Mendag: Volatilitas Neraca Perdagangan Tinggi

Kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada bulan kedelapan ini tercatat naik 11,2 persen menjadi US$ 11,2 miliar dibanding Juli 2015.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 16 Sep 2015, 19:03 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2015, 19:03 WIB
Aktivitas Bongkar Muat di JICT Tanjung Priok
Sebuah Kapal container bersandar di pelabuhan JICT, Jakarta Utara, Rabu (25/3/2015).Pelindo II mencatat waktu tunggu pelayanan kapal dan barang sudah mendekati target pemerintah. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mewaspadai pertumbuhan perdagangan dunia yang realisasinya kini lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi global. Rasa prihatin juga muncul melihat tren neraca perdagangan Indonesia karena penurunan kinerja ekspor.

Menteri Perdagangan (Mendag), Thomas Lembong menyebut, neraca perdagangan Indonesia pada Agustus 2015 tercatat surplus US$ 433,8 juta dan US$ 6,22 miliar sepanjang Januari-Agustus ini.

"Tentu ini berita positif di saat ekonomi kurang baik. Memang kemungkinan selalu ada, tapi jangan terlalu bergembira dengan cepat karena setiap bulan neraca perdagangan naik turun dan mengalami volatilitas," ujar dia saat Konferensi Pers di kantornya, Jakarta, Rabu (16/9/2015).

Lembong menjelaskan, kinerja ekspor nonmigas Indonesia pada bulan kedelapan ini tercatat naik 11,2 persen menjadi US$ 11,2 miliar dibanding Juli 2015.

Secara tahunan, ekspor nonmigas menurun 7,3 persen menjadi US$ 89,6 miliar sejak Januari-Agustus 2015. Turunnya kinerja ekspor akibat pelemahan kurs rupiah terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 4,1 persen dibanding bulan sebelumnya.

Sementara kinerja impor secara total mencapai US$ 12,3 miliar atau naik 21,7 persen dibanding bulan lalu yang turun 17,1 persen secara tahunan. Kinerja impor sepanjang delapan bulan pertama tercatat US$ 96,3 miliar atau turun 19 persen.

"Lebih penting kita melihat trennya secara fundamental, bukan hanya angka sesaat. Dari sisi tren, kami masih sangat prihatin dan waspada karena sudah tiga tahun berturut-turut, pertumbuhan perdagangan global di bawah pertumbuhan ekonomi dunia," terang Lembong.

Menurutnya, dalam kurun waktu 30 tahun terakhir, pertumbuhan perdagangan global selalu berada di atas pertumbuhan ekonomi dunia. Namun saat ini kondisi berbalik.

"Misalnya sekarang pertumbuhan ekonomi dunia 3 persen, perdagangannya 1-2 persen karena berbagai faktor kondisi perdagangan global masih berat," tukas dia. (Fik/Gdn)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya