Produksi Mobil Listrik Timbulkan Masalah Baru, Apa Itu?

Dibanding negara maju lain yang juga mengembangkan mobil listrik, Tiongkok ternyata memiliki masalah saat pengembangan mobil listrik.

oleh Arief Aszhari diperbarui 07 Jul 2017, 20:03 WIB
Diterbitkan 07 Jul 2017, 20:03 WIB
Mobil listrik di China (Foto:Carscoop)
Mobil listrik di China (Foto:Carscoop)

Liputan6.com, Beijing - Sebagai pasar otomotif terbesar, Tiongkok memang menjadi salah satu negara menarik bagi produsen otomotif. Begitu juga ketika Negeri Tirai Bambu ini dijadikan pusat studi mobil listrik, dan akan berkembang pesat pada 2020.

Dalam tiga tahun mendatang, sebanyak lima juta kendaraan listrik dipercaya bakal memenuhi jalan di Cina. Namun, perkembangan kendaraan ramah lingkungan tersebut ternyata tidak semua positif.

Dilansir Carscoops, Jumat (7/7/2017), dibanding banyak negara yang juga mengembangkan kendaraan listrik dengan sumber bersih, Cina masih mengandalkan bahan bakar fosil untuk menghidupkan mesin. Bahkan, proses pengembangan dan produksi mobil listrik justru meningkatkan gas buang dan konsumsi energi.

Sementara itu, menurut laporan Bloomberg, di Amerika Serikat, rata-rata mobil listrik memiliki sekitar setengah dampak gas rumah kaca dari mobil konvensional.

Bahkan, di negara lain untuk mobil dengan tenaga terbarukan, mobil listrik memiliki dampak gas rumah kaca yang lebih sedikit. Tapi, di Cina memiliki cerita yang berbeda.

Bahkan, sebuah studi yang dilakukan oleh insinyur Cina menunjukkan kendaraan listrik buatan lokal benar-benar menghasilkan sekitar 50 persen peningkatan emisi gas rumah kaca, dan hal ini karena sumber energi kotor yang digunakan untuk memproduksi mobil tersebut.

Jadi, terbukti pasar Cina masih memiliki jalan panjang untuk menyesuaikan perubahan energi terbarukan di negara maju.

 

Simak Juga Video Berikut Ini:

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya