Pemerintah Provinsi DKI Jakarta akhirnya memggusur warga Waduk Ria Rio. Pascapenggusuran, warga memilih bertahan di tenda terpal yang dibangun sendiri.
Mamat (53) warga RT 7/15 Pedongkelan, Pulogadung, Jakarta Timur menuturkan, dirinya tak habis pikir, rumah yang sudah ditempatinya sejak 1990 rata dengan tanah hanya dalam sekejap. Terlebih, tak ada pemberitahuan sebelum penggusuran dilakukan.
"Nggak ada yang kasih tahu. Tiba-tiba subuh, warga sudah pada ngeluarin barang dari rumah. Nggak lama terus banyak petugas bongkar," katanya saat ditemui di lokasi, Senin (2/12/2013).
Sejak dibongkar, Mamat beserta istri dan kedua anaknya memilih mendirikan tenda yang terbuat dari terpal, tak jauh dari rumahnya. Setidaknya, tenda itu cukup untuk menutupi dirinya dan keluarga serta perabotan rumah yang masih bisa diselamatkan.
"Nggak ada bantuan makanan, minuman, atau apa gitu. Cuma tenda saja tuh (dari Kemensos). Itu juga sudah penuh. Makanya saya buat sendiri," ucapnya.
Uang kompensasi senilai Rp 4 juta pun belum diterimanya sama sekali. Padahal, dirinya sudah mendaftarkan diri sebagai warga yang mendapat unit di Rusun Pinus Elok.
"Sepeser juga belum dapat sampai sekarang. Kalau dikasih Rp 1 juta dulu juga nggak cukup," lanjutnya.
Pria asal Kuningan, Jawa Barat, itu pun berpikir untuk mencari rumah kontrakan sambil menunggu unit rusunnya. Terlebih, dirinya belum tahu kapan unit itu bisa dihuni.
"Kalau lama ya terpaksa cari kontrakan dulu. Mau bagaimana lagi? Daripada di sini," tandas Mamat. (Mut/Yus)
Mamat (53) warga RT 7/15 Pedongkelan, Pulogadung, Jakarta Timur menuturkan, dirinya tak habis pikir, rumah yang sudah ditempatinya sejak 1990 rata dengan tanah hanya dalam sekejap. Terlebih, tak ada pemberitahuan sebelum penggusuran dilakukan.
"Nggak ada yang kasih tahu. Tiba-tiba subuh, warga sudah pada ngeluarin barang dari rumah. Nggak lama terus banyak petugas bongkar," katanya saat ditemui di lokasi, Senin (2/12/2013).
Sejak dibongkar, Mamat beserta istri dan kedua anaknya memilih mendirikan tenda yang terbuat dari terpal, tak jauh dari rumahnya. Setidaknya, tenda itu cukup untuk menutupi dirinya dan keluarga serta perabotan rumah yang masih bisa diselamatkan.
"Nggak ada bantuan makanan, minuman, atau apa gitu. Cuma tenda saja tuh (dari Kemensos). Itu juga sudah penuh. Makanya saya buat sendiri," ucapnya.
Uang kompensasi senilai Rp 4 juta pun belum diterimanya sama sekali. Padahal, dirinya sudah mendaftarkan diri sebagai warga yang mendapat unit di Rusun Pinus Elok.
"Sepeser juga belum dapat sampai sekarang. Kalau dikasih Rp 1 juta dulu juga nggak cukup," lanjutnya.
Pria asal Kuningan, Jawa Barat, itu pun berpikir untuk mencari rumah kontrakan sambil menunggu unit rusunnya. Terlebih, dirinya belum tahu kapan unit itu bisa dihuni.
"Kalau lama ya terpaksa cari kontrakan dulu. Mau bagaimana lagi? Daripada di sini," tandas Mamat. (Mut/Yus)