Debat Capres Terakhir, Ganjar Akan Ingatkan Kembali Nilai Luhur Pendiri Bangsa

Capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo akan mengingatkan kembali soal nilai-nilai luhur bangsa, yang merupakan warisan terbaik dari para pendiri bangsa dalam sesi debat terakhir Pilpres 2024.

oleh Lizsa Egeham diperbarui 30 Jan 2024, 11:53 WIB
Diterbitkan 30 Jan 2024, 11:52 WIB
Ekspresi Ketiga Calon Presiden Saat Adu Gagasan pada Debat Ketiga Pelimu 2024
Capres nomor urut 03 Ganjar Pranowo saat beradu gagasan dalam debat ketiga Capres Pemilu tahun 2024 di Istora Senaya, Jakarta, Minggu (7/1/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Calon presiden nomor urut 03, Ganjar Pranowo akan mengingatkan kembali soal nilai-nilai luhur bangsa, yang merupakan warisan terbaik dari para pendiri bangsa (founding fathers) dalam sesi debat terakhir Pilpres 2024. Adapun salah satu tema yang dibahas adalah soal kebudayaan.

"Dalam konteks Indonesia hari ini, ketika para elite politik dan pejabat publik sudah tidak memiliki etika dalam mempertahankan atau memburu kekuasaan, kita jadi bertanya-tanya, mengapa keteladanan yang pernah diwariskan oleh Bung Karno, Bung Hatta, Sutan Sjahrir, M Natsir, dan seterusnya, sama sekali tidak ada jejaknya," kata Wakil Ketua TPN Ganjar-Mahfud, Ammarsjah, Selasa (30/1/2024).

Dia mengatakan, kebudayaan adalah sistem berpikir, berpengetahuan dan bermasyarakat, yang digunakan untuk kelangsungan hidup suatu komunitas. Dipandu kebudayaan, masyarakat mengutamakan nilai etika moral dan perasaan bersama tentang nilai kebenaran, kejujuran dan kepatutan.

"Kita tidak tahu persis, apakah pejabat publik yang kini sedang memburu kekuasaan dengan segala acara, mungkinkah tidak pernah belajar sejarah. Sehingga tidak pernah tahu bagaimana sederhananya kehidupan Bung Hatta, sampai tidak sanggup membeli sepatu bally. Atau Natsir yang cepat-cepat mengembalikan mobil dinas setelah tidak lagi menjadi PM, karena mobil dinas itu sudah bukan haknya lagi, artinya masih ada rasa malu," jelas Ammar.

Ammar mengatakan, dalam budaya (tradisi) masyarakat bawah, dikenal konsep Ratu Adil, sebagai cara rakyat jelata untuk mengingatkan penguasa, ketika penguasa tidak lagi memikirkan nasib rakyat. Bung Karno, kata dia, saat pidato Pancasila, 1 Juni 1945, juga menyebut konsep Ratu Adil sebagai salah satu jalan melawan kolonialisme atau penindasan.

"Dalam konsep kekuasaan Jawa, siapa pun yang berkuasa harus eling lan waspada, harus tahu diri, bahwa kekuasaan ada batasnya. Ketika rakyat mengadu kepada Ratu Adil, sosok yang sebenarnya abstrak, ini adalah peringatan bagi penguasa, bahwa dia sejatinya sudah tidak dipercaya rakyat lagi," tegas Ammar.

Ganjar Akan Lanjutkan Capaian Kebudayaan yang Diperoleh Indonesia

Ekspresi Para Capres/Cawapres saat Paparan Visi Misi pada Debat Perdana Pilpres 2024
Calon Presiden nomor urut 3, Ganjar Pranowo saat paparan visi dan misi pada debat perdana Calon Presiden pada Pilpres 2024, Selasa (12/12/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Ammar mengatakan, produk kebudayaan Indonesia sudah banyak yang diakui dunia, seperti musik, film, dan bahkan beberapa produk sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya tak benda (intangible culture heritage).

"Mas Ganjar bila diberi mandat memimpin bangsa lima tahun mendatang, tentu akan melanjutkan capaian-capaian produk kebudayaan seperti itu, seraya tetap mengaktualkan nilai peradaban dengan meneladani perilaku dan gaya hidup para pendiri bangsa," kata dia.

"Mas Ganjar melihat, para pendiri bangsa berani hidup sederhana, sebagai wujud empati pada nasib rakyat kecil, kelak Mas Ganjar akan menggunakan mobil sekelas Kijang untuk kendaraan dinas sehari-hari, mobil limousine hanya untuk keperluan protokoler, semisal saat menyambut kedatangan pemimpin negara sahabat," sambung Ammar.

Ammar mengatakan, keberanian hidup sederhana, adalah termasuk budaya, utamanya dalam aspek nilai dan tradisi, yang akan diperkenalkan oleh paslon Ganjar-Mahfud Md. Penguasa di masa lalu, lanjut dia, juga pernah memperkenal nilai atau tradisi 'Revolusi Mental, yang sudah tidak jelas lagi bagaimana kelanjutannya, dan implementasinya di lapangan.

"Dalam soal etika sebagai penguasa atau elite politik saat ini, selain tiadanya rasa malu, juga tidak memiliki rasa 'sungkan', istilah serapan dari bahasa Jawa. Sungkan ini mirip-mirip maknanya dengan tenggang rasa, meskipun tidak pas benar. Kita semua menjadi saksi, penguasa sekarang tidak memiliki rasa sungkan dan rasa malu lagi, dengan menerabas segala cara untuk mengejar kekuasaan," tutur Ammar.

Infografis Isu Ganjar-Mahfud Koalisi dengan Anies-Muhaimin. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Infografis Isu Ganjar-Mahfud Koalisi dengan Anies-Muhaimin. (Liputan6.com/Gotri/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya