Liputan6.com, Jakarta Tahun 2017 mendatang, Real Estate Indonesia (REI) merasa optimistis penjualan properti akan lebih baik lagi. Apalagi setelah hadirnya program amnesti pajak yang dicanangkan pemerintah sejak 1 Juli kemarin menunjukkan kesuksesannya.
Hingga pertengahan Oktober, pajak.go.id melansir ada 415.053 Wajib Pajak (WP) menyampaikan 420.977 Surat Pernyataan Harta (SPH), Rp143 Triliun harta luar negeri yang direpatriasi, dan Rp982 Triliun harta di luar negeri yang dideklarasikan.
Baca Juga
Sementara itu sebanyak Rp2.725 Triliun harta dalam negeri sudah dideklarasikan, sehingga pengungkapan harta seluruhnya bernilai Rp3.850.477 Triliun. Tentu, ini merupakan jumlah pencapaian yang luar biasa.
Advertisement
“Kami dari REI berharap dana yang sudah dideklarasi oleh para Wajib Pajak bisa diinvestasikan ke sektor properti,” ujar Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat (DPP) REI, Eddy Hussy kepada Rumah.com dalam Forum Wartawan Perumahan Rakyat (Forwapera) di Jakarta (11/10).
(Simak juga: Menyoroti Kondisi Pasar Properti Indonesia Kwartal Kedua 2016)
Selain program tax amnesty yang berjalan sesuai target, beberapa faktor lain berikut diyakini REI mampu menyulut outlook sektor properti di Indonesia semakin menarik tahun depan. Antara lain:
1. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih baik dan pada 2017 pemerintah menargetkan pertumbuhan 5,3%.
2. Indonesia merupakan negara dengan nilai produk domestik bruto (PDB) terbesar se-Asia Tenggara. Sementara rasio PDB terhadap KPR Indonesia masih minim yakni 2,8% per 2015. Angka ini jauh dibawah Singapura yang mencapai 45,9%, Malaysia 37,8%, Thailand 22,3% dan Filipina 3,3%.
3. Indonesia memiliki bonus demografi dengan jumlah penduduk terbanyak se-Asia Tenggara dan nomor empat di dunia. Dengan jumlah penduduk sekitar 255 juta jiwa dimana persentase usia produktif (15 tahun hingga 64 tahun) mencapai 66,5%. Tak pelak, kebutuhan rumah pasti akan terus meningkat.
4. Jumlah kelas menengah terus bertumbuh dimana peningkatan kualitas hidup akan mendorong penjualan properti dan pengembangan kawasan.
5. Harga properti di Indonesia masih cukup rendah dibanding negara ASEAN lainnya, yang harga sewa dan jualnya sudah cukup tinggi.
6. Pada 2017, pemerintah terus melanjutkan pembangunan infrastruktur sehingga potensi pasar properti diprediksi masih positif.
7. Suku bunga KPR/KPA diperkirakan menurun tahun ini, pasca-Bank Indonesia (BI) mengumumkan BI 7-day (Reverse) Repo sebagai suku bunga acuan. Kebijakan ini berlaku efektif pada 19 Agustus kemarin.
Dipercaya, penurunan suku bunga kredit akan mendorong penjualan properti. Saat ini BI 7-day (Reverse) Repo berada pada level 4,75% dan diharapkan bisa berada di posisi single digit.
8. Relaksasi Loan to Value (LTV) diharapkan bisa lebih rendah lagi dari ketentuan yang berlaku saat ini, dimana DP untuk rumah pertama ditetapkan 15%.
“REI berharap, ketentuan DP bisa diubah menjadi hanya 10% untuk rumah pertama, 15% untuk rumah kedua, dan 20% bagi pembelian rumah ketiga,” kata Eddy.
9. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tidak terlalu volatile atau cenderung stabil di level Rp13 ribu sampai Rp13.100. Diharapkan hal ini bisa membuat harga bahan bangunan impor lebih konstan.
10. Inflasi cenderung terkendali dan diperkirakan sesuai target pemerintah di kisaran 5% hingga akhir tahun. Harga BBM cenderung turun dan harga pangan juga tidak bergejolak. Artinya, daya beli masyarakat masih bisa dipertahankan atau mungkin naik.