Liputan6.com, Jambi - Sejumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) ganda masih ditemukan di Provinsi Jambi jelang pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak 9 Desember 2015 . Warga Orang Rimba Jambi atau biasa disebut Suku Anak Dalam (SAD) umumnya masuk daftar calon pemilih ganda ini.
Pencatatan ganda itu disebabkan kebiasaan Orang Rimba 'melangun' atau berpindah-pindah antara satu daerah kabupaten ke daerah kabupaten lainnya. Di daerah baru mereka didaftar lagi padahal sebelumnya sudah terdaftar.
"Warga SAD itu kadang tercatat di DPT Sarolangun, namun tercatat juga di DPT Kabupaten Batanghari," kata Komisioner KPU Kabupaten Sarolangun, Provinsi Jambi, Thoriq, di Jambi, Selasa (13/10/2015).
"Kelompok SAD menjadi permasalahan sendiri setiap pendataan data pemilih. Ini yang tengah kami koordinasikan bersama instansi terkait."
Daftar pemilih SAD paling banyak ditemukan di Kabupaten Batanghari yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sarolangun. Adapun jumlah warga SAD yang tercatat dalam DPT pilkada serentak mencapai 300 orang lebih.
Kabupaten Sarolangun dan Batanghari merupakan 2 kabupaten yang banyak dihuni Suku Anak Dalam di Jambi. Sebagian besar warga SAD menempati area Taman Nasional Bukit Dua Belas (TNBD) yang berada di dua kabupaten tersebut.
Untuk menekan angka DPT ganda warga SAD, KPU Sarolangun bersama KPU Batanghari intensif melakukan sosialisasi langsung ke tengah perkampungan SAD. Kendalanya lokasi di dalam kawasan hutan cukup menyulitkan.
"Untuk di Sarolangun kita bagi lokasi, sosialisasi dilakukan di titik-titik daerah yang banyak dihuni SAD seperti Kecamatan Cermin Nan Gedang dan Kecamatan Air Hitam," tambah Thoriq.
Masih Bingung Mencoblos
Salah satu pemimpin kelompok atau tumenggung SAD, Tumenggung Jelitai, mengatakan warganya kerap berpindah-pindah mengikuti budaya warga SAD sejak zaman nenek moyang. Melangun dilakukan ketika ada salah satu warga meninggal atau terjadi masalah yang berhubungan dengan penyakit.
Tumenggung Jelitai merupakan pemimpin kelompok SAD di daerah Pondok Kelapo, Kabupaten Batanghari. Menurut dia, di daerahnya, ada sekitar 700-an pemilih yang terbagi dalam 3 TPS.
Tumenggung Jelitai mengaku masih belum paham proses pemilihan dan cara menyoblos. "Kami yang jauh di pedalaman ini masih bingung bagaimana cara menyoblos, jadi tolong ajari kami," ujar Jelitai. (Hmb/Ali)