Liputan6.com, Silicon Valley - Mobil tanpa sopir atau mobil self-driving saat ini sedang dikembangkan oleh banyak perusahaan kelas dunia, misalnya Apple dan Google. Namun, pertanyaan besar dalam menciptakan mobil self-driving adalah: apakah mobil ini perlu peta digital atau tidak?
Melansir Reuters pada Senin (9/3/2015), pertanyaan tersebut kemudian menjadi pemicu pada acara diskusi panel yang diikuti oleh banyak pihak yang berkepentingan di Silicon Valley, Amerika Serikat (AS) beberapa waktu yang lalu.
Menurut salah satu peserta diskusi, Egil Juliussen, analis perusahaan riset IHS Automotive, pembuatan peta yang detail untuk seluruh AS saja memerlukan biaya hingga ratusan juta dolar dan memakan waktu 5-7 tahun.
Advertisement
Semua mobil autonomous, menurutnya, bergantung pada peta elektronik untuk navigasi. Google sebagai pihak terdepan dalam mengembangkan mobil self-driving bahkan lebih maju lagi dengan menggunakan peta 3D dari scanner laser. Melalui cara tersebut, Google dapat menentukan mana lampu lalu lintas dan tanda berhenti di jalan raya.
Tetapi, cara tersebut dianggap tidak efektif. Sebab, peta seperti itu dapat menjadi cepat tidak akurat. Misalnya, lanskap dapat berubah seketika karena turunnya salju.
>>>Klik laman berikutnya
Next
Karena itu, menurut komunitas pelajar universitas, hal yang lebih mungkin dibanding dengan peta adalah sensor. Dengan sensor, mobil bisa saja mampu untuk melaju sendiri tanpa menggunakan peta 3D.
Tetapi, solusi tersebut juga dapat dilakukan jika teknologi sensor sudah benar-benar maju. Menurut salah satu peserta diskusi, beberapa sensor diperlukan bahkan bukan hanya di mobil, tetapi juga di lampu-lampu jalan. Sayangnya, hal ini juga belum tersedia.
(rio/gst)
Advertisement