Liputan6.com, Jakarta Pemerintah Indonesia berupaya mendorong kehadiran kendaraan listrik dengan menerbitkan Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan Program Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai.
Namun, Guru besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia, Rhenald Kasali mengatakan, percepatan penerapan kendaraan listrik di Indonesia akan membuat bisnis pom bensin milik PT Pertamina terancam. Sebab, motor dan mobil listrik nantinya hanya akan membutuhkan baterai listrik berbahan lithium.
Advertisement
"Komponen terbesarnya adalah ada di baterai dan pajaknya tentunya. Saudara-saudara nanti mungkin SPBU akan berkurang, tidak sebanyak sekarang. Sementara kita masih invest banyak sekali kilang minyak karena kita banyak membangun jalan tol baru," ujarnya di Gedung Dhanapala, Jakarta, Kamis (3/10/2019) dikutip dari Merdeka.com.
"Mungkin nanti yang terjadi bukan lagi stasiun pengisian pompa bensin, yang kemudian stasiun pengisian kendaraan listrik, bukan itu barang kali. Karena tidak mungkin orang mengisi baterai 1-2 jam di pom bensin atau pom listrik, yang ada adalah orang kasih akinya. Akinya diisi, mirip tabung gas melon itu," sambungnya.
* Dapatkan pulsa gratis senilai Rp 5 juta dengan download aplikasi terbaru Liputan6.com di tautan ini.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Komponen Mobil
Rhenald melanjutkan, ke depan industri komponen mobil juga akan tergantikan. Sebagian besar komponen mobil yang ada saat ini akan menyesuaikan dengan komponen mobil listrik yang dikenal lebih simpel.
"Dapatkah Anda bayangkan apa yang terjadi dengan Pertamina? Apa yang terjadi nanti kalau kendaraan semakin hari semakin banyak mobil berbahan bakar listrik. 40 sampai 60 persen komponen kendaraan yang sudah ada industrinya barangkali sudah tidak relevan lagi. Karena industri kendaraan berbasis listrik itu sangat simpel," jelasnya.
Meski demikian, dia menambahkan, industri listrik nantinya akan diuntungkan dengan adanya kendaraan listrik. Kondisi tersebut juga akan membuat perusahaan menciptakan baterai yang memiliki harga yang mampu bersaing di pasaran.
"Coba saudara bayangkan, apa akibat dari perpres percepatan motor dan mobil listrik? Kalau kemudian nanti di Morowali, Indonesia berhasil memproduksi baterai berbahan lithium, nanti harga baterainya semakin hari pasti semakin murah," tandasnya.
Sumber: Merdeka.com
Advertisement