Liputan6.com, Semarang - Kendaraan dengan teknologi hibrida menjadi salah satu pilihan untuk menggantikan kendaraan konvensional yang menggunakan mesin berbahan bakar minyak. Ini tidak terlepas dari cadangan minyak bumi yang semakin menipis.
Beberapa pabrikan di Indonesia telah menawarkan beberapa model mobil hybrid. Sayangnya penjualan mobil dengan kombinasi mesin konvensional dengan motor listrik ini tidak secemerlang mobil mesin konvensional.
Baca Juga
Vice President Director PT Toyota Astra Motor Henry Tanoto mengatakan, sebagai pemimpin pasar mobil di Indonesia, Toyota tidak serta-merta bisa melakukan produksi mobil hybrid.
"Kalau bicara produksi di Indonesia harus lihat market-nya, jadi hal ini yang lagi kita pikirkan dan butuh support juga dari pemerintah untuk membuat hybrid itu karena kan cukup mahal, jadi volumenya belum cukup banyak," ujar Henry di Demak, Jawa Tengah, belum lama ini.
Menurut dia, di luar negeri volume mobil hybrid terbilang banyak lantaran mobil ini mendapat perlakuan khusus seperti pemberian insentif. Ia pun optimistis jika mobil seperti ini mendapat perlakuan yang sama membuka peluang untuk meningkatkan volume sehingga bisa produksi secara lokal.
Ia menambahkan, saat ini harga jual mobil hybrid di Indonesia terlalu mahal. Padahal mobil ini membawa sejumlah keuntungan seperti hemat bahan bakar dan rendah emisi.
"Masalah harga market diterima ya kita juga butuh bantuan dari pemerintah juga. Soal PPnBM kan pemerintah yang saya dengar lagi menggodok mengenai emisi, ya harapan kita untuk engine-engine seperti ini yang bisa memberikan emisi yang lebih baik bisa dapet support yang lebih,"
"Kalau bentuk support-nya kayak gimana yang kita serahin ke pemerintah, yang penting setoran pajak dan industri itu sendiri harus balance, kan dua-duanya penting buat pemerintah jadi harus sejalan," ia menuntaskan.
Advertisement