Regulasi dan Baterai Jadi Kunci Keberhasilan Peralihan Kendaraan Listrik

Percepatan penggunaan kendaraan listrik atau peralihan dari kendaraan konvensional, di industri otomotif Tanah Air terus didorong oleh pemerintah

oleh Arief Aszhari diperbarui 19 Agu 2022, 18:04 WIB
Diterbitkan 19 Agu 2022, 18:04 WIB
Wuling Motors resmi menampilkan mobil listrik terbarunya yang akan meluncur di Indonesia pada 2022.
Wuling Motors resmi menampilkan mobil listrik terbarunya yang akan meluncur di Indonesia pada 2022. (Arief/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Percepatan penggunaan kendaraan listrik atau peralihan dari kendaraan konvensional di industri otomotif Tanah Air terus didorong oleh pemerintah. Namun, proses perpindahan menuju mobil atau motor ramah lingkungan di Indonesia, sangat penting mendapatkan dukungan dari regulasi yang dibuat oleh pihak terkait.

Hal tersebut, terungkap dalam diskusi The 16th GAIKINDO International Automotive Conference (GIAC), di ICE, BSD, Tangerang, Kamis (19/8/2022).

Perwakilan dari industri otomotif yang saat ini punya komitmen besar dalam hal elektrifikasi otomotif, yaitu Toyota Daihatsu Engineering & Manufacturing, Prasanna Ganesh dan Chief Operating Officer PT Sokonindo Automobile, Franz Wang, sepakat untuk menyampaikan tentang pentingnya regulasi yang juga mendukung upaya mereka dalam mempercepat produksi elektrifikasi otomotif.

Mengingat tantangan dalam hal pemasaran kendaraan listrik itu punya pendekatan dan metode yang berbeda. Sehingga dibutuhkan sokongan regulasi agar titik temu antar industri yang bermain di dalamnya juga dapat sejalan.

Hal lain yang juga sangat berkaitan dengan percepatan elektrifikasi otomotif Tanah Air adalah soal bagaimana penggunaan komponen baterai di kendaraan listrik, juga sanggup menemui ekspektasi dari calon konsumen.

Hal ini dipaparkan oleh Franz Kinzer dari AVL List GmbH, yang menurutnya dalam membuat komponen kendaraan listrik terutama hal vital seperti baterai, memang dibutuhkan ragam pengetesan. Mengingat baterai itu adalah berbicara soal lifecycle komponen itu sendiri.

"Kuncinya adalah bagaimana membuat baterai dengan masa pakai panjang dan punya kemampuan digunakan untuk kendaraan sepanjang masa pakainya," ujarnya.

Jika semua kondisi ini bisa berjalan sesuai dengan perencanaan berikut penerapan regulasi dan dukungan semua pihak termasuk peralihan industri menengah dan kecil, bukan tak mungkin target produksi kendaraan listrik minimal 600 ribu unit (untuk mobil, bus dan truk) sertai 3 juta unit (untuk motor) di Indonesia lebih cepat tercapai.

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Indonesia Kejar Produksi 600 Ribu Mobil Listrik Pada 2030

Perkembangan kendaraan listrik di Indonesia terus didorong pemerintah. Peralihan dari kendaraan konvensional ke elektrik, akan menjadi alternatif terkait isu lingkungan dan penggunaan bahan bakar minyak (BBM) fosil.

Dalam diskusi The 16th GAIKINDO International Automotive Conference (GIAC), turut dibahas terkait isu lingkungan serta industri otomotif masa depan yang lebih ramah lingkungan, dan akan jadi patron untuk membuat masa depan lebih cerah.

Dalam sambutannya, Menteri Perindustrian RI Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan, bahwa GIIAS 2022 yang sudah berlangsung sejak 11 Agustus 2022 itu, antusias masyarakat untuk elektrifikasi otomotif terlihat membeludak dan tinggi.

Menurutnya, sudah saatnya industri otomotif secara menyeluruh bergerak untuk membawa teknologi terbaru yang memanfaatkan energi baru dan terbarukan untuk masa depan yang lebih baik.

“Orang-orang butuh teknologi kendaraan yang lebih ramah lingkungan dan bebas dari polutan. Dalam beberapa hari ini kita sudah melihat bagaimana antusiasnya orang-orang terhadap kendaraan listrik," ujar Agus, Kamis (18/8/2022).

Lanjut Agus, dari hal tersebut pihaknya menganggap bahwa electric mobility bukan sekadar memproduksi kendaraan listrik, industri otomotif dan kelistrikan saja.

Tapi juga membawa gambaran yang lebih komprehensif lebih besar tentang bagaimana teknologi yang lebih ramah lingkungan yang seharusnya.

"Indonesia sepakat dengan regulasi COP 2026 untuk memulai net zero emission pada 2060, termasuk menggunakan energi baru dan terbarukan. Termasuk menjaga produksi dan regulasi yang lebih menguntungkan buat semuanya," tambah Agus Gumiwang.

 

* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS

Fakta Mengenai Risiko Diabetes Melitus
Infografis Journal_ Fakta Mengenai Risiko Diabetes Melitus (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya