PDIP Ungkap Penghambat di Balik Gagalnya Anies Maju di Pilkada 2024

Hasto menjelaskan bahwa kesepahaman antara PDIP dan Anies Baswedan telah terjalin.

oleh Muhammad Ali diperbarui 31 Agu 2024, 07:58 WIB
Diterbitkan 31 Agu 2024, 07:51 WIB
Ono Surono
Ono Surono (tengah, berkopeah hitam) saat menghadiri Kerja Daerah (Rakerda) PDI Perjuangan IV dan V di Hotel Aston Cirebon, Rabu (26/6/2024). (Dok. PDIP Jabar)

Liputan6.com, Jakarta Sekretaris Jenderal (Sekjen) PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto, menegaskan bahwa keputusan PDIP untuk tidak mengusung Anies Baswedan dalam Pilkada 2024 bukan disebabkan oleh penolakan dari dalam partai. Hasto menjelaskan bahwa kesepahaman antara PDIP dan Anies Baswedan telah terjalin.

"Bukan karena penolakan internal, sebab kesepahaman itu sudah terbangun. Bahkan, selama satu setengah jam kami juga menjelaskan pemikiran-pemikiran Bung Karno dan Ibu Megawati Sukarnoputri dari perspektif geopolitik," ujar Hasto Kristiyanto di DPP PDIP, Jakarta Pusat, pada Jumat dini hari (30/8/2024).

Hasto juga menambahkan bahwa perhatian terhadap umat Islam telah menjadi bagian dari diskusi, mengingat Bung Karno pernah mendapatkan gelar pendekar dan pembebas bangsa Islam dalam konferensi Islam Asia Afrika.

Dalam konteks Pilkada 2024, Hasto menyebutkan bahwa Anies Baswedan telah bertemu dengan sejumlah elite PDIP. Namun, Hasto mengungkapkan adanya kekuatan eksternal yang menciptakan batasan sehingga PDIP dan Anies tidak dapat menjalin kerja sama.

"Pak Anies saat itu sering bertemu dengan Pak Aming, Ketua DPD, kemudian Pak Ahmad Basarah, Pak Said Abdullah, dan juga bertemu dengan saya. Kami membahas gagasan-gagasan besar yang berlandaskan pemikiran para pendiri bangsa dalam sidang BPUPK," jelas Hasto Kristiyanto.

"Namun, rakyat dan pendukung Pak Anies memahami bahwa ada kekuatan-kekuatan yang saat ini memegang kekuasaan yang mencoba menciptakan berbagai hambatan politik untuk mencegah terjalinnya kerja sama tersebut," ungkap Hasto.

 

PDIP Sebut Mulyono and The Geng

Ketua DPD PDIP Jabar, Ono Surono mengatakan, Anies Baswedan memenuhi semua unsur kriteria untuk memimpin Jawa Barat. Kapasitas dan pengalaman memimpin wilayah DKI Jakarta, bisa diterapkan di wilayah Jabar. Komunikasi di antara kedua belah pihak sudah intens sejak Rabu,28 Agustus 2024). Hingga Kamis, 29 Agustus 2024 sore, pembahasan pengurus partai di tingkat pusat sudah positif. 

Pengurus PDIP di Jabar bahkan sudah diminta untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan keperluan pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jabar. Namun, semua tiba-tiba berubah pada malam hari. Dia menegaskan, semua upaya yang sudah dilakukan diganggu oleh pihak luar. 

"Kita menghadapi sebuah tantangan yang sangat besar, tangan-tangan yang tidak menyetujui Pak Anies diusung oleh PDIP Perjuangan, kekuatan-kekuatan yang sangat besar itu pada akhirnya membuat Pak Anies tidak jadi diusung oleh PDI Perjuangan,” kata Ono di Kantor KPU Jabar, Jumat (30/8) dini hari.

"Kami di Jawa Barat tentunya sangat mempunyai keinginan Pak Anies diusung di Jawa Barat. Kami menilai bahwa yang sudah mengerucut pada akhirnya bubar itu karena ada tangan-tangan dari luar yang tidak menghendaki Pak Anies diusung di Jabar,” dia melanjutkan.

Mengenai bentuk penjegalan upaya pencalonan Anies, Ono mengaku tidak bisa mengungkapnya secara detil. Hanya saja, ia memberikan petunjuk siapa dalang dari dinamika yang terjadi.

"Mulyono dan geng, Tulis saja Mulyono” tegas dia.

Infografis PDIP Pemenang Pileg 2024, 8 Parpol Lolos ke Parlemen. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis PDIP Pemenang Pileg 2024, 8 Parpol Lolos ke Parlemen. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya