Penjualan Motor Listrik Belum Moncer, Moeldoko Ungkap Faktor Penyebabnya

Penjualan motor listrik di Indonesia terbilang masih sangat sepi, dibanding mobil listrik. Moeldoko ungkap faktor penyebabnya

oleh Arief Aszhari diperbarui 23 Feb 2024, 10:12 WIB
Diterbitkan 23 Feb 2024, 10:12 WIB
Honda EM1 e:
Motor listrik Honda EM1 e: diproduksi lokal di pabrik AHM, Pegangsaan, Jakarta Utara. (Septian/Liputan6.com)

Liputan6.com, Jakarta - Penjualan motor listrik di Indonesia terbilang masih sangat sepi, dibanding mobil listrik. Padahal, jika dilihat dari fasilitas yang diberikan oleh pemerintah, kedua kendaraan tersebut sama-sama mendapatkan insentif yang cukup besar.

Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko menyebutkan, sepinya minat masyarakat untuk memiliki motor listrik karena kendaraan roda dua bertenaga baterai ini belum bisa menyelesaikan isu yang berkembang di pasar.

"Tapi bisa dipahami karena apa? Sepeda motor (listrik) yang ada sekarang itu, belum menjawab isi. Isu bagi konsumen tentang sepeda motor (listrik) itu khususnya tentang baterai," jelas pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo), saat berkunjung ke IIMS 2024, beberapa waktu lalu.

Isu pertama terkait sepeda motor listrik, tentu saja terkait jarak tempuh. Pasalnya, produk yang ada saat ini, hanya memiliki jarak tempuh maksimal sekitar 50 sampai 60 km.

"Sehingga, kalau orang di Tangerang mau ke Jakarta, 60 km masih mikir-mikir begitu. Nanti, charger di mana?," tambah Moeldoko.

Permasalah yang kedua terkait penggunaan motor listrik, adalah baterai yang masih mahal. Selain itu, isu ketiga adalah charging yang masih lama.

Rata-rata, pengisian motor listrik ini paling cepat 2,5 jam, sampai dengan 4 jam. Bahkan, ada yang 6 jam.

"Tiga isu inilah saya pikir menjadi handicap teman-teman kita itu belum mau beralih ke sepeda motor listrikm" katanya.

Tapi, lanjut Moeldoko, manakala nanti ada baterai yang bisa menjawab tiga isu ini bukan tidak mungkin dapat merangsang penjualan.

"Satu, jika jaraknya bisa lebih jauh, charging mungkin 1 jam dan paling lama sambil menikmati kopi satu jam sudah bisa selesai kan, apalagi bisa kurang. Berikutnya harganya lebih murah," pungkasnya.

Moeldoko Sebut Insentif Mobil Hybrid Tak Penting, Ini Alasannya

Kepala Staf Kepresidenan Republik Indonesia, Moeldoko menyebutkan insentif untuk mobil hybrid tidak terlalu penting. Pasalnya, kendaraan ramah lingkungan jenis tersebut, tetap masih menggunakan mesin bensin.

"Ya, sebenarnya menurut saya gak penting-penting amat, karena apa? Toh masih pakai bensin, dan tambah lagi apakah itu menjadi beban bagi pengendara, saya juga tidak ngerti karena harus ada dua hal kan. Satu ada bensin satu ada listriknya, tapi konsumennya akan menentukan," jelas Moeldoko, saat berkunjung ke arena IIMS 2024, Selasa (20/2/2024).

Lanjut Moeldoko, insentif untuk kendaraan listrik memang lebih baik hanya untuk mobil listrik baterai alias battery electric vehicle (BEV).

"Di EV, ya karena kita nyata-nyata EV itu ada dua dampak positifnya bagi masyarakat, bangsa, dan negara," tegas Moeldoko.

Infografis Simpang Susun Semanggi
Berawal dari Jembatan Semanggi, kini dipercantik dengan Simpang Susun Semanggi. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya