Nostalgia Bus Klasik Penghias Wajah Transportasi Indonesia

Untuk mengembalikan nostalgia terhadap bus umum yang mewarnai transportasi Indonesia, bakal ada pameran bus klasik pertama di Indonesia.

oleh Sigit Tri Santoso diperbarui 16 Mar 2017, 18:45 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2017, 18:45 WIB
Bus Klasik
Bus klasik akan dipamerkan di JIEXPO Kemayoran akhir Maret 2017 (Foto: istimewa

Liputan6.com, Jakarta Bus umum merupakan bagian dari transportasi massal Indonesia sejak dulu. Beragam rupa bus umum berganti mengiringi perkembangan zaman. Dan itu menjadi kenangan bagi masyarakat Indonesia.

Untuk mengembalikan nostalgia terhadap bus umum yang mewarnai transportasi Indonesia, bakal ada pameran bus klasik pertama di Indonesia. Sesuai dengan rilis yang Liputan6.com terima, ada 13 bus klasik yang akan ikut. "Sejauh ini sedikitnya ada 13 unit bus yang di daftar kami dan 10 unit di antaranya sudah mengkonfirmasi kehadirannya,” ujar Project Coordinator Indonesia Classic n Unique Bus (InCUBUS) 2017, A.M.Fikri.

Bus klasik itu berasal dari berbagai daerah di Indonesia dan pernah jadi bagian sejarah pada tahun 1960-an hingga 1990-an. "InCUBUS berupaya menghadirkan sejarah transportasi bus dalam sebuah pameran," ujar Fikri.

Rencananya pameran akan dihelat di Hall B JIEXPO Kemayoran, Jakarta, pada 29 Maret–1 April 2017. Tiap bus menunjukkan keunikan yang mewakili zamannya. Berdasarkan literatur sejarah yang ada, setiap dekade punya ciri khas masing-masing. Dan ciri khas itu juga mewakili perkembangan teknologi dan masyarakat di Indonesia.

Pameran bus klasik dan unik pertama di Indonesia ini diharapkan bisa menjadi ajang berkumpulnya pemilik bus klasik. Menurut Fikri, sebenarnya banyak pemilik bus klasik yang masih menyimpan koleksinya. Selain menampilkan bus-bus dalam bentuk aslinya, InCUBUS2017 juga menampilkan bus tempo dulu dalam bentuk foto-foto. Salah satunya izin trayek yang ditandatangani Pemerintah Hindia Belanda berangka tahun 1937.

Bus dari Masa ke Masa

Bus Klasik
Bus klasik mewarnai transportasi Indonesia. (Foto: INCUBUS)

Pada era 1930-an, bus-bus yang ada di dunia masih mengadopsi bentuk kendaraan komersial. Ciri khasnya mesin di depan dan kerap disebut moncong. Selain itu, bodi bus terbuat dari kayu dan hidungnya berbahan besi.

Model bus seperti ini bergeser di era 1960-an dengan mesin berpindah ke belakang. Di Indonesia bus bermesin belakang datang dari Eropa dan Asia. Dari data inventaris InCUBUS, ada dua unit bus tahun 1960-an bermesin belakang yang masih tersisa Pulau Jawa. “Salah satu unitnya akan kami pamerkan. Pemiliknya Pak Judi Setiawan Hambali, sangat antusias untuk memamerkan busnya,” ujar Fikri.

Sebenarnya ada satu unit bus dengan kisaran tahun pembuatan 1948-1950-an yang masih terawat, ada satu unit di Bandung. Sayangnya bus belum bisa ikut dalam InCUBUS tahun ini. Bus bermerek Austin itu masih dalam kondisi seperti saat terakhir berhenti beroperasi. Menurut Djuljanto Setiawan, sang pemilik, keluarga akhirnya sepakat melepaskan bus yang menjadi cikal bakal kakek mereka merintis usaha transportasi bus berlabel PO BAIK (Bahagia Ikhlas). “Saya berharap bus ini gak pergi jauh-jauh deh, di sekitar Bandung saja,” kata Djuljanto saat ditemui tim InCUBUS akhir bulan lalu.

Nah, untuk yang sering bepergian keliling Kota Jakarta, pasti ingat dengan bus PPD. Dua unit bus PPD akan mewarnai InCUBUS 2017. Bus yang berbentuk roti tawar, popular hingga 1980-an, sementara bus kotak jadi primadona tahun 1990-an.

Tak hanya di situ, InCUBUS2017 juga menghadirkan replika dua bus PPD yang kini sudah tak beroperasi. “Replikanya sama-sama bersasis Mercedes-Benz, pabrikan yang membuat bus PPD tahun 1970-an dan 1990-an yang kami hadirkan. Bentuknya sih enggak sama persis, kami sebut replika karena pemiliknya, PT Transjakarta mengecat busnya seperti bus di tahun 1970-an dan 1990-an,” ujar Fikri.

InCUBUS2017 juga mendapat dukungan seorang penggemar bus, Aris Irwanto. Pria yang sehari-harinya berkecimpung di dunia jual-beli bus ini menyimpan salah satu bus yang tergolong langka dan popular di masanya. Bus Mercedes-Benz O306 yang dimilikinya menjadi pengantar kunjungan kerja anggota DPR. Bus itu berpindah tangan di 2016 lalu. “Saya sebetulnya dapat lelangan di Setjen DPR, dapat tiga bus, tetapi saya rawat yang kondisinya masih orisinal. Busnya saya cat ulang dengan gambar banteng, julukan yang melekat pada bus model itu di 1990-an,” katanya.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya