Liputan6.com, Jakarta Bakal calon presiden dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo muncul di tayangan video azan magrib yang ditayangkan dua stasiun televisi swasta.
Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) akan melakukan kajian terkait munculnya Ganjar Pranowo dalam iklan azan itu. Kajian tersebut mulai dilakukan Bawaslu terhitung sejak hari ini, Sabtu (9/9/2023).
Baca Juga
"Dilakukan kajian," ujar Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja kepada wartawan di Jakarta.
Advertisement
Menurut Bagja, Bawaslu akan menyampaikan hasil kajiannya antara Senin, Selasa atau Rabu pekan depan. Bawaslu punya waktu tujuh hari untuk melakukan kajian sejak dugaan pelanggaran ditemukan.
"Tunggu ya Senin, Selasa atau Rabu. Kami punya waktu 7 hari sejak ditemukan adanya dugaan," kata Bagja.
Munculnya capres Ganjar Pranowo dalam tayangan azan di dua stasiun milik Ketua Umum Perindo Hary Tanoe menuai polemik. Dalam tayangan tersebut, Ganjar Pranowo tampak mengenakan baju koko warna putih, peci hitam dan sarung batik.
Ganjar terlihat menyalami jemaah yang masuk ke masjid. Kemudian disorot juga mantan Gubernur Jawa Tengah itu menjadi makmum ketika salat berjemaah. Tayangan ini menuai kritik dari masyarakat, terutama warganet.
Mereka menilai Ganjar sedang mempraktikkan politik identitas dengan memanfaatkan stasiun TV.
Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto membantah hal tersebut sebagai politik identitas. Hasto menegaskan religiusitas Ganjar tidak dibuat-buat, termasuk dalam tayangan azan magrib yang menampilkan Ganjar.
"Tetapi kan Pak Ganjar Pranowo ini kan sosok yang religius, religiusitasnya tidak dibuat-buat. Istrinya, Bu Siti Atiqoh juga dari kalangan pesantren, menampilkan kehidupan spritualitas yang mencerminkan sebagai manusia yang bertakwa kepada Tuhan, bukan sesuatu yang dibuat-buat," ujar Hasto di kawasan Senen, Jakarta Pusat, Sabtu (9/9/2023).
Sekjen PDIP Klaim Ganjar Sosok yang Rajin Ibadah
Menurut Hasto, Ganjar merupakan sosok yang rajin ibadah sejak lama. Sosok yang juga santun dan merakyat. Tayangan di video azan itu pun tidak dibuat-buat sama sekali.
"Sejak dulu, sejak zaman mahasiswa, Pak Ganjar Pranowo ini sosoknya seperti itu. Sosok yang rajin beribadah, sosok yang baik, sosok yang santun, sosok yang merakyat. Itu tidak dibuat-buat, itu sesuatu original, keluar dari Pak Ganjar Pranowo," ujar Hasto.
Hasto menyebut politik identitas itu contohnya ketika Pilkada DKI 2017. Ketika itu politik identitas digunakan untuk menghadapi petahana yang punya prestasi.
"Kalau politik identitas itu kan politik yang tidak mencerdaskan kehidupan bangsa, politik yang miskin prestasi. Kita tahu di DKI pada saat pilgub itu digunakan politik identitas yang sangat tidak sehat dan hasilnya kan kita tahu, apa yang jadi program Pak Jokowi, program Pak Ahok, program Pak Djarot Saiful contohnya untuk membersihkan kampung-kampung dengan pasukan oranye, dengan pasukan hijau, itu kan tidak dilakukan," tutur Hasto.
"Hal-hal yang positif saja tidak dilanjutkan karena ketika berkampanye miskin prestasi sehingga PDIP sangat tidak setuju," tegasnya.
Namun, apabila untuk mengajak masyarakat beribadah merupakan hal yang positif. Sehingga apa yang dilakukan oleh Ganjar Pranowo tidak ada masalah.
"Tetapi kalau untuk mengajak masyarakat dengan senyum, untuk berdoa bersama untuk menjalankan lima waktu, itu kan merupakan hal yang positif. Bagi umat Kristen untuk mengajak ke gereja, bagi umat Hindu di pura. Itu kan merupakan sesuatu yang bagus," ujar Hasto.
"Sehingga jangan menampilkan identitas yang menunjukkan spritualitas sebagai bangsa itu kemudian dikatakan politik identitas," ujar Hasto.
Â
Reporter: Ahda Bayhaqi
Sumber: Merdeka.com
Advertisement