Liputan6.com, Jakarta - Pada awal abad ke-15, Bursa adalah ibukota Kekaisaran Ottoman dan menjadi daya tarik bagi pedagang asing. Banyak orang Arab, Yahudi dan pedagang lokal memiliki aktivitas komersial yang intensif di Bursa.
Pada 1450 dan 1480 produk tenun sutra mulai diimpor langsung dari Italia kemudian didistribusikan kepada masyarakat Ottoman (Faraqhi, 2008). Dalam periode ini terlihat juga peningkatan peluang kerja dan orang asing mulai banyak pindah ke Bursa untuk bekerja.
Sekitar 1580 terjadi peningkatan populasi dan produksi tenun sutra. Maka sejumlah besar tenaga kerja perempuan direkrut untuk menggambar, memintal, mewarnai, mengolah dan menenun benang sutra.
Advertisement
Turki Ottoman sebagai sebuah kekaisaran Islam seringkali dipandang tidak memberikan peranan yang penting kepada perempuan dalam sektor publik, khususnya sektor ekonomi dan perdagangan. Tapi dalam sejarahnya ternyata perempuan memiliki peranan yang penting dan signifikan dalam kehidupan ekonomi di masa Ottoman. Pelibatan perempuan dalam industri sutra itu salah satu contohnya.
Baca Juga
Di seluruh wilayah kekaisaran, wanita perkotaan dan pedesaan banyak terlibat dalam kerajinan tangan tertentu, khususnya tekstil. Pemintalan sutra dan pemintalan kapas dianggap sebagai pekerjaan wanita dan sering dilakukan paruh waktu di rumah.
Di kota Mosul, pembuatan benang kapas dimonopoli oleh wanita sampai serikat penenun kapas meminta intervensi negara. Perempuan juga menjual makanan, produk skala kecil dan mengoperasikan pemandian umum. Sedangkan di pedesaan, perempuan terlibat dalam pertanian dan peternakan, seringkali ketika laki-laki pergi untuk kampanye militer yang berkepanjangan.
Selama abad ke-19 ketika kerajinan tradisional dipengaruhi oleh metode manufaktur baru dan ketika industri baru muncul, peran ekonomi perempuan Ottoman berkembang dan berubah. Ini terbukti dalam produksi permadani Turki, kerajinan tradisional yang didominasi oleh perempuan.
Pada 1880, pekerja di Usak berjumlah 3.000 perempuan dewasa dan 500 anak perempuan. Pada 1900 jumlahnya meningkat menjadi 6.000 perempuan. Pada tahun-tahun terakhirnya, produksi permadani bergeser dari bengkel rumahan ke pabrik besar yang mempekerjakan ribuan tenaga kerja perempuan.
Saksikan Video Ini
Perempuan Ottoman dalam Bisnis Properti
Pada abad ke-17, perempuan di Bursa telah aktif di berbagai cabang kehidupan ekonomi, termasuk sangat aktif dalam jual beli properti rumah tinggal. Selain itu, setengah dari tiga ratus alat tenun sutra yang ditemukan di Bursa pada 1678 adalah milik perempuan.
Mereka juga bekerja sebagai wali administrasi di yayasan keluarga mereka dan menjalankan usaha yang ditinggalkan oleh suaminya. Pada abad ini perempuan Ottoman memperoleh properti baik melalui warisan, sumbangan, mahar atau berpartisipasi aktif dalam kehidupan ekonomi dengan menyediakan modal.
Investigasi pada properti terdaftar di abad ke-17 menunjukkan bahwa sepertiga perempuan di kota Bursa adalah pemilik rumah. Perempuan yang memiliki bengkel industri juga ditemukan di kota tersebut, lebih dari sepertiga alat tenun yang diproduksi di industri sutra Bursa adalah milik perempuan.
Meski bukan anggota gilda, perempuan telah melakukan aktivitas perdagangan dengan menjual produk tekstil mereka di bazar. Aset perempuan yang terlihat di catatan jual beli properti perkotaan menunjukkan bahwa mereka terlibat dalam aktivitas ekonomi yang akan memberikan mereka penghasilan.
Di antara 1277 penjualan properti rumah yang terjadi di Bursa antara tahun 1670 dan 1698, penjualan di kalangan wanita mencapai 10,57 persen dari total penjualan. Sedangkan 58,8 persen penjual dengan 324 dokumen penjualan rumah dari perempuan ke laki-laki, kemudian terdapat 41,20 persen dengan 227 dokumen untuk pembeli dari laki-laki.
