Bogor Jawa Barat bisa menjadi alternatif lokasi liburan yang tepat bagi Anda dan keluarga. Jaraknya yang dekat dengan Ibukota, serta kemudahan transportasi membuat Bogor sangat mudah dijangkau. Ada apa saja di Bogor? Reporter Sufiani Tanjung dan juru kamera Endro Aji dan Ahmad Harris mengajak Anda untuk ngubek Kota Hujan itui.
Seperti dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (30/11/2013), perjalanan akhir pekan Tim Ngubek dimulai dengan naik kereta api rel listrik commuter rute Jakarta-Bogor.
Pertama-tama menuju Stasiun Kota, yang dibangun oleh arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, Frans Johan Louwrens Ghijsels. Stasiun yang mulai beroperasi sejak 8 oktober 1929, jadi titik awal perjalanan menuju Bogor. Lalu antre untuk dapat tiket harian berjaminan Kereta Commuter rute Jakarta Stasiun kota ke Bogor, yang dibandrol Rp 10 ribu per orangnya.
Sudah dapat tiket, saatnya tapping in atau menempelkan tiket perjalanan di atas sebuah sensor pada gerbang masuk supaya tercatat lokasi stasiun awal perjalanan dimulai.
Gerbong khusus wanita bisa dipilih, agar membuat penumpang nyaman. KRL Commuter punya gerbong yang bersih dengan kursi busa panjang dan dilengkapi mesin pendingin (AC).
Selain dikenal sebagai Kota Hujan, Bogor yang punya lambang kebanggaan Tugu Kujang ini juga dikenal sebagai kota seribu angkot. Makanya tiap sudut jalan dipenuhi deretan angkot. Dinginnya Kota Bogor karena hujan yang mengguyur ternyata bikin mudah lapar. Itu pertanda saatnya berburu makanan pilihan di kota yang dikenal juga sebagai surganya pecinta kuliner.
Mulai dari toge goreng sampai roti unyil, semuanya disebut-sebut berasal dari Bogor. Namun kali ini TIm Ngubek menggerebek langsung dapur orang Bogor. Hasilnya, makanan khas orang Sunda ternyata jadi hidangan rumahan favoritnya.
Mereka gemar menyantap nasi tutug oncom, yang berarti nasi yang ditumbuk bersama dengan oncom. Dengan bahan dan proses pembuatan yang sederhana.
Bagian paling penting membuat tutug oncom, adalah menumbuk nasi dengan osengan oncom berbumbu ditambah daun kemangi. Nasi yang sudah di cetak pun siap dihidangkan. (Tnt)
Seperti dalam tayangan Liputan 6 Pagi SCTV, Sabtu (30/11/2013), perjalanan akhir pekan Tim Ngubek dimulai dengan naik kereta api rel listrik commuter rute Jakarta-Bogor.
Pertama-tama menuju Stasiun Kota, yang dibangun oleh arsitek Belanda kelahiran Tulungagung, Frans Johan Louwrens Ghijsels. Stasiun yang mulai beroperasi sejak 8 oktober 1929, jadi titik awal perjalanan menuju Bogor. Lalu antre untuk dapat tiket harian berjaminan Kereta Commuter rute Jakarta Stasiun kota ke Bogor, yang dibandrol Rp 10 ribu per orangnya.
Sudah dapat tiket, saatnya tapping in atau menempelkan tiket perjalanan di atas sebuah sensor pada gerbang masuk supaya tercatat lokasi stasiun awal perjalanan dimulai.
Gerbong khusus wanita bisa dipilih, agar membuat penumpang nyaman. KRL Commuter punya gerbong yang bersih dengan kursi busa panjang dan dilengkapi mesin pendingin (AC).
Selain dikenal sebagai Kota Hujan, Bogor yang punya lambang kebanggaan Tugu Kujang ini juga dikenal sebagai kota seribu angkot. Makanya tiap sudut jalan dipenuhi deretan angkot. Dinginnya Kota Bogor karena hujan yang mengguyur ternyata bikin mudah lapar. Itu pertanda saatnya berburu makanan pilihan di kota yang dikenal juga sebagai surganya pecinta kuliner.
Mulai dari toge goreng sampai roti unyil, semuanya disebut-sebut berasal dari Bogor. Namun kali ini TIm Ngubek menggerebek langsung dapur orang Bogor. Hasilnya, makanan khas orang Sunda ternyata jadi hidangan rumahan favoritnya.
Mereka gemar menyantap nasi tutug oncom, yang berarti nasi yang ditumbuk bersama dengan oncom. Dengan bahan dan proses pembuatan yang sederhana.
Bagian paling penting membuat tutug oncom, adalah menumbuk nasi dengan osengan oncom berbumbu ditambah daun kemangi. Nasi yang sudah di cetak pun siap dihidangkan. (Tnt)