Liputan6.com, Singapura - Berbagai tantangan harus dihadapi agar mobil listrik bisa berkembang di satu negara. Faktor utama, seperti harga dan infrastruktur harus menjadi yang paling penting untuk dipertimbangkan.
Dijelaskan Yutaka Sanada, Regional Senior Vice President Nissan Motor Co. Ltd, Yutaka Sanada, dengan melihat hasil studi Frost & Sullivan, salah satu faktor yang paling penting, adalah mengenai harga jual yang murah.
Advertisement
Baca Juga
"Tiga dari empat responden menyatakan siap bermigrasi ke mobil listrik jika pajaknya ditiadakan," jelas Sanada di sela-sela acara Nissan Future di Nissan Future di Marina Bay Sands Convention and Expo, Singapura, belum lama ini.
Selain itu, insentif lain yang akan mendorong keputusan konsumen adalah pemasangan fasilitas isi ulang di apartemen (70 persen), jalur prioritas untuk kendaraan listrik (56 persen), dan parkir gratis (53 persen).
Berbicara soal infrastruktur, seperti dijelaskan Director Global EV Business Unit Nissan, Nicholas Thomas, tempat pengisian baterai mobil listrik memang harus tersedia di tempat yang mudah dijangkau, seperti perkantoran, pusat perbelanjaan, hingga pemukiman.
"Salah satu kunci utama, adalah membuat tempat isi baterai yang mudah dijangkau. Sebaiknya hal itu bisa dilakukan di setiap negara yang ingin memasarkan mobil listrik," ujar Thomas di tempat yang sama.
Belajar dari Singapura
Berbicara soal tempat pengisian baterai mobil listrik, Indonesia bisa menjadikan Singapura sebagai patokan.
Dijelaskan Head Strategic Development SP Group, Goh Chee Kiong, salah satu hambatan berkembangnya mobil listrik di Singapura, karena tidak ada tempat pengisian baterai yang mudah dijangkau.
"Di Singapura, 90 persen masyarakat tinggal di apartemen, tapi tempat pengisian baterai tidak tersedia di semua tempat. Dan ini harus diperbaiki di masa mendatang," tutup Goh.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Advertisement