Selain itu, perempuan adalah pemilik tanah yang penting, beberapa bahkan memegang timar (wilayah kekuasaan militer). Mereka dapat mewarisi dan membagi harta benda, dan perempuan sering berperan aktif dalam mengelola kekayaan mereka sendiri.
Perempuan meminjam dan memberikan pinjaman uang, mereka juga bekerja sebagai pemungut pajak dan menjalin berbagai kemitraan bisnis. Dalam perekonomian Ottoman, perempuan yang dikenal sebagai “mudarebe”, merupakan mitra dagang yang memberi modal atas dasar memperoleh keuntungan tertentu dalam perdagangan.
Advertisement
Pasar Avrat, Pasar Khusus Perempuan
Kemudian pernah ada pasar yang dibuat khusus untuk para istri dan perempuan di kota Bursa pada saat masa kepemimpinan Sultan Orhan Gazi (1323-1362 M). Pemerintah Ottoman mengambil keputusan untuk mendirikan pasar ini.
Alasan utama adalah terkait dengan kebijakan Turkifikasi di wilayah-wilayah kekuasaan Ottoman, dengan cara menempatkan keluarga Turki di sini dan meminta perempuan Turki yang terlibat dalam perdagangan untuk membangun pasar. Di pasar ini akan banyak ditemukan makanan tradisional Turki dan bahkan pakaian wanita yang kemudian ini akan menjadi tradisi mode di seluruh wilayah Ottoman.
Pusat mode paling terkenal untuk perempuan di Kekaisaran Ottoman selama berabad-abad disebut pasar avrat. Pada tahun 1727 pasar avrat merupakan tempat belanja yang mirip dengan pasar tradisional saat ini.
Para ibu rumah tangga memenuhi kebutuhan mingguan mereka seperti sayuran, buah-buahan dan produk ternak yang dibawa oleh perempuan dari pemukiman sekitar dan hasil kerajinan mereka dijual. Selain itu model pasar ini adalah pasar yang didirikan oleh perempuan dari desa atau kota kecil dan umumnya para pembelinya pun juga kaum perempuan.
Pasar Avrat Ottoman yang paling terkenal adalah pasar avrat yang didirikan di persimpangan jalan Kocamustafapaşa yang terletak di dekat Rumah Sakit Haseki dan Imaret, yang didirikan dengan dukungan Hürrem Sultan. Ini merupakan pasar avrat yang tersibuk.
Kaum perempuan adalah penjual dan pembeli di sini (Dingeç, 2010). Di pasar ini, laki-laki dilarang masuk dan segala macam inovasi mulai dari pakaian hingga rajutan tangan, dari makanan hingga minuman dipamerkan. Inovasi di Eropa dan bahkan di negeri lain juga diperkenalkan di sini.
Pertemuan liburan bertema fashion diadakan seminggu sekali di yayasan bentukan Hürrem Sultan ini. Perempuan pedagang Eropa khususnya memamerkan dan menjual inovasi mode terkini pada masa itu.
Dari Permadani Sampai Properti
Perempuan Ottoman terlibat aktif dalam tumbuhnya industri tekstil dan kerajinan tangan mulai dari skala rumahan di masa tradisional hingga munculnya manufaktur dan industri pada abad ke-19. Perempuan Ottoman menjadi aktor penting dalam perkembangan industri tenun sutra dan permadani Turki.
Selain itu perempuan Ottoman juga aktif terlibat dalam bisnis properti perumahan, memiliki bengkel industri dan terlibat dalam berbagai aktivitas ekonomi dan perdagangan. Dinasti Ottoman juga mencetuskan konsep pasar avrat untuk semakin mendorong aktifnya perempuan dalam dunia bisnis, bahkan pasar avrat ini menjadi trendsetter mode yang mengikuti perkembangan fashion di kerajaan-kerajaan Eropa pada masa itu.
Dengan berbagai fakta sejarah tersebut dapat disimpulkan perempuan memiliki peranan yang signifikan dalam perkembangan ekonomi Ottoman.
Penulis: Yollanda Vusvita Sari, M.Pd, peneliti Cakramandala Institute, menetap di Ankara Turki
Advertisement