Berdasarkan hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI), bagi Partai Demokrat meraih suara jeblok dengan elektabilitas di bawah 10 persen. Pemilu 2014 pun diprediksi akan menjadi tragedi bagi Demokrat yang kini berada di bawah komando Ketua Umumnya, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Menanggapi survei tersebut, Ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Anas Urbaningrum mengakui Demokkrat menghadapi tantangan yang cukup berat saat ini. Terlebih, kepuasan publik rendah terhadap kinerja pemerintah.
"Sejauh survei, memang angka Demokrat belum seperti yang diharapkan. Harapan bahwa begitu dipegang langsung oleh Pak SBY akan bikin Demokrat langsung naik elektabilitasnya ternyata tidak terjadi," kata Anas melalui keterangan tertulis kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (24/11/2013).
Ia menuturkan Demokrat memang sedang menghadapi tantangan yang berat, terutama karena sedang bertemu dengan realitas kepuasan publik yang rendah terhadap Pemerintah. Alhasil, elektabilitas Demokrat tidak juga naik.
Anas yang juga mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu menambahkan kesebelasan konvensi juga belum seperti yang diharapkan. Daya tariknya kalah dengan tokoh-tokoh yang diajukan partai lain.
"Konvensinya sendiri kurang kuat magnetnya," jelas Anas.
Karena itu, menurutnya Demokrat bisa lebih realistis berkoalisi saat menghadapi Pilpres 2014 dengan melihat hasil Pileg 2014 dan elektabilitas pemenang konvensi.
"Menurut saya, hasil akhir pileg 2014 dan elektabilitas kesebelasan konvensi PD akan menjadi salah satu penentu peta koalisi Pilpres 2014," tandas Anas.
Hero to Zero
Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan berdasarkan survei LSI, Partai Demokrat yang meraih suara tertinggi dalam Pemilu 2014 lalu diprediksi menjadi partai tengah karena rendahnya elektabilitas yang dimiliki. Survei itu dilakukan antara 12 September sampai 5 Oktober 2013 di 33 Provinsi di Indonesia dengan mengambil sample dari 1.200 responden.
"Sekarang di Pemilu 2014, Demokrat yang tadinya hero, dengan elektabilitas tinggi dan pada 2009 jadi pemenang Pilpres 1 putaran, bisa jadi zero. Kembali jadi partai papan tengah (elektabilitas di bawah 10 persen)," tukas Rully.
Penyebabnya penanganan isu negatif dari kasus korupsi membuat elektabilitas Demokrat turun. Januari 2011 elektabilitas masih 20,5 persen. Namun, Oktober 2013 sudah di bawah 10 persen. Dan dari hasil penelitian disimpulkan konvensi untuk memulihkan citra partai dianggap tidak berhasil. Alasannya, karena peserta konvensi kurang dikenal dibanding capres dari partai lain. (Adi)
Menanggapi survei tersebut, Ketua Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Anas Urbaningrum mengakui Demokkrat menghadapi tantangan yang cukup berat saat ini. Terlebih, kepuasan publik rendah terhadap kinerja pemerintah.
"Sejauh survei, memang angka Demokrat belum seperti yang diharapkan. Harapan bahwa begitu dipegang langsung oleh Pak SBY akan bikin Demokrat langsung naik elektabilitasnya ternyata tidak terjadi," kata Anas melalui keterangan tertulis kepada Liputan6.com di Jakarta, Minggu (24/11/2013).
Ia menuturkan Demokrat memang sedang menghadapi tantangan yang berat, terutama karena sedang bertemu dengan realitas kepuasan publik yang rendah terhadap Pemerintah. Alhasil, elektabilitas Demokrat tidak juga naik.
Anas yang juga mantan Ketua Umum Partai Demokrat itu menambahkan kesebelasan konvensi juga belum seperti yang diharapkan. Daya tariknya kalah dengan tokoh-tokoh yang diajukan partai lain.
"Konvensinya sendiri kurang kuat magnetnya," jelas Anas.
Karena itu, menurutnya Demokrat bisa lebih realistis berkoalisi saat menghadapi Pilpres 2014 dengan melihat hasil Pileg 2014 dan elektabilitas pemenang konvensi.
"Menurut saya, hasil akhir pileg 2014 dan elektabilitas kesebelasan konvensi PD akan menjadi salah satu penentu peta koalisi Pilpres 2014," tandas Anas.
Hero to Zero
Peneliti LSI Rully Akbar mengatakan berdasarkan survei LSI, Partai Demokrat yang meraih suara tertinggi dalam Pemilu 2014 lalu diprediksi menjadi partai tengah karena rendahnya elektabilitas yang dimiliki. Survei itu dilakukan antara 12 September sampai 5 Oktober 2013 di 33 Provinsi di Indonesia dengan mengambil sample dari 1.200 responden.
"Sekarang di Pemilu 2014, Demokrat yang tadinya hero, dengan elektabilitas tinggi dan pada 2009 jadi pemenang Pilpres 1 putaran, bisa jadi zero. Kembali jadi partai papan tengah (elektabilitas di bawah 10 persen)," tukas Rully.
Penyebabnya penanganan isu negatif dari kasus korupsi membuat elektabilitas Demokrat turun. Januari 2011 elektabilitas masih 20,5 persen. Namun, Oktober 2013 sudah di bawah 10 persen. Dan dari hasil penelitian disimpulkan konvensi untuk memulihkan citra partai dianggap tidak berhasil. Alasannya, karena peserta konvensi kurang dikenal dibanding capres dari partai lain. (Adi)