Liputan6.com, Jakarta - Posting-an mengenai komplain pengguna HR-V di salah satu forum daring sukses menyita perhatian. Betapa tidak, keluhan ini hadir di tengah popularitas Sport Utility Vehicle (SUV) kompak itu. Lalu apakah isu ini akan berimplikasi pada kampanye recall?
Pengamat otomotif Bebin Djuana menuturkan, recall sudah menjadi tanggung jawab dari pabrikan. "Bahkan dengan adanya recall, pabrikan juga bisa mendapat kecepercayaan dari konsumen," katanya saat dihubungi Liputan6.com.
Tapi, lanjut Bebin, bukan perkara mudah bagi pabrikan memutuskan untuk me-recall mobilnya. "Ibarat sakit, harus diobservasi dulu baru diberi obatnya," imbuhnya.
Advertisement
Baca Juga
Tapi, bila unit yang rusak masih di bawah 1 persen dari total penjualan atau produksi, pabrikan hanya menganggap kejadian itu sebagai kasus.
"Kalau sudah mendekati 1 persen dan ada tren naik, ini harus menjadi pembahasan prinsipal," tutur dia. Apabila itu terjadi, Agen Pemegang Merek (APM) akan berkordinasi dengan prinsipal untuk melakukan investigasi.
"Penyelidikan dilakukan dari berbagai aspek, contohnya siklus produksi dan suplier. Setelah diketahui masalahnya baru ditentukan sikap dan mengkalkulasi anggaran untuk menyelesaikan masalah," papar dia.
Nah, bila melihat dari kasus keluhan yang diunggah di forum Kaskus, jumlah mobil yang mengalami masalah pun masih berada di bawah satu persen dari penjualan HR-V yang hingga saat ini mencapai 27.139 unit.
Sementara itu, Honda Prospect Motor (HMP) telah berupaya menangani keluhan. Marketing and Aftersales Service Director PT HPM Jonfis Fandy, mengatakan, pihaknya akan menemui pengguna HR-V di Jember pada 28 Desember mendatang.
Keluhan terhadap Honda HR-V dinilai wajar oleh Jonfis. Sebab, semua produk pasti jauh dari sempurna.
Soal kemungkinan recall, ia menekankan konsumen dalam hal ini tidak bisa menggiring opini publik ke arah sana.
"Honda Motor yang memutuskan bukan kosumen. Bahkan saya senang kalau ada recall dari global, berarti konsumen benar-benar diperhatikan," tuntas Jonfis.