Liputan6.com, Jakarta - Hingga lima tahun ke depan, konsentrasi pembangunan properti di Batam, Kepulauan Riau, masih tetap berkutat di kawasan Batam Center, terutama untuk hunian kelas menengah atas. Harga lahan di wilayah itu saat ini berkisar Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta per meter persegi. Harga rumah yang dipasarkan di kawasan itu kini minimal sudah Rp 500 juta per unit.
“Di Batam Center banyak lahan reklamasi. Kalau semua direklamasi mungkin ada potensi lahan seluas 1.000 hektare di situ. Ini kawasan masuk ring satu,” ungkap Ketua Realestat Indonesia (REI) Khusus Batam, Djaja Roeslim saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (15/06/2015).
Selain lahan reklamasi, di Batam Center juga masih terdapat lahan sekitar 200 hektare yang belum dikembangkan dan tidak termasuk daerah yang diklaim sebagai hutan lindung.
Kawasan pengembangan lain berada di ring dua yakni antara Bandara Hang Nadim hingga Nongsa. Potensi lahan yang bisa dikembangkan bisa mencapai 300 hektare.
Menurut Djaja, Batam merupakan salah satu kota dengan pertumbuhan terpesat di Indonesia. Ketika dibangun pada awal tahun 1970 kota ini hanya dihuni sekitar 6.000 penduduk dan dalam tempo 40 tahun penduduk Batam bertumbuh hingga 170 kali lipat.
Berbagai hambatan regulasi sangat memengaruhi pertumbuhan industri properti di Pulau Batam. Selain soal status lahan hutan lindung dan perizinan yang berada di dua otoritas yakni Pemkot Batam dan Otoritas Batam (OB), belum adanya regulasi tentang kepemilikan properti bagi warga asing (foreign ownership) juga turut memperlambat perkembangan industri properti di Batam, dibandingkan Singapura atau Johor Malaysia yang gencar menyasar pembeli asing terutama dari Indonesia.
Diakui Djaja, saat ini beberapa developer nasional sudah melirik potensi Batam. Namun jika berbagai kendala tadi tidak diselesaikan, dia memproyeksikan pertumbuhan industri properti di Batam tidak akan terlalu menarik bagi developer nasional.
"Kami sebenarnya mendorong pemerintah setempat untuk segera mengesahkan Rancangan Tata Ruang Wilayah (RTRW) Batam Metropolitan sehingga rencana pengembangan kota ke depan punya kepastian," ungkap Djaja.
Saat ini setidaknya ada dua perusahaan properti nasional yang sudah berinvestasi di Batam, yakni Agung Podomoro Land dan Duta Pertiwi (Sinar Mas Land).
Agung Podomoro sedang mengembangkan tahap awal proyek residensial Orchard Park, sedangkan Duta Pertiwi telah mengelola lapangan golf Palm Springs di Nongsa, dan berencana menambah fasilitas proyek dengan membangun kondominium hotel (kondotel) dan vila.
Baca Juga
Reporter: Muhammad Rinaldi
(Rinaldi/Ndw)
Advertisement