitnya yang berada di zona layak huni. Ketika berada di titik terdekat dengan bintangnya (perihelion), suhu permukaan planet dapat cukup hangat untuk mempertahankan air dalam bentuk cair.

Namun, saat mencapai titik terjauh dalam orbitnya (apastron), planet ini mungkin menjadi terlalu dingin, sehingga air di permukaannya bisa membeku. Para ilmuwan masih menghadapi tantangan dalam menentukan sifat pasti HD 20794 d, terutama mengenai radius pastinya.

Tanpa informasi yang akurat tentang radiusnya, mereka belum dapat menghitung kepadatan planet dengan tepat. Kepadatan ini merupakan faktor penting untuk menentukan komposisinya, apakah planet ini berbatu seperti bumi atau lebih mirip mini-Neptunus yang memiliki atmosfer tebal dan berlapis-lapis gas.

Jika HD 20794 d memiliki radius yang lebih kecil, kemungkinan besar ia merupakan "super-bumi" berbatu dengan karakteristik yang lebih mirip dengan planet kita. Namun, jika radiusnya lebih besar, ada kemungkinan planet ini memiliki lapisan atmosfer yang tebal, yang dapat memengaruhi kelayakhuniannya.

Atmosfer yang terlalu tebal bisa menciptakan tekanan permukaan yang sangat tinggi, seperti yang terjadi di Venus, yang pada akhirnya menghambat kelangsungan kehidupan.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

EnamPlus

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya