DPR Upayakan Temui Snowden Pembocor Penyadapan di Moskow

Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang menyatakan berencana ke Moskow, menemui Edward Snowden yang menjadi buronan AS.

oleh Silvanus Alvin diperbarui 19 Nov 2013, 15:35 WIB
Diterbitkan 19 Nov 2013, 15:35 WIB
edward-snowden-131031c.jpg

Penyadapan yang dilakukan oleh Australia terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membuat Komisi I DPR memantapkan hati untuk menemui Edward Snowden yang menjadi pembocor kabar penyadapan tersebut. Namun, belum ada jadwal pasti kepergian mereka ke Moskow, Rusia.

"Kita upayakan Komisi I bertemu Snowden di Moskow, kita yang upayakan. Komisi I kan mitra pemerintah," ujar Wakil Ketua Komisi I DPR Agus Gumiwang di gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (19/11/2013).

Agus menyatakan, pemerintah RI sudah bergerak cukup tegas dengan memanggil pulang Dubes Indonesia Nadjib Riphat Kesoema di Australia, lalu mengevaluasi kerjasama. "Paling rugi pihak Australia bukan kita, melihat besarnya kepentingan ekonomi mereka," tegas Agus.

Secara terpisah, anggota Komisi I DPR RI lainnya, Tantowi Yahya menduga penyadapan bisa saja menyusup dari alat yang diterima Indonesia oleh Negara Kangguru tersebut.

"Pada 2001, Polri Densus 88 menerima bantuan dari Australia berupa alat intersepsi. Patut diduga masuknya penyadapan itu adalah dari peralatan yang diterima polisi itu," terang Tantowi.

"Jadi tidak mustahil peralatan itu sudah dibuat terkoneksi dengan sistem mereka di sana. Jadi patut diduga salah satu sumber kebocoran dari situ," tambah Juru Bicara Golkar ini.

Edward Snowden menjadi pria yang dicari-cari negara manapun. Hal itu berkat kabar penyadapan Amerika Serikat pada sejumlah negara yang dibocorkannya, mulai dari Jerman, Cina, dan Indonesia --yang melibatkan Australia.

Pria berumur 30 tahun itu pun sekarang dilindungi Rusia. Oleh Vladimir Putin, ia diberi pekerjaan dan disembunyikan keberadaannya. Namun, beberapa waktu lalu, Snowden menyatakan mau menemui perwakilan Jerman untuk membongkar secara detail terkait penyadapan Badan Pertahanan Nasional Amerika Serikat atau NSA.

Dugaan penyadapan muncul dari dokumen yang dibocorkan oleh Edward Snowden, mantan kontraktor untuk Badan Keamanan Nasional AS (NSA). Dokumen tersebut diterbitkan majalah Jerman, Der Spiegel, yang membahas secara rinci program intelijen sinyal bernama Stateroom. Majalah itu menyebutkan Kedubes AS, Inggris, Australia dan Kanada menyimpan perangkat penyadapan untuk mengumpulkan komunikasi elektronik.

Seperti dimuat BBC, negara-negara itu, bersama Selandia Baru, juga memiliki perjanjian berbagi intelijen yang dikenal dengan 'Five Eyes'. Kedubes Australia di Jakarta diklaim sebagai salah satu kedubes yang terlibat seperti dilaporkan media Fairfax Australia.

Selain itu kedubes Australia di Bangkok, Hanoi, Beijing dan Dili serta Komisi Tinggi di Kuala Lumpur serta Port Moresby, Papua Nugini, juga disebut terlibat. (Riz/Ism)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya