Liputan6.com, Jakarta klim investasi di Indonesia mulai berangsur baik dan kembali berjalan dengan normal. Tidak terkecuali pada industri portfolio investasi di Securities Crowdfunding (SCF) di Indonesia. Securities Crowdfunding adalah skema pendanaan dengan sistem penggalangan dana melalui pasar modal. Metode ini umumnya dapat dimanfaatkan oleh perusahaan UKM (Usaha Kecil Menengah) untuk melakukan ekspansi bisnisnya menjadi lebih besar, melalui penyelenggara layanan SCF.
Sejak kehadirannya pada tahun 2020, pertumbuhan Securities Crowdfunding sangatlah pesat dan telah menunjukkan sebagai salah satu penggerak roda ekonomi di Indonesia. Terbukti bahwa konftribusi portfolio investasi SCF sebesar 6,54% dari seluruh portfolio investasi di Indonesia dengan nilai total dana yang dihimpun per 17 Desember 2022 sebanyak 727 miliar rupiah.
Potensi SCF telah menghadirkan keuntungan namun pada waktu yang sama mengundang potensi adanya resiko kerugian. Pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menunjuk Asosiasi Layanan Urun Dana Indonesia (ALUDI) untuk membangun, memperkuat, dan menjaga industri Layanan Urun Dana yang saat ini sedang berkembang di Indonesia melalui regulasi yang dibentuk berikut edukasi yang akan di sosialisasikan kepada khalayk masyarakat luas.
Advertisement
Â
Dalam rangka sosialisasi dan memperkuat infrastruktur dari SCF di Indonesia, ALUDI menggelar Indonesia Crowdfunding Outlook 2022 di Jakarta. Kegiatan tersebut antara lain adalah paparan mengenai perkembangan, strategi, evaluasi di 2022 dan perencanaan industri SCF di 2023.
Rumusan strategi SCF Indonesia adalah sustainable (berkelanjutan), trusted (dipercaya), dan inclusiveness (inklusivitas). Saat ini pemodal memiliki alternatif sumber pendapatan dari pengusaha UKM dengan mengandalkan pertumbuhan bisnis yang memiliki reputasi dan pengelolaan bisnisnya yang lebih stabil. Kedua, SCF menjadi platform yang terpercaya karena semua pihak harus transparan dari awal, dan para perusahaan penerbit harus membangun kepercayaan masyarakat sebelum menjadi emiten bursa efek. Dan ketiga, baik pemodal memiliki instrument investasi baru dan penerbit memiliki akses ke untapped fund (dana yang belum dimanfaatkan). Â Â
ALUDI mencatat bahwa per 17 Desember 2022, penyelenggara dari SCF yang telah berizin sebanyak 12 perusahaan, dan masih ada 37 perusahaan penyelenggara yang dalam proses perizinan. Di tahun 2022, perusahaan UKM penerbit mencapai 342 penerbit yang terdiri dari 253 penerbit saham, 5 penerbit saham syariah, 4 penerbit Obligor, dan 80 Penerbit Sukuk. Dari total perusahaan penerbit tersebut ada 29 jenis industri.
Â
Sementara untuk pemodal SCF naik 30,5% dari sebelumnya 513.224 (2021) kini 669.685 (2022). Dan untuk pengguna/ user yang terdaftar pada perusahaan penyelenggara mencapai 138.815 orang.
Untuk total saham yang ditawarkan adalah Rp 641 miliar. Total saham syariah yang ditawarkan adalah Rp 12,8 miliar. Total obligasi yang ditawarkan adalah Rp14 miliar. Sukuk yang ditawarkan Rp 199 miliar. Dan total dana yang dihimpun adalah sebesar Rp 727miliar, dengan nilai dividen yang telah dibagikan sebesar Rp.35 miliar rupiah.
Selain memberikan paparan secara garis besar mengenai industry SCF di Indonesia, kegiatan ini juga memberikan penghargaan kepada para stakeholder yakni perusahaan penerbit (UKM) dan perusahaan penyelenggara SCF Indonesia melalui berdasarkan 5 kategori yakni Best Asset Performance 2022 untuk kategori properti adalah PT Yukarista Loka Galuhmas. Best non Asset Performance 2022 untuk kategori F&B adalah PT Cipta Kreasi Kopi. Best non Asset Performance 2022 untuk kategori Retail, PT Ritelindo Bintang Berkarya. Best Performance Sharia Platform 2022, PT Shafiq Digital Indonesia dan Best Performance Platform 2022, PT ICX Bangun Indonesia (LandX).