Liputan6.com, Jakarta Penjualan kendaraan ramah lingkungan, seperti mobil listrik atau hybrid, bahkan motor listrik dipercaya bakal meningkat di masa depan. Terlebih, jika Peraturan terkait kendaraan emisi rendah ini resmi diterapkan di dalam negeri.
Namun, salah satu permasalahan dari keberadaan mobil listrik, adalah belum banyak tersedianya tempat pengisian baterai. Bahkan, hanya PLN yang sudah mengklaim memiliki sekitar 1.500-an stasiun penyedia listrik umum (SPLU), tapi masih dinilai kurang tepat, karena masih diperuntukan untuk pedagang kaki lima.
Advertisement
Baca Juga
Nah, sebagai salah satu penyedia energi bahan bakar minyak (BBM), ternyata PT Pertamina (Persero) juga tertarik bermain di mobil listrik. Bahkan, tidak menutup kemungkinan jika nanti bakal ada SPLU di setiap SPBU di Indonesia.
"Kita juga harus realistis dengan perkembangan zaman dan teknologi. Bagi Pertamina sih, ya kita harus mengikuti perkembangan industri global," jelas Herutama Trikoranto, Senior Vice President Research & Technology Center, di sela-sela acara Nissan Future di Marina Bay Sand Convention and Expo, Singapura, Selasa (6/2/2018).
Lanjutnya, sebagai perusahaan yang menyediakan energi dalam bentuk BBM, tentunya jika ada mobil listrik, Pertamina juga akan memenuhi energi yang dibutuhkan dalam bentuk listrik. "Untuk itu, kita tentunya juga ingin bisa berkontribusi, yaitu dalam penyediaan baterai dan stasiun pengisiannya," pungkasnya.
Simak Video Pilihan Berikut Ini:
1 dari 3 Orang Asia Tenggara Pilih Mobil Listrik
Mobil listrik sudah semakin menjadi pilihan bagi konsumen, tidak hanya di pasar global tapi juga di Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Bahkan, satu dari tiga konsumen di ASEAN yang berencana membeli kendaraan sudah sangat terbuka dengan kendaraan listrik.
Hal tersebut, merupakan hasil dari studi yang dilakukan Frost & Sullivan yang didukung oleh Nissan. Temuan ini, sekaligus menunjukan potensi kuat untuk pasar mobil listrik di kawasan Asia Tenggara.
"Riset konsumen di Singapura, Indonesia, Thailand, Malaysia, Vietnam, dan Filipina, menunjukkan 37 persen pembeli prospektif siap mempertimbangkan pembelian mobil listrik sebagai kendaraan mereka yang berikutnya," jelas Vivek Vaida, Senior Vice President, Mobilty, Frost and Sullivan, dalam presentasinya di Nissan future, Marina Bay Sand, Singapura, Selasa (6/2/2018).
Sementara itu, untuk konsumen di Filipina, Thailand, dan Indonesia menjadi segmen yang menunjukkan ketertarikan tertinggi pada mobil listrik.
Namun, hal tersebut harus didukung insentif yang tepat agar wilayah ini dapat mempercepat migrasi ke mobil listrik.
Selain faktor insentif yang tepat bagi calon konsumen mobil listrik di negara berkembang, dibutuhkan juga keamanan sebagai motivasi penting saat memilih mobil listrik. "Faktor kedua adalah kemudahan dalam melakukan pengisian ulang," tambahnya.
Advertisement