Elektabilitas Jokowi Tergerus di Survei Kompas, BPN Prabowo Singgung OTT Romi

Andre menilai elektabilitas Jokowi-Ma'ruf kini bisa kini semakin merosot. Mengingat Ketua Umum PPP Romahurmuziy, salah satu partai koalisi Jokowi-Ma'ruf, baru saja ditangkap KPK

oleh Liputan6.com diperbarui 20 Mar 2019, 12:07 WIB
Diterbitkan 20 Mar 2019, 12:07 WIB
Peluk Hangat Jokowi - Prabowo Akhiri Debat Perdana Pilpres 2019
Capres dan cawapres nomor urut 01 Joko Widodo atau Jokowi-Ma'ruf Amin bersalaman dengan capres dan cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno usai debat perdana Pilpres 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (17/1). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) Andre Rosiade menyambut baik hasil survei Litbang Kompas yang menyatakan selisih antara Prabowo-Sandi dan Jokowi-Ma'ruf semakin tipis. Menurut dia, hasil survei itu semakin menguatkan bahwa Prabowo-Sandi akan memenangkan Pilpres 2019.

"Intinya survei Litbang Kompas memberikan sinyal kepada seluruh rakyat Indonesia, bahwa 17 April 2019, Prabowo akan menjadi Presiden Republik Indonesia," kata Andre saat dihubungi merdeka.com, Rabu (20/3).

"Di mana Kompas sudah menyatakan bahwa Jokowi sudah di bawah 50 persen dan memberikan sinyal sebenarnya ini. Sinyal saja bahwa Prabowo akan unggul di 2019 nanti," sambungnya.

Andre menilai elektabilitas Jokowi-Ma'ruf kini bisa jadi semakin merosot. Mengingat Ketua Umum PPP Romahurmuziy, salah satu partai koalisi Jokowi-Ma'ruf, baru saja ditangkap KPK karena terlibat kasus jual beli jabatan di Kementerian Agama. Kasus itu, kata dia, bisa mempengaruhi elektabilitas Jokowi-Ma'ruf.

"Orang dekat Presiden ditangkap KPK, teman diskusi Presiden ditangkap KPK. Orang kepercayaan Presiden ditangkap KPK. Ketua umum partai pendukung Jokowi ditangkap KPK, pasti lebih nyungsep lagi," ungkapnya.

Terlebih lagi, ujar Andre, saat ini masyarakat sudah tak lagi percaya dengan kinerja Jokowi sebagai capres petahana. Pasalnya, banyak janji kampanye yang belum ditepati.

"Jadi gini sederhana ya, rakyat butuh lapangan kerja terbuka, rakyat tuh harus punya harga-harga kebutuhan bahan pokok terjangkau, rakyat ingin pertumbuhan ekonomi meningkat. Ini yang tidak bisa dihadirkan oleh Jokowi dan rakyat ingin kasus Novel Baswedan selesai itu tidak mampu dilakukan oleh Pak Jokowi," ucapnya.

 

Saksikan video pilihan di bawah ini:

Hasil Survei Litbang Kompas

Seperti dikutip merdeka.com dari Harian Kompas Rabu (20/3), berdasarkan survei terbaru Litbang Kompas, elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini lebih tipis dibandingkan dengan survei Litbang Kompas pada Oktober 2018. Elektabilitas Jokowi dan Prabowo saat ini hanya selisih 11,8 persen. Jokowi - Maruf mendapat perolehan suara 49,2 persen, sedangkan Prabowo-Ma'ruf 37,4 persen. Sebanyak 13,4 persen masih merahasiakan pilihannya.

Metode pengumpulan pendapat menggunakan wawancara tatap muka sejak tanggal 22 Februari - 5 Maret. Survei ini diikuti 2.000 responden yang dipilih secara acak dengan metode pencuplikan sistematis bertingkat di 34 provinsi di seluruh Indonesia. Tingkat kepercayaannya 95 persen dengan margin of error penelitian plus/minus 2,2 persen.

Sebelumnya pada Oktober 2018 lalu, Litbang Kompas juga telah merilis elektabilitas dua pasangan capres. Saat itu, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf sebanyak 52,6 persen, sedangkan Prabowo-Sandiaga Uno32,7 persen. Sebanyak 14,7 persen masih merahasiakan pilihannya. Saat itu, selisih suara keduanya masih 19,9 persen.

Disebutkan pula, penyebab menurunnya elektabilitas Jokowi-Ma'ruf karena sejumlah hal. Seperti perubahan pandangan atas kinerja pemerintah, berubahnya arah dukungan kalangan menengah atas, membesarnya pemilih ragu pada kelompok bawah dan persoalan militansi pendukung yang berpengaruh pada penguasaan wilayah.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya