Studi: 2 Hal Ini Bisa Memprediksi Gejala Sakit Migrain Bakal Muncul

Ternyata memprediksi gejala migrain bisa dilakukan. Sebuah studi baru menunjukkan hal itu.

oleh Tira Santia diperbarui 12 Feb 2024, 12:01 WIB
Diterbitkan 12 Feb 2024, 12:01 WIB
Ilustrasi migrain
Ilustrasi migrain. Sumber foto: unsplash.com/Carolina Heza.

Liputan6.com, Jakarta Sakit migrain tidak bisa disepelekan karena itu bisa menggangu kondisi tubuh secara keseluruhan dan aktivitas.  Bukankah akan sangat membantu jika seseorang dapat mengetahui kapan migrain melanda tubuh?

Ternyata memprediksi gejala migrain bisa dilakukan. Sebuah studi baru menunjukkan hal itu. "Temuan utama dari penelitian ini adalah bahwa perubahan kualitas tidur dan energi pada hari sebelumnya berkaitan dengan kejadian sakit kepala di hari berikutnya," kata Dr. Kathleen Merikangas, Peneliti Utama yang diterbitkan dalam jurnal Neurology melansir laman CNN, Senin (12/2/2024).

Menurut sebuah studi yang dirilis pada Februari 2018, penyakit migrain bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan, dan tentu saja bukan hanya sakit kepala yang mengganggu. Migrain kronis adalah penyebab utama kecacatan pada orang yang berusia di bawah 50 tahun.

Dalam penelitian perihal migrain ini, Merikangas, Kepala Cabang Penelitian epidemiologi genetik di Program Penelitian Intramural di National Institute of Mental Health, mengatakan jika rekan-rekannya menggunakan buku harian elektronik untuk melacak perilaku dan gejala dari 477 orang selama periode dua minggu.

Tim peneliti menemukan bahwa kualitas tidur dan energi merupakan indikator penting dari serangan migrain pada hari berikutnya.

Data menunjukka, mereka yang memiliki kualitas tidur yang buruk dan energi yang rendah pada suatu hari lebih mungkin untuk mengalami migrain pada keesokan harinya.

Peningkatan energi dan stres yang lebih besar dari rata-rata biasanya meramalkan migrain akan muncul keesokan harinya.

"Ini adalah penelitian yang sangat menarik karena dilakukan dengan sangat baik dan sangat rinci dan sangat besar," kata Dr Stewart Tepper, Wakil Presiden New England Institute for Neurology and Headache di Stamford, Connecticut. Tepper tidak terlibat dalam penelitian ini.

Perbedaan tersebut menunjukkan pentingnya ritme sirkadian- yang mengatur siklus tidur dan bangun - perihal bagaimana sakit kepala muncul. Temuan ini dapat menginformasikan pengobatan dan pencegahan serangan migrain.

Pencegahan

Sakit Kepala - Vania
Ilustrasi Sakit Kepala/https://unsplash.com/Anh Nguyen

Mengetahui kapan migrain akan datang dapat membuat perbedaan besar. Terutama dengan meningkatnya minat untuk mengobati migrain sebelum migrain dimulai.

"Jika kita dapat mengidentifikasi hal-hal di lingkungan yang dapat diubah oleh orang-orang, maka kita akan dapat mencegah serangan sejak awal," kata Merikangas.

"Jika kita dapat melakukannya dengan intervensi perilaku... maka mereka mungkin dapat mencegahnya dengan tidur untuk mengimbanginya atau intervensi lain yang akan mencegah kita dari keharusan menggunakan obat untuk mencegah serangan."

Namun Tepper mengatakan bahwa ia tidak begitu yakin apakah perubahan perilaku dapat selalu mencegah serangan migrain.

Serangan migrain bukan hanya sekedar sakit kepala. Dan tanda-tanda peringatan seperti kelelahan, nyeri leher dan gangguan tidur mungkin merupakan gejala awal serangan - tidak hanya pemicu serangan, tambahnya.

Sebaliknya, Tepper menyarankan untuk melakukan intervensi dengan obat sebelum sakit kepala dimulai dengan harapan dapat menangkal rasa sakit sama sekali.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya