Ini 20 Kota Termacet di Dunia, Jakarta Urutan Berapa?

Menurut data Inrix Global Scorecard 2016, Jakarta masuk daftar kota termacet di dunia diurutan ke-19.

oleh Herdi Muhardi diperbarui 09 Nov 2017, 06:02 WIB
Diterbitkan 09 Nov 2017, 06:02 WIB
Anies Baswedan Singgung Amdal Lalin Proyek DKI
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di samping proyek pembangunan underpass Mampang, Jakarta, Senin (6/11). Anies beranggapan, tak terdapatnya amdal lalin beresiko pada kemacetan parah di titik-titik pembangunan. (Liputan6.com/JohanTallo)

Liputan6.com, Jakarta - Jakarta, masuk dalam 20 daftar kota paling macet di dunia. Setidaknya hal itu diungkapkan situs regtransfers.co.uk berdasarkan data Inrix Global Scorecard 2016.

Melihat data tersebut, Jakarta berada di peringkat ke-19 sebagai salah satu kota termacet di dunia. Di mana warga Ibu Kota menghabiskan waktu di jalan selama 55 jam per tahun.

Jika melihat kondisi Jakarta saat ini, pemerintah provinsi DKI terus berupaya mengurai kemacetan dengan melakukan pembenahan infrastruktur.

Hanya saja, dengan pembangunan yang dilakukan serentak, maka macet parah tak terhindarkan.

Namun demikian, jika masih melihat data Inrix Global Scorecard 2016 kemacetan Jakarta belum seberapa. Sebab, negera tetangga atau Ibu Kota Thailand, Bangkok, ternyata berada di posisi ke-11.

Warga Bangkok disebut menghabiskan waktu di jalanan karena macet yaitu selama 64,1 jam per tahun.

Adapun kota yang paling parah mengalami kemacetan yaitu Los Angeles. Amerika Serikat, dengan catatan waktu 104,1 jam per tahun.

Posisi kedua kota termacet adalah Ibu Kota Rusia, Moscow. Warga Moscow menghabiskan waktu 91,4 jam per tahun di jalanan.

Sedangkan kota ketiga yakni New York. Warga kota ini mampu menghabiskan waktu di jalanan selama 89,4 jam per tahun.

Berikut kota paling macetdi dunia:

Beragam Solusi agar Kemacetan Terurai, Apa Kata Pengamat?

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tengah bekerja keras mengeluarkan berbagai kebijakan untuk mengurai kemacetan.

Beberapa aturan telah diterapkan, mulai dari menggunakan jalur khusus, sistem ganjil-genap, pelarangan motor, penertiban parkir, penertiban angkutan umum, pembebasan trotoar, mobil wajib memiliki garasi. Namun semua itu belum mampu mengurai kemacetan.

Menurut pengamat transportasi Dharmaningtyas, masalah yang saat ini dihadapi Ibu Kota lantaran volume kendaraan sudah melebih kapasitas.

“Sepeda motor saja, kalau satu orang warga DKI itu itu umumnya sudah (memiliki) 1,5 sepeda motor, belum lagi motor-motor dari Bodetabek, belum lagi mobil. Jadi masalahnya menurut saya kendaraan itu melebihi kapasitas jalan,” ungkap Dharmanityas saat berbincang dengan Liputan6.com beberapa waktu lalu.

Lebih lanjut, pria yang menjabat Ketua Bidang Advokasi Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) itu menyatakan, dengan jumlah kendaraan yang melebihi kapasitas jalan, maka jika diatur, kemacetan masih terjadi.

Kata dia, ada beberapa hal yang membuat kemacetan sulit diselesaikan, salah satunya ulah personal atau pribadi dari pengendara.

Para pengendara sepeda motor maupun mobil kerap melanggar aturan lalu lintas dan tidak tertib di jalan. Salah satunya berhenti di sembarang tempat dan parkir di tepat yang tidak seharusnya. Bahkan, beberapa kali tertangkap kamera, menerobos jalur Transjakarta dan melawan arah.

Selain itu, kata dia, tindakan yang diberikan kepada pelaku yang bersalah sangatlah tidak tegas. Alhasil, meski telah diberikan sanksi, itu tak mampu memberikan efek jera.

Dharmanityas juga menuturkan, salah satu aksi yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kemacetan dengan cara memperbaiki sarana transportasi massal, dengan asumsi masyarakat meninggalkan kendaraan pribadinya.

“Tapi masalahnya itu tidak diselesaikan, masyarakat juga harus dididik lebih peduli terhadap keselamatan lalu lintas,” ungkapnya.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya