Liputan6.com, Jakarta - Elektabilitas Calon Presiden (Capres) Prabowo Subianto semakin menguat untuk menghadapi Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Semakin kuatnya elektabilitas Prabowo tersebut diyakini lantaran mendapatkan dukungan penuh dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY).
Direktur Eksekutif Indonesia Political Review, Ujang Komarudin meyakini adanya keakraban yang terlihat kala Presiden Jokowi, Prabowo dan SBY berada di satu tempat saat acara Parade Senja HUT ke-78 TNI di Kementerian Pertahanan belum lama ini menunjukkan adanya sinyal dukungan yang kuat. Ujang menegaskan, kehangatan dan juga komunikasi politik yang ketiga tokoh itu bangun menunjukkan adanya dukungan.
Baca Juga
“Ini kelihatannya tanda – tanda dukungan yang kuat dari Presiden ke-6 SBY dan Presiden ke-7 Jokowi sebagai sesuatu yang positif bagi Prabowo, ada tanda – tanda arah angin sinyal semakin kuat jelang Pilpres 2024 untuk Prabowo,” kata Ujang dalam keterangannya, Selasa (10/10/2023).
Advertisement
Tak berhenti sampai disitu, Ujang juga meyakini adanya dukungan dari Presiden Jokowi dan SBY kian mengokohkan elektabilitas Prabowo menuju Pilpres 2024. Berdasarkan dari hasil survei terbaru yang dirilis Poltracking Indonesia periode 3 – 9 September 2023, Prabowo masih berada di urutan pertama dalam simulasi tiga nama capres.
Dari simulasi tiga nama capres, Prabowo sukses mengantongi dukungan sebesar 38,9 persen. Diikuti Capres PDIP Ganjar Pranowo dengan 37,0 persen dan Capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan dengan total dukungan mencapai 19,9 persen.
Selain unggul di simulasi tiga nama Prabowo juga masih perkasa jika pilpres berlangsung di dalam dua putaran serta diadakan skema head to head. Jika yang masuk ke putaran kedua adalah Prabowo melawan Anies, maka total elektabilitas keduanya terpaut jauh.
Prabowo berhasil mendapatkan total dukungan tertinggi dengan 51,2 persen, sedangkan Anies 28,3 persen. Angka tersebut semakin menunjukkan jika Anies memiliki selisih yang tinggi sebesar 22,9 persen dari Prabowo.
Selaras dengan hal tersebut, bila berhadapan dengan Ganjar pada putaran kedua, bisa dipastikan Prabowo masih terlalu tangguh. Di dalam survei yang sama, Prabowo berhasil mengantongi dukungan dengan 46,1 persen suara, diikuti Ganjar dengan 39,8 persen.
Adapun selisih di antara kedua nama tersebut adalah sebesar 6,3 persen. Oleh karena itu, Ujang menerangkan adanya kebersamaan yang belakangan ini terlihat antara Presiden Jokowi dengan SBY dan terbaru dengan Prabowo semakin menguatkan adanya sinyal dukungan menjelang Pilpres 2024.
Ujang menyimpulkan, dukungan tersebut semakin memperbesar peluang Prabowo untuk bisa memenangkan Pilpres 2024 mendatang.
“Dalam konteks kebersamaan itu, penting bisa jadi sinyalemen dukungan Jokowi kepada Prabowo. ini tentu sesuatu yang bagus ketika dua kali bertarung di Pilpres 2024 harus menang dan dukungan dari banyak pihak masyarakat Indonesia. Artinya, mereka kompak arah dukungan ke Prabowo Subianto untuk menang jadi Presiden ke-8 RI,” pungkas Ujang.
Jokowi Terancam Jadi Musuh Bersama
Direktur Eksekutif Institute for Democracy & Strategic Affairs (INDOSTRATEGIC) Ahmad Khoirul Umam mengatakan, ada potensi perlawanan terhadap Jokowi saat sang putra sulungnya, Gibran Rakabuming Raka bisa melanggeng ke Pemilu Presiden 2024 sebagai wakil dari Prabowo.
Menurut Umam, hal itu dapat terjadi sebab kehadiran Gibran diartikan sebagai representasi Jokowi yang bertolak dengan suara pendukung Ganjar Pranowo di basis-basis wilayah yang dikuasai PDIP.
"Pencawapresan Gibran bisa menciptakan “perang bubat” antara kubu Prabowo dengan PDIP yang lagi-lagi akan merasa dikhianati, dilangkahi dan diabaikan oleh keluarga Jokowi," jelas Umam seperti dikutip dari siaran pers diterima, Selasa (10/10/2023).
Umam menambahkan, jika analisanya terbukti maka bukan tidak mungkin PDIP melakukan evaluasi besar terhadap Jokowi dan keluarganya yang saat ini berstatus PDIP.
"Jika Gibran menjadi Cawapres Prabowo, besar kemungkinan PDIP akan melakukan evaluasi total terhadap status relasi dan keanggotaan Gibran, Boby, dan juga Jokowi sendiri di PDIP," jelas dia.
Dosen Ilmu Politik & International Studies, Universitas Paramadina ini juga mewanti, perlawanan terhadap Jokowi nantinya tidak hanya dari kubu PDIP melainkan juga partai rival lainnya. Sebab, Jokowi akan dilabel sebagai pemimpin yang melanggengkan dinasti politik.
"Pencawapresan Gibran tampaknya sekarang sedang ditunggu-tunggu oleh para rival politik Jokowi sebagai narasi “politik dinasti”, yang akan menjadi amunisi yang sangat efektif untuk menghantam legitimasi dan kredibilitas politik Presiden Jokowi, sekaligus menghancurkan mesin politik pencapresan Prabowo Subianto," Umam menandasi.
Advertisement
Dianggap Langgengkan Politik Dinasti
Sebagai informasi, saat ini waktu pembukaan pendaftaran pencalonan presiden dan wakil presiden ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) hanya tersisa sepuluh hari. Namun kubu Prabowo dan Ganjar masih belum ada tanda-tanda mendeklarasikan pasangannya masing-masing.
Diduga, Ganjar tengah berstrategi dengan melihat lebih dulu siapa sosok yang akan dipasangkan dengan Prabowo. Sedangkan Prabowo diyakini tengah menunggu keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) terkait gugatan batasan umur Cawapres di bawah 40 tahun.
Jika putusan MK mengabulkan gugatan Judicial Review (JR) atas batas umur Cawapres itu, maka hampir pasti Gibran akan menjadi Cawapres Prabowo.
Dibahas di KIM
Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra, Ahmad Muzani menyatakan, nama-nama yang masuk dalam radar calon wakil presiden (Cawapres) pendamping Prabowo Subianto akan dibawa ke meja rapat Koalisi Indonesia Maju (KIM), tak terkecuali Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka.
Tentu saja supaya keputusan ini menjadi keputusan bersama termasuk nama Mas Gibran dan nama-nama lain, nanti oleh Pak Prabowo akan diajukan di atas meja untuk dibicarakan bersama-sama," kata Muzani ditemui di Gedung Juang, Senin (9/10/2023).
Muzani menilai Gibran adalah tokoh politik yang mumpuni. Namun, ia memastikan usulan nama-nama kandidat cawapres Prabowo belum ada yang menjadi sebuah keputusan resmi.
"Kami menganggap bahwa semua nama yang dimajukan oleh tokoh komponen bahkan partai Koalisi, adalah orang-orang yang berniat beri pengabdian terbaik kepada bangsa dan negaranya," kata Muzani.
Kendati begitu, Muzani memastikan, Prabowo Subianto telah mencatat usulan agar Gibran menjadi cawapresnya, termasuk juga masukan nama-nama lain.
"Terhadap pikiran, pandangan dan pendapat Samawi tersebut Pak Prabowo catat, hargai, dan simak dengan saksama atas aspirasi tersebut sebagaimana juga aspirasi yang berkembang dari berbagai macam komponen lainnya," kata Sekjen Gerindra ini menandaskan.
Advertisement