Liputan6.com, Jakarta - Peneliti CSIS Arya Fernandez mengatakan pasangan calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno bakal menjadi pihak yang paling dirugikan bila jumah pemilih yang tidak menggunakan hak suaranya atau golongan putih (golput) tinggi.
Adapun dalam survei CSIS, swing voter Prabowo-Sandiaga 18,7 persen, lawannya Jokowi-Ma'ruf Amin 15,6 persen. Sementara elektabilitas Jokowi-Ma'ruf 51,4 persen, Prabowo-Sandiaga 33,3 persen.
"Dari segi kemantapan harusnya petahana tidak perlu khawatir kehilangan suara, karena golput, tingkat kemantapan lebih tinggi dari penantang. Yang perlu khawatir penantang, karena lebih rendah dari petahana," ujar Arya di kawasan Senayan, Kamis (28/3/2019).
Advertisement
Namun demikian, Arya menekankan, kedua pasangan calon tetap dirugikan dengan adanya golput. Karena itu, mobilisasi massa ke TPS penting untuk menjaga suara.
"Persoalannya tinggal siapa pemilih lebih militan, lebih solid dan lebih kerja keras untuk mendakwahkan orang ke TPS," kata dia.
Â
Angka Golput Tinggi
Arya menduga, angka pemilih golput akan tinggi. Hal itu karena jumlah pasangan calon presiden hanya dua orang.
Dia membandingkan pemilu secara langsung sejak 2004. Tiap lima tahun angka partisipasi cenderung menurun. Dari 2004 dengan lima calon tingkat partisipasi 80 persen, sampai 2014 dengan dua calon, tingkat partisipasi 70 persen.
"Artinya mungkin faktor kandidat faktor jumlah kandidat maju mempengaruhi partisipasi. Kalau kandidat banyak maju pemilih memiliki preferensi banyak juga," jelasnya.
Â
Reporter: Ahda Bayhaqi
Â
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:Â
Â
Advertisement