Liputan6.com, Jakarta Sebagai salah satu kawasan yang tengah berkembang, menipisnya lahan akibat masifnya pembangunan kerap menjadi permasalahan umum. Bukti nyatanya bisa dilihat langsung di sepanjang koridor Margonda, Depok.
Pamor area ini berkembang sangat cepat dalam beberapa dekade terakhir. Diawali dengan pindahnya kampus terpadu Universitas Indonesia, dari Salemba ke Depok, kawasan ini perlahan tapi pasti mengalami pertumbuhan signifikan
Selain Universitas Indonesia, beberapa perguruan tinggi ikut membangun kampus di kawasan ini. Sebut saja diantaranya Universitas Pancasila dan Universitas Gunadarma. Sebuah kondisi yang membuat Depok semakin padat.
Advertisement
Hadirnya mahasiswa dari berbagai penjuru kota di Indonesia ke Depok telah memberi efek berantai ke beberapa sektor, terutama masalah hunian. Depok yang awalnya adalah sebuah kawasan perkampungan, berubah drastis lantaran hadirnya rumah kost mahasiswa.
Diperkirakan, setiap tahunnya ada sekitar 20.000 mahasiswa datang ke Depok, yang tentu membutuhkan hunian untuk tinggal.
Baca juga: Rumah Rp600 Jutaan di Depok Naik Pesat
Demand Terus Meningkat
Mengamati ceruk pasar yang ada di depan mata, tak ayal memacu segelintir pengembang untuk mengambil kesempatan dengan menciptakan gedung-gedung apartemen. Salah satunya PT Adhi Persada Properti (APP), nak usaha BUMN PT Adhi Karya (Persero) Tbk ini.
Elvira Wigati, Project Manager Property Grand Taman Melati Margonda 2 (GTMM2) mengatakan, “Proyek ini merupakan kelanjutan dari kesuksesan membangun dua tower sebelumnya, yang saat ini telah 100% terisi. Kami melihat, market mahasiswa sangat besar, khususnya para mahasiswa Universitas Indonesia yang berasal dari luar kota maupun luar pulau”.
“Sesuai dengan perencanaan yang ada, GTMM2 akan selesai pembangunannya, dan diserahterimakan kepada penghuni pada 2018. Saat ini, proses pembangunan telah mencapai 40%,” ujarnya kepada Rumah.com.
Simak juga: Cerdik Menyeleksi Apartemen Mahasiswa untuk Remaja
Merujuk catatan Rumah.com Property Index, median harga untuk apartemen di Depok dengan rentang Rp350 juta – Rp600 juta terpantau mengalami peningkatan pada kuartal III (Q3) tahun ini, setelah di dua kuartal sebelumnya harga turun konsisten.
Adapun harga tengah (median) untuk apartemen seharga Rp350 juta sampai Rp600 Juta di Depok pada Q1 2017 adalah Rp17,80 juta per meter persegi, lalu turun hingga Rp17,30 juta pada Q2, dan terkoreksi naik 2,16% atau Rp17,67 juta per meter persegi pada Q3.
Sementara itu Christine Siwiningtyas, Marketing Manager GTMM2 menjelaskan, “Permintaan akan hunian mahasiswa, setiap tahun akan terus tumbuh. Kami yakin semua unit di GTMM2 akan terserap pasar sebelum kami menyelesaikan pembangunan fisik. Sampai dengan saat ini, dari total 939 unit yang tersedia, telah terjual 50%.”
Fasilitas, infrastruktur, dan aksesibilitas Depok juga sangat mendukung bisnis properti terutama apartemen. Akses Depok ke Jakarta memiliki banyak pilihan mulai dari tol Cijago, kereta listrik hingga angkutan umum bus.
Tol Cijago (Cinere-Jagorawi) seksi II membentang dari Bogor Raya hingga Kukusan, Beji. Sedangkan seksi III, ruas Kukusan-Cinere tengah dalam tahap pembebasan lahan.
Tol Cijago merupakan bagian dari jaringan Tol Jakarta Outer Ring Road (JORR) II yang melingkar dari Bandara hingga Tanjung Priok. Jaringan JORR II merupakan lingkaran kedua dari jaringan Tol JORR.
Selain apartemen, Depok juga masih menyimpan ragam perumahan baru dengan konsep yang bervariatif. Harganya pun terbilang mumpuni, ada yang dipatok mulai Rp300 Jutaan. Klik di sini untuk cari pilihannya.
Advertisement