Liputan6.com, Tokyo - Dunia otomotif sudah berada dalam era elektrifikasi. Tercermin di Tokyo Motor Show 2017, hampir seluruh pabrikan menampilkan mobil atau motor listrik.
Mobil listrik sendiri sudah ada di masa awal sejarah otomotif dunia. Penemu asal Skotlandia, Robert Anderson menciptakan gerobak listrik pertama yang ditenagai baterai.
Advertisement
Baca Juga
Bergulir hingga sekarang di mana teknologi berkembang pesat dan upaya pengurangan emisi dari energi fosil semakin diperketat, kendaraan listrik langsung jadi bintang. Lantas semudah itukah mobil listrik menggantikan mobil bermesin konvensional yang telah ada?
Tampaknya tidak semudah yang dibayangkan. "Yang penting skala ekonominya tercapai," ujar Presiden Direktur PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) Warih Andang Tjahjono saat berjumpa jurnalis nasional di Tokyo, Jepang, Kamis (27/10) malam.
Untuk merealisasikannya, ada empat pilar yang harus dipenuhi. Menurut Warih, keempatnya akan saling mendukung. Pertama, penciptaan pasar. "Masyarakat harus suka dulu dengan kendaraan listrik," jelas Warih.
Para pemangku kepentingan seperti kalangan industri dan pemerintah harus mengedukasi masyarakat agar mau menggunakan EV (electric vehicle). Mulai dari yang sederhana dulu.
"Penciptaan pasar bisa dilakukan dengan mendirikan kota edukasi, seperti yang dilakukan Jepang. Konkretnya, bisa saja kendaraan yang beroperasi di Bandara Soekarno Hatta harus EV. Hal ini akan membuat banyak orang merasakan sensasi EV," tambahnya.
Yang kedua adalah dukungan regulasi dari pemerintah. Ketiga industri yang siap memproduksi mobil listrik sesuai kebutuhan. Dan terakhir menyangkut layanan purna jual yang diberikan dealer. "Dealer harus berani memberikan garansi bila mobil rusak," tegas Warih.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
Kalau Mobil Listrik Mau Sukses, Ini Syaratnya
Pemerintah Indonesia menargetkan 20 persen dari jumlah penjualan mobil pada tahun 2025 adalah mobil listrik. Untuk mendukungnya, PLN akan membangun 1.000 unit stasiun pengisian listrik umum (SPLU).
Lantas bagaimana supaya pasar dan industri mobil listrik bisa tumbuh?
Menanggapi hal tersebut, Eksekutif Wakil Presiden Direktur Toyota Motor Corporation (TMC), Didier Leroy angkat bicara di sela acara Tokyo Motor Show 2017. Menurutnya di hadapan jurnalis dari 8 negara Asia Pasifik, termasuk Indonesia, Rabu (25/10), "Konsumen adalah poin kunci untuk pengembangan sebuah kendaraan. Apa yang sebenarnya konsumen butuhkan dan harapkan. Konsumen memang mau dan suka menggunakan kendaraan ramah lingkungan dengan berbasis motor listrik itu."
Tambah Leroy, masyarakat harus tahu dulu manfaat dari mobil listrik tersebut. "Ketika konsumen mengerti apa manfaatnya, kemudian tidak perlu mengisi baterai karena mobil mengisi sendiri, serta tidak butuh infrastruktur khusus, dan senyap pada saat mobil digunakan di kota, maka mereka berganti ke mobil hibrida," kata mantan Presdir Toyota Eropa itu.
Leroy merupakan sosok di balik sukses Toyota Prius di daratan Eropa. Sebelumnya, banyak yang tidak percaya tentang efisiensi mobil hibrida. Kini mobil hibrida Toyota menguasai sekitar 40 persen pasar di kawasan tersebut, meskipun menurut Leroy, pada awalnya para pesaing dan media menilai tidak ada masa depan mobil hibrida di Eropa."Kami memulai dengan sesuatu yang mustahil," ujar Leroy yang pernah menjadi CEO Toyota Motor Europe.
Advertisement