Produksi Kerbau Besi Petani Butuh Dana Rp 700 Miliar

Butuh investasi Rp 700 miliar guna memproduksi 'Kerbau Besi Petani' sebanyak 16 ribu unit.

oleh Fajar Abrori diperbarui 03 Okt 2017, 15:12 WIB
Diterbitkan 03 Okt 2017, 15:12 WIB
Mahesa
Kiat Mahesa Nusantara hadir dalam tiga varian pikap, yakni kabin ganda, kabin tunggal dan less deck. (Liputan6.com)

Liputan6.com, Klaten - "Kerbau Besi Petani" alias mobil pedesaan Kiat Mahesa Nusantara garapan Kiat Motor ditargetkan mengaspal pada Agustus 2018. Butuh investasi Rp 700 miliar guna memproduksi mobil itu sebanyak 16 ribu unit. Untuk merealisasikan target tersebut, Kiat Motor menggandeng sejumlah industri kecil dan menengah (IKM) yang bergerak dalam industri otomotif.

Sukiyat, inisiator mobil pedesaan Mahesa menjelaskan pembuatan kendaraan itu akan menggunakan komponen lokal sebanyak 90 persen. "Makanya kita menggandeng sejumlah IKM untuk bahan materialnya," kata Sukiyat kepada Liputan6.com, Senin (2/10/2018).

Ia menyebutkan, setidaknya ada sembilan (9) IKM yang akan digandeng dalam produksi "kerbau besi" itu. IKM tersebut berasal dari wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.

"Ada IKM Batur Jaya Ceper untuk pengecoran logam, ada IKM SAS di Solo yang akan memproduksi lampu dan karet, IKM YPTI yang bikin plastik dan percetakannya. Kemudian kita juga merencanakan kerja sama dengan Quick Yogyakarta untuk mesinnya, sedangkan bodi di Kiat motor, " sebut dia.

Sukiyat menyatakan, jika seluruh proses perizinan berhasil lulus, ia bakal langsung tancap gas memproduksi mobil Mahesa. Ia berharap, pada Agustus 2018 mobil itu sudah diproduksi dan dipakai masyarakat.

Investor, lahan perakitan, serta sumber daya sudah tersedia. Bahkan dana Rp 700 miliar untuk memproduksi mobil Mahes juga sudah ada.

"Dana ada dari temen-teman investor yang jumlahnya mencapai Rp 700 miliar. Tidak ada support dana dari pemerintah. Support hanya soal perizinan dan regulasinya.  Nanti tempat merakitnya bisa di pabrik saya di Trucuk Klaten, selain itu juga bisa menempati lahan di eks pabrik gula Gondang Baru,” ujarnya.

Sementara, untuk perawatan dan bengkel sudah memiliki rencana untuk memanfaatkan bengkel-bengkel kelas Otomotif yang dimiliki oleh sekolah menengah kejuruan (SMK) di daerah-daerah.

"Nanti perawatannya dan bengkel bisa di SMK. Kan mereka juga bisa dapat uang dari jasa bengkel itu, " ujar dia.

3 Varian Mahesa

Sebagai informasi, nama Mahesa sengaja diambil oleh Sukiyat. Mahesa dalam bahasa Jawa kuno adalah kerbau. Kerbau dalam pertanian sangat penting dalam membajak sawah.

"Kerbau ini kan memiliki badan dan tenaga besar, tangguh dia. Makanya sesuai dengan filosofi mobil kami, tangguh," jelas dia.

Mobil Mahesa memiliki tiga varian, yakni double cabin warna kuning yang dipatok Rp 70 juta, pikap kelir merah Rp 60 juta dan kendaraan alat pertanian warna putih Rp 50 juta. Menariknya, mobil Mahesa ini bisa dihubungkan dengan alat pertanian lain karena di bagian belakang mempunyai power take off (PTO )yang dapat disambungkan ke peralatan mesin untuk membantu petani.

"Jadi mobil ini dilengkapi PTO yang mesinnya bisa disambungkan peralatan petani, di antaranya rice mill dan water pump. PTO itu juga bisa disambungkan dengan generator listrik untuk menghasilkan listrik. Jadi petani di sawah bisa membawa generator listrik untuk menghidupkan mesin-mesin pertanian,” ungkap lelaki kelahiran 22 April 1957.

Selanjutnya, Sukiyat menyebutkan mobil Mahesa bermesin diesel 650 cc dan memiliki satu silinder. Mobil ini memiliki kecepatan maksimum 55 km/jam. Ia menjelaskan memang sengaja memasang kecepatan maksimum yang tidak terlalu tinggi. Alasannya mobil ini hanya diperuntukkan untuk di desa dan sawah.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